KEBIJAKAN PBB DALAM MENANGGAPI KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MYANMAR
C. Bentuk-Bentuk Kebijakan PBB Melalui UN Human Rights Council (UNHRC) Sebagai Tanggapan Terhadap Pelanggaran HAM Di Myanmar
2. Kebijakan UNHRC dalam bentuk pengawasan dan negosias
Sejalan dengan resolusi yang dikeluarkan oleh UNHRC di atas, maka untuk menunjang dan mengkur bagai pelaksanaan resolusi-resolusi tersebut oleh permintah Myanmar, maka didalam resolusi-resolusi tersebut juga ditunjuk Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, yang memiliki tugas mengawasi pelaksanaan resolusi, mengumpulkan informasi seputar situasi penegakan HAM di Myanmar, serta melakukan negosiasi dan dialog dengan pihak-pihak terkait di Myanmar dalam rangka mendorong pelaksanaan resolusi ynag dikeluarkan oleh UNHRC. Pelapor Khusus ini juga memiliki kewajiban memberikan rekomendasi kepada pemerintah Myanmar berdasarkan berbagai temuan di lapangan dalam rangka menjalankan tugasnya untuk mendorong pelaksanaan resolusi yang dikeluarkan oleh UNHRC.
Dalam melaksanakan misi pemantauan situasi HAM di Myanmar Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar yang pertama, Paulo Sergio Pinheiro, melakukan berbagai aktifitas yang melingkupi investigasi, penerimaan laporan, dan konfirmasi dan dialog dengan Pemerintah Junta militer Myanmar. Dalam menjalankan mandat yang diberikan oleh UNHRC, Pelapor Khusus ini terus melakukan kontak secara rutin dengan Misi Permanen Myanmar untuk PBB di Geneva dan New York, dia melaksanakan berbagai konsultasi dengan berbagai
perwakilan negara-negara anggota PBB, para pejabat badan-badan PBB, perwakilan organisasi-organisasi masyarakat dan anggota-anggota berbagai komunitas akademik. Dia melakukan presentasi laporan pertamanya (A/62/233) kepada Dewan Umum PBB di New York pada tanggal 14 Oktober 2007. Dia juga mendiskusikan dan menukarkan segala temuannya dan melakukan kontak rutin dengan UNHCHR, Executive Office of the Secretary-General, Departement of Political Affairs, Special Adviser to the Secretary General on Myanmar, Ibrahim Gambari, dan Special Representative of the Secretary-General on Children and Armed Conflict, Radhika Coomaraswamy. Pelapor Khusus PBB juga mengadakan pertemuan dengan Utusan Khusus Uni Eropa untuk Myanmar, Piero Fassino.57
Dari tanggal 11 sampai dengan 15 November 2007, Pelapor Khusus PBB mengunjungi Myanmar dalam ragka menghadiri undangan pemerintah Myanmar, mengikuti kepada resolusi S-5/1 UNHRC. Pada tanggal 16 dan 17 November 2007, Pelapor Khusus PBB melaksanakan konsultasi di Bangkok dengan Menter Luar Negeri Thailand, perwakilan komunitas diplomatik dan NGO-NGO yang beroperasi di Myanmar, Thailand, dan pada perbatasan Thailand-Myanmar.58
Mengikuti resolusi 6/33 UNHRC, dalam suratnya tanggal 30 Januari 2008, Pelapor Khusus PBB mengkomunikasikan kepada Pemerintah Myanmar keinginannya untuk melakukan misi tindak lanjut mengacu kepada pertemuan sesi ketujuh UNHRC. Pelapor Khusus dalam hal ini menyesalkan sikap
57
UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Paulo Sergio Pinheiro”, A/HRC7/18, 7 Maret 2008, hlm. 3, http://daccess-ods.un.org/TMP/1594674.html, diakses tanggal 7 Juni 2009.
58
Pemerintah Myanmar, dimana samapi dengan tanggal 30 januari 2008, Pelapor Khusus PBB belum mendapatkan jamianan akses masuk ke Myanmar oleh pemerintah untuk melakukan misi tindak lanjut seperti yang diminta oleh UNHRC.59
Setelah UNHRC mengeluarkan resolusi 6/33, Pelapor Khusus PBB, Paulo Sergio Pinheiro, memasukan dalam rencana kerjanya untuk melakukan misi tindak lanjut ke Myanmar dan program untuk mendapatkan informasi terbaru terkait perkembangan penyelidikan tentang laporan orang yang hilang dan pembunuhan yang terjadi selama aksi pembubaran demosntrasi sepanjang Agustus-Oktober 2007; pertanggungjawaban pemerintah Myanmar sebagai hasil dari keputusannya menggunakan kekuatan militer dan kekerasan; dan situasi para tahanan dalam kasus-kasus demonstrasi anti-pemerintah, termasuk kondisi tahanan tempat mereka ditahan dan kondisi persidangan/peradilan para tahanan berikut dnegan hasil atau putusan sidangnya. Setelah melakuakn evaluasi terhadap berebagai pertemuan yang dia lakukan selama misinya pada bulan November 2007, Pelapor Khusus PBB menyampaikan secara jelas kepada Pemerintah Myanmar kerangka kerja yang akan dibutuhkan untuk menjamin kunjungan yang dilakukan Pelapor Khusus PBB dapat berjalan secara konstruktif.60
59
Ibid, hlm. 4. 60
UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Paulo Sergio Pinheiro mandated by resolution 6/33 of the Human Rights Council”, A/HRC/7/24, tanggal 7 Maret 2008, hlm. 5, http://daccessdds.un.org/doc/UNDOC/GEN/G08/113/88/PDF/G0811388.pdf?OpenElement, diakses tanggal 20 November 2008.
Pada tanggal 8 Februari 2008, Pelapor Khusus PBB mengirimkan proposal program kerjanya secara rinci kepada Pemerintah Myanmar dalam usaha untuk melanjutkan mengidentifikasi kenyataan di lapangan dan mendapatkan pandangan Pemerintah Myanmar terhadap aksi yang dilakukan pemerintah selama terjadinya insiden-insiden utama sepanjang bulan Agustus-Oktober 2007 yang laporannya masuk ke Pelapor Khusus PBB, termasuk melakukan pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Myanmar, Menteri Luar Negeri Myanmar, dan Menteri Tenaga Kerja Myanmar; para pejabat penegak hukum di Myanamr, termasuk para komandan pasukan anti huru-hara dan batalio-batalion polisi; dan divisi-divisi militer dan infanteri dalam hal dasar hukum dan perintah yang diberikan kepada pasukan pengamanan pada peristiwa pembubaran demosntrasi pada bulan September 2007. Dia juga mengajukan pertemuan dengan Perhimpunan Pengacara di Myanmar serta para pejabat pengadilan untuk emndapatkan informasi terkait dengan kondisi hukum, pengadilannya dan hukuman yang dijatuhkan kepada para tahanan pada peristiwa demosntrasi sepanjang bulan Agustus-Oktober 2007, dalam pertemuan tersebut Pelapor Khusus PBB meminta untuk dapat melakukan wawancara pribadi dengan para tahanan, sama halnya dengan meminta tidak dibatasinya akses bagi tim dari negara-negara anggota PBB dan organisasi-organisasi kemasyarakatan internasional.61
Semenjak presentasinya kepada UNHRC pada bulan Desember 2007, Pelapor Khusus PBB harus menerima dan mengumpulkan informasi terbaru dari
61 Ibid
beberapa sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya terhadap perkembangan di dalam negeri Myanmar dalam hubungannya dengan pembubaran aksi demonstrasi damai pada bulan September 2007. Dalm hal ini Pelapor Khusus PBB belum memiliki kesempatan untuk ikut serta bersama dengan Pemerintah terkait dengan adanya temuan baru di Situ dan untuk membandingkan informasi terbaru yang dia dapatkan sejak sejak bulan Desember 2007. Informasi yang didapatkan oleh Pelapor Khusus PBB selama misi yang dilakukannya menunjukan bahwa peristiwa pada bulan September 2007 dan konsekuensinya yang membutuhkan sebuah kerja yang sistematis dan melalui penyelidikan. Hal ini akan menjadi hal yang penting ketika usaha-usaha Pemerintah Myanmar untuk melaksanakan dan melindungi HAM, dalam konteks transisi demokrasi, seperti yang dinyatakan oleh Pelapor Khusus PBB kepada Pemerintah Myanmar selama kunjungannya, dapat direalisasikan.62
Pada bulan Maret 2008, melalui resolusi 7/32, UNHRC memperpanjang masa tugas Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar. Pada tanggal 26 Maret 2008, Tomas Ojea Quintana (Argentina) ditunjuk sebagai Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar yang baru yang akan mulai melaksanakan tugasnya mulai tanggal 1 Mei 2008.63
Sama halnya dengan pendahulunya, misi utama dari Tomas Ojea Quintana sebagai Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, dalam susunan
62 Ibid 63
UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Tomas Ojea Quintana, on the implementation of Council resolution S/51 dan 6/33”, A/HRC/8/12, tanggal 3 Juni 2008, hlm. 2, http://daccess-ods.un.org/TMP/9105540.html, diakses tanggal 7 Juni 2009.
kerja utamanya, melakukan penguatan kerjasama dan membantu Pemerintah Myanmar dalam usaha pemerintah untuk menegakan dan melindungi HAM. Dalam hal ini Pelapor Khusus PBB menggunakan pendekatan yang lebih positif terhadap Pemerintah Myanmar, dalam rangka membuka ruang dialog dan pertukaran informasi dengan pemerintah.
Mengacu kepada isu-isu HAM utama yang muncul di Myanmar seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, Pelapor Khusus PBB, melalui mandat yang diberikan kepadanya, juga melakukan identifikasi terhadap topik-topik khusus yang pantas untuk mendapatkan perhatian khusus dan membuat program kerja yang akan dilaporkan kepada UNHRC. Dalam pandangan tersebut, dan dalam rangka menjalankan mandat yang diberikan kepadanya, untuk melaporkan kepada UNHRC kemajuan yang telah dibuat oleh Pemerintah Myanmar dalam melaksanakan resolusi yang dikeluarkan oleh UNHRC dan untuk melakukan pengawasan perkembangan seluruh situasi HAM di Myanmar, melakukan sebuah penelitian yang mendalam, termasuk melakukan berbagai kegiatan diskusi dengan para ahli di Myanmar. Sedangkan untuk bisa menerima informasi dari organisasi- organisasi HAM internasional yang juga beroperasi di Myanmar serta dari para ahli akademisi internasional, Pelapor Khusus PBB akan ikut serta di dalam kegiatan para ahli di Myanmar dalam rangka meningkatkan penegakan dan perlindungan HAM di Myanmar.64
Kajian terhadap situasi HAM di Myanmar akan dikembangkan melalui berbagai jenis masukan dan sumber, termasuk bahan-bahan dan laporan yang
64
disiapkan oleh agen-agen pemerintah, organisasi-organisasi kemasyarakatan, tim negara-negara anggota PBB dan institusi akademik. Pelapor Khusus PBB juga meneruskan untuk mengikutsertakan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam diskusi terkait dengan kemajuan yang telah dicapai dari penerapan implementasi resolusi UNHRC. Dalam hal ini Pelapor Khusus PBB memandang peranan penting ASEAN dalam ikut merumuskan solusi bagi permasalahan di Myanmar, sehingga Pelapor Khusus PBB juga melakukan kunjungan ke negara- negara tetangga Myanmar. Melalui negara-negara tetangga ini, Pelapor Khusus PBB dapat melakukan dialog yang cukup berarti dan kerjasama dengan Pemerintah Junta Militer Myanmar untuk mencapai penegakan dan perlindungan terhadap HAM, khususnya dalam kasus-kasus yang baru saja terjadi, ketika pemerintah Myanmar mengeluarkan rancangan tahapan menuju transisi politik yang disebut dengan 7-step roadmap to democracy.65
Seperti yang dilakukan oleh Pelapor Khusus PBB sebelumnya, Tomas Ojea Quintana juga melakukan kerjasama erat dengan Utusan Khusus Sekretaris Umum PBB untuk Myanmar, Perwakilan Khusus Sekretaris Umum PBB untuk masalah anak dan konflik bersenjata, mekanisme koordinasi ILO untuk masalah buruh paksa dan prosedur-prosedur khusus lainnya yang mengawasi pelaksanaan berbagai instrumen HAM internasional, dimana Myanmar juga termasuk sebagai anggota di dalamnya, seperti peserta Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women dan Convention on the Rights of tha Child.
65
Pelapor Khusus PBB untuk situasi HAM di Myanmar, Tomas Ojea Quintana, telah melakukan kunjungan ke Myanmar. Misi pertama dilakukan pada tanggal 3-7 Agustus 2008, dan misi kedua dari tanggal 14-19 Februari 2009. Mengacu kepada kedua misi tersebut, Pelapor Khusus PBB menyatakan telah terjadi kemajuan penting sejak tujuan-tujuan yang diidentifikasi telah tercapai, seperti terciptanya hubungan kerjasama dengan Pemerintah Myanmar dan para
stakeholders selama kunjungan pertamanya, dan diskusi-diskusi yang dilakukannya bersama dengan para pejabat terkait di Myanmar dalam proses pelaksanaan 4 elemen HAM utama yang dia rekomendasikan, yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pemilu Myanmar pada tahun 2010. 4 elemen utama HAM tersebut adalah :66
1) Menata ulang pengaturan UU nasional mengacu kepada Konstitusi baru Myanmar dan kewajiban yang diberikan oleh dunia internasional; 2) Pembebasan dengan segera para tahan politik dan para tahanan akibat
dari berbagai insiden demonstrasi anti pemerintah; 3) Reformasi militer Myanmar; dan
4) Reformasi lembaga peradilan.
Pelapor Khusus PBB juga telah melakukan tiga pertemuan penting kelompok-kelompok HAM pemerintah Myanmar. Dalam pertemuan tersebut, Pelapor Khusus PBB memaparkan empat elemen utama HAM di Myanmar. Pada
66
UNHRC, “Human Rights Situation That Require the Council Attention; Report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Tomas Ojea Quintana”, A/HRC/10/19, tanggal 11 Maret 2009, hlm. 19-21, http://daccess-ods.un.org/TMP/9105540.html, diakses tanggal 7 Juni 2009.
bulan Februari 2009, dia meminta kepada kelompok-kelompok HAM pemerintah untuk mendampingi pemerintah dalam melaksanakan elemen-elemen utama HAM tersebut.
Pelapor Khusus PBB juga bertemu dengan Menteri tenaga Kerja Myanmar, Menteri Hubungan Luar Negeri Myanmar, Kepala Tripartite Core Group, para anggota dari Bar Council, Federasi Urusan Perempuan Myanmar, dan Union Solidarity and Central Development Association. Permintaannya untuk bertemu dengan para pemimpin partai politik tidak dapat dilakukan sejak para pemimpin partai politik tersebut masih menjadi tahanan pemerintah, menjadi tahanan rumah dan berada di penjara yang terletak di daerah pengawasan militer Myanmar.67
Dalam kunjungan keduanya tersebut, Pelapor Khusus PBB juga mengunjungi wilayah yang terkena dampak dari badai Nargis pada bulan Agustus 2008. Pada bulan Februari 2009, Pelapor Khusus PBB mengunjungi Propinsi Kayin, dimana dia bertemu dengan dua faksi dari Karen National Union (KNU) yang telah melakukan gencatan senjata dengan pemerintah. Dalam pertemuannya tersebut, Pelapor Khusus PBB bahwa Karen National Union/Karen National Liberation Army (KNU/KLA) Peace Council telah memiliki pasukan militer, konstitusi, aturan hukum, penjara dan para hakimnya sendiri; Democratic Buddhist Karen Army menginformasikan kepada Pelapor Khusus PBB bahwa mereka memiliki sekitar 5,000 personil militer dalam angkatan perangnya. Kedua faksi tersebut menolak untuk melakukan rekruitmen personil militer untuk anak di
67
bawah umur dan mengikuti ketentuan verifikasi badan kerja United Nations Monitoring and Reporting Mechanism terhadap angkatan perang mereka masing- masing sesuai dengan permintaan DK PBB melalui resolusi 1612 tahun 2005 tentang anak di dalam konfik militer. Pelapor Khusus PBB juga bertemu dengan
Phavagone Region Peace Group/Phado Aung San, yang telah menyerah kepada pemerintah.68
68 Ibid
BAB III
GAMBARAN DAN PERKEMBANGAN KASUS PELANGGARAN HAM DI