PERKEMBANGAN POSITIF PENEGAKAN HAM DI MYANMAR PASKA DIJALANKANNYA KEBIJAKAN PBB DI MYANMAR
C. Upaya Yang Dilakukan Di Myanmar Dengan Adanya Kebijakan PBB
Kebijakan PBB dalam bentuk resolusi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mengandung beberapa poin permintaan kepada Pemerintah junta militer Myanmar, yang secara umum merupakan permintaan agar pemerintah Myanmar segera mengakhiri segala bentuk tindakan pelanggaran HAM dan mulai melakukan langkah-langkah perubahan menuju demokrasi. Dalam hal ini, Pemerintah Myanmar sendiri telah menyiapkan tahapan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantarkan Myanmar menjadi sebuah negara yang demokratis. Tahapan atau langkah-langkah tersebut dituangkan dalam 7-steps roadmap to democracy, yaitu sebagai berikut:
1) Pembentukan Konvensi Nasional; yang sudah dimulai pemerintah sejak tahun 2003 untuk menyusun sebuah konstitusi baru. Konvensi Nasional baru bisa berjalan secara efektif mulai tahun 2005. Konvensi Nasional ini secara ideal merupakan perwakilan dari setiap kelompok atau elemen bangsa di Myanmar, akan tetapi dalam kenyataannya, para perwakilan yang duduk di dalam Konvensi Nasional adalah mereka yang telah berafiliasi dengan pemerintah, termasuk beberapa kelompok etnis nasional yang pada awalnya melakukan perlawanan bersenjata terhadap pemerintah, lalu kemudian melakukan gencatan senjata dengan pemerintah. Sedangkan kelompok oposisi yang
merupakan kelompok pro-demokrasi, yang pada pemilu tahun 1990 memenangkan mayoritas kursi di parlemen, justru tidak dilibatkan, bahkan pemimpinnya Aung Saan Suu Kyi dan Tin Oo hingga saat ini masih menjadi tahanan rumah pemerintah;
2) Penyusunan Konstitusi baru Myanmar; dimulai sejak tahun 2005, maksud dari penyusunan konstitusi baru ini, menurut pemerintah Myanmar adalah untuk menciptakan sebuah dasar hukum bagi proses transisi politik dan konsolidasi demokrasi di Myanmar, sehingga perubahan yang terjadi di Myanmar dapat bersifat mendasar dan menyeluruh. Pada tanggal 19 Februari 2008, Pemerintah mengumumkan bahwa draft Konstitusi baru akan selesai pada tanggal 9 April 2008, dan referendum untuk menerima atau menolak konstitusi tersebut akan dilaksanakan pada tangal 10 Mei 2008167;
3) Pelaksanaan referendum untuk Konstitusi baru; setelah draft konstitusi baru selesai dibuat, pemerintah Myamar segera melaksanakan referendum untuk menentukan apakah draft konstitusi tersebut dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. Pada tanggal 10 Mei 2008 referendum dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh provinsi dan daerah di Myanmar, kecuali 40 kota di divisi Yangon dan 7 kota di Irrawady, dimana referendum di kota-kota tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2008. Kepala Komisi pelaksana Referendum,
167
United Nations General Assembly, “Situation of Human Rights in Myanmar”, dokumen no. A/63/341, tanggal 5 September 2008, hlm. 6, http://daccess- ods.un.org/TMP/2007607.html, diakses tanggal 7 Juni 2009.
Aung Toe, mengumumkan bahwa draft konstitusi telah diterima oleh 92.4% dari total 22 juta pemilih. Dalam hal ini NLD menolak hasil referendum168;
4) Pengesahan Konstitusi baru;
5) Pelaksanaan pemilu pada tahun 2010;
6) Pembentukan pemerintahan baru hasil pemilu 2010; dan
7) Pembangunan negara dan pemerintahan yang demokratik (langkah lanjutan).
7-steps roadmap to democracy diatas merupakan sebuah langkah positif yang menjadi tanggapan dari pemerintah Myanmar terhadap tuntutan perubahan ke arah demokratisasi dan penegakan HAM yang datang dari dalam dan dunia internasional, termasuk PBB. Dalam hal ini PBB melalui UNHRC yang kemudian mengeluarkan resolusi serta mengirimkan Pelapor Khususnya untuk situasi HAM di Myanmar untuk melakukan pengamatan, penyelidikan dan pemantauan pelaksanaan resolusi PBB, melalui Pelapor Khususnya mengeluarkan beberapa rekomendasi kepada pemerintah Myanmar, diantaranya dan yang paling utama, khususnya setelah Pemerintah Myanmar mengumumkan 7-steps roadmap to democracy, adalah pelaksanaan atau penegakan 4 elemen utama HAM Myanmar sebelum dilakukannya pemilu 2010.
Terkait dengan elemen pertama, yaitu pengkajian ulang terhadap peraturan hukum nasional yang mengacu kepada Konstitusi baru dan kewajiban internasional, Jaksa Agung Myanmar menyatakan kepada Pelapor Khusus PBB
168
bahwa mereka telah mengirimkan 380 ahli hukum domestik kepada kementrian terkait untuk memeriksa aturan-aturan hukum domestik, untuk melihat sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan tentang HAM yang ada di dalam Konstitusi baru. Sedangkan untuk elemen yang kedua, yaitu dibebaskannya dengan segera seluruh tahanan, termasuk para tahanan politik yang tidak bersalah, Menteri Dalam Negeri Myanmar telah memberikan jaminan kepada Pelapor Khusus PBB bahwa mereka akan melakukan apa yang direkomendasikan oleh Pelapor Khusus PBB tersebut. Untuk elemen ketiga, yaitu angkatan bersenjata, Pelapor Khusus PBB telah melakukan diskusi dengan Kepala Kepolisian dan pihak Jaksa Penuntut Umum di Kementrian Pertahanan Myanmar terkait dengan kemungkinan dilakukannya sesi pelatihan tentang hukum HAM internasional dan hukum kemanusiaan internasional kepada para personil tentara dan kepolisian Myanmar. Ketika sesi tersebut telah dilakukan oleh kedua angkatan, maka telah disepakati bahwa kedua angkatan tersebut akan melakukan konsultasi terkait dengan kurikulum pelatihan selanjutnya dengan Pelapor Khusus PBB untuk memastikan terpenuhinya standar-standar internasional dan kerjasama pada sesi- sesi pelatihan berikutnya. Sedangkan untuk elemen utama yang keempat, yaitu angkatan bersenjata, meskipun Kepala Pengadilan Myanmar menyatakan bahwa peradilan di Myanmar merupakan peradilan yang bebas dari intervensi pihak manapun, dia tetap menerima masukan dari Pelapor Khusus PBB tentang harus bebasnya para hakim dan pengacara, termasuk jaksa dari intervensi dan kepentingan pihak manapun.169
169
Dalam bidang tenaga kerja, salah satu kemajuan positif yang terjadi paska masuknya para Pelapor Khusus PBB adalah diperpanjangnya kesepakatan antara ILO dan Pemerintah Junta militer Myanmar tentang mekanisme ganti rugi para korba tenaga kerja paksa di Myanmar yang telah habis pada tanggal 26 Februari 2008. Perkembangan utama lainnya dalam masalah tenga kerja paksa di Myanmar adalah bahwa Pemerintah Myanmar sudah tidak menggunakan tenga kerja paksa untuk pembangunan proyek-protek infrastruktur nasional.170
Pada tanggal 23 September 2008 7 orang tahanan yang tidak bersalah dibebaskan oleh pemerintah yang merupakan pembebasan pertama para tahanan yang tidak bersalah di Myanmar atau para tahanan yang ditangkap dan ditahan karena alasan yang tidak jelas. Selanjutnya pada tanggal 21 Februari 2009, sekitar 29 tahanan yang tidak bersalah kembali dibebeaskan oleh pemerintah.171 Dalam pembebasan para tahanan tanggal 21 Februari 2009 tersebut, pemerintah juga membebaskan sekitar 6,313 tahanan.172