• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi PBB Dalam Melihat Kasus Pelanggaran HAM Yang Terjadi Di Myanmar

Dalam dokumen A. Latar Belakang Dan Penelitian (Halaman 49-54)

KEBIJAKAN PBB DALAM MENANGGAPI KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MYANMAR

B. Persepsi PBB Dalam Melihat Kasus Pelanggaran HAM Yang Terjadi Di Myanmar

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa semenjak berkuasanya pemerintah junta militer Myanmar, kebebasan politik dan demokrasi masyarakat Myanmar dikekang. Penguasaan penuh negara beserta sendi-sendi kehidupan masyarakat Myanmar oleh pemerintah junta militer, teah menimbulkan keprihatinan dunia internasional, salah satunya adalah PBB. Masalah HAM di Myanmar pun sebenarnya merupakan sebuah masalah yang sudah muncul semenjak pemerintah junta militer Myanmar berkuasa, salah satu aspek tindakan pemerintah junta militer Myanmar yang dianggap dunia internasional sebagai sebuah bentuk pelanggaran terhadap HAM adalah tindakan pemerintah dalam mengatasi berbagai gelombang protes anti pemerintah serta berbagai aksi-aksi demonstrasi damai yang terus berlangsung dari tahun 6 hingga saat ini, mulai dari

aksi yang diorganisir oleh mahasiswa, kelompok pro-demokrasi, hingga aksi demonstrasi yang dipelopori oleh para bikhsu.

PBB dalam hal ini, memiliki kewajiban untuk berpartisipasi secara aktif dalam mendorong penegakan HAM di Myanmar, yang didasarkan atas Universal Declaration of Human Rights beserta perjanjian dan traktat-traktat internasional yang mengikutinya. Dengan dasar tersebut maka PBB memiliki sebuah pendangan tersendiri dalam melihat situasi pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar yang secara jelas terlihat dari beberapa resolusi yang dikeluarkan oleh PBB sejak tahun hingga saat ini.

Pada tanggal 5 Agustus , Pemerintah Myanmar menaikan harga bahan bakar minyak hingga 500%, hal tersebut sangat berdampak kepada kehidupan masyarakat Myanmar, yang merespon keputusan pemerintah tersebut dengan melakukan aksi demonstrasi secara damai pada bulan Agustus dan awal bulan September. Dari tanggal 18-26 September 2007, terjadi aksi demonstrasi damai dalam skala luas yang dilakukan hampir di seluruh negeri, di Yangoon, Mandalay, Pakokku, dan Sittwe. Pemerintah segera membubarkan para demonstran, yang kebanyakan adalah para bikshu pada tanggal 26-29 September 2007. selama aksi pembuabaran para demonstran tersebut, pasukan keamanan, terdiri dari polisi dan tentara atau polisi anti huru-hara (Lone Htein), sama halnya dengan Union Solidarity dan Development Association dan pasukan milisi Swan Ah Shin, menggunakan kekuatan berlebihan melawan masyarakat sipil, termasuk menggunakan senjata yang tidak perlu dan tidak proporsional. Terkait dengan tindakan pembubaran demonstran tersebut, beberapa laporan telah masuk ke

Special Rapporteurs (Pelapor Khusus) PBB, Paulo Sergio Pinheiro, diantara para demonstran yang dibubarkan, ada yang terbunuh, beberapa terkena tindakan pemukulan, ditahan, disiksa dan meninggal di dalam tahanan.43

Selama dalam kunjungannya ke Myanmar, Pelapor Khusus PBB, Paulo Sergio Pinheiro, menemukan bahwa dalam periode 26-29 September 2007, pasukan keamanan, termasuk tentara dan polisi anti huru-hara, telah menggunakan kekuatan yang berlebihan melawan masyarakat sipil. Paulo menyimpulkan, bahwa berdasarkan berbagai laporan yang masuk yang disertai dengan video dan foto-foto, maka dapat diyakiani setidaknya terdapat 31 orang tewas dalam peristiwa pembubaran para demonstran sepanjang bulan September- Oktober 2007, termasuk 15 orang korban meninggal dunia yang dilaporkan secra resmi oleh pemerintah Myanmar. Paulo meyakini bahwa adanya keterlibatan dari anggota Union Solidarity, Development Assesment, dan milisi Swan Ah Shin, memberikan kontribusi besar bagi penggunaan kekuatan berlebihan dalam menghadapi para demonstran yang sedang melakukan aksi secara damai. Menurut Paulo, berdasarkan kepada laporan yang dapat dipercaya, sekitar 3,000 sampai 4,000 orang ditahan sepanjang bualn September-Oktober, dan sekitar 5,00 dan 1,000 orang masih ditahan sampaid engan bulan Desember 2007.44

Sampai dengan tahun 2005, Dewan Umum PBB setiap tahunnya mengeluarkan sebuah resolusi yang detail tentang situasi di Myanmar melalui

43

Human Rights Council, “Human Rights Situation That Require the Council’s Attention: Report of the Special Rapporteur on the situation of human rights in Myanmar, Paulo Sergio Pinheiro, mandated by resolution 6/33 of the Human Rights Council”, arsip pada http://daccessdds.un.org/doc/UNDOC/GEN/G08/113/88/PDF/G0811388.pdf?OpenElement, diakses tanggal 27 September 2008, hlm. 4.

44 Ibid.

sebuah konsensus.45 Akan tetapi pada tahun 2006, terjadi perpecahan di Dewan Umum PBB dalam sebuah voting tentang resolusi yang kemudian meminta dengan tegas agar pemerintah junta militer Myanmar segera mengakhiri kekerasan sistematis yang dilakukannya terhadap HAM.46

Pada bulan Januari 2007, Rusia dan Cina menggunakan hak vetonya untuk membuat sebuah draf resolusi sebelum DK PBB47 yang meminta kepada pemerintah Myanmar untuk menghormatik HAM dan memulai sebuah proses transisi demokratik. Dalam hal ini Afrika Selatan memilih untuk menentang resolusi yang dikeluarkan oleh Rusia dan Cina, dengan berpendapat bahwa “semenjak di Myanmar tidak ada lagi perhatian yang muncul dalam melihat situasi kedamaian dan keamanan dari negara tetangganya sendiri (Cina), maka pertanyaan dunia internasional tidak seharusnya dialamatkan ke dalam DK PBB, dimana ada badan lain dalam PBB yang khusus menangani masalah tersebut”, selanjutnya ditambahkan lagi, “ironisnya, apakah DK PBB harus menyetujui resolusi tersebut...DK PBB tidak akan dapat melihat secara jelas permasalahn dan situasi di Myanmar sementara DK PBB sendiri masih terjebak dalam masalah

45

United Nations General Assembly, “Verbotim Report meeting 69 session 60” hlm. 19, The President tanggal 23 Desember 2005, pukul 10:00, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 27 September.

46

United Nations General Assembly, “Verbotim Report meeting 84 session 61”, hlm. 14, tanggal 22 Desember 2006, pukul 10:00, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 27 September.

47

United Nations Security Council, “Document 14 S-2007-14” tanggal 12 January 2007, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 27 September.

(resolusi) tersebut”.48 Isu yang berkembang di DK PBB saat itu dalam melihat masalah dan situasi HAM di Myanmar justru diarahkan untuk menentang resolusi yang dibuat oleh Rusia dan Cina49 yang dipelopori oleh AS (hak veto hanya berlaku untuk resolusi saja) yang menyatakan bahwa aliran pengungsi dari Myanmar, obat-obatan terlarang, HIV-AIDS, dan berbagai penyakit lainnya mengancam kedamaian dan keamanan internasional.50

Dalam hal ini terlihat, PBB, khususnya anggota DK PBB memiliki pandangan yang berbeda melihat perkembangan situasi yang terjadi mdi Myanmar. Dua anggota DK PBB yaitu Cina dan Rusia melihat bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar sejauh ini masih dapat ditoleransi, dan tidak perlu mengeluarkan sebuah resolusi yang keras untuk Myanmar. Di sisi lain, AS berpendapat apa yang terjadi di Myanmar dapat mengancam stabilitas perdamaian dan keamanan dunia internasional, bagaimanapun juga demokrasi di Myanmar harus ditegakan, disamping itu, dampak-dampak negatif dari sikap ototiter dan represif pemerintah Myanmar terhadap warganya sendiri telah mengganggu dan mengancam stabilitas kawasan pada khususnya, dan dunia internasional pada umumnya, oleh karena itu perlu dibuat sebuah resolusi yang tegas dan keras bagi pemerintah Myanmar.

48

United Nations Security Council “Verbotim Report meeting 5619” hlm. 3, pernyataan Mr. Kumalo perwakilan Afrika Selatan untuk PBB, tanggal 12 Januari 2007, pukul 16:00, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 27 September.

49

BBC News, "UN Security Council to include Burma in its agenda", tanggal 18 September 2006, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 27 September.

50

United Nations Security Council, “Verbotim Report meeting 5526”, hlm. 3, Mr. Bolton perwakilan tetap AS untuk PBB, tanggal 15 September 2006, pukul 13:35, dikutip dari Wikipedia, “Burma”, http://en.wikipedia.org.wiki/Myanmar, diakses tanggal 27 September.

Terlepas dari hal tersebut dari beberapa resolusi yang telah dikeluarkan oleh PBB (res. 6/33, res. 7/32, res. S-5/1, res. 7/31, dan res. 8/14)51, seluruhnya mencerminkan pandangan PBB bahwa telah terjadi pelanggaran HAM di Myanmar yang meliputi hak-hak sipil, politik, sosial-budaya, ekonomi, wanita, dan anak-anak, dan untuk itu PBB mendesak dan meminta dengan tegas agar pemerintah Myanmar segera menghentikan berbagai aksi kekerasannya terhadap rakyat sipil, membebaskan tokoh-tokoh politik pro-demokrasi, segera membuka diri terhadap tuntutan masyarakat akan perubahan ke arah pemerintahan yang demokratis.

C. Bentuk-Bentuk Kebijakan PBB Melalui UN Human Rights Council

Dalam dokumen A. Latar Belakang Dan Penelitian (Halaman 49-54)