• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : KEDUDUKAN YAYASAN DALAM PENYERTAAN MODAL

B. Kekayaan Yayasan

Istilah yang digunakan dalam PT maupun koperasi, agar usahanya dapat berjalan dengan baik ketika kedua badan hukum itu berdiri adalah “modal”, sedangkan untuk yayasan, UU Yayasan tidak menggunakan istilah modal tetapi “kekayaan”. Hal ini disebabkan kedua badan hukum tersebut, kedudukannya sebagai badan usaha atau perusahaan yang tujuannya memperoleh keuntungan. Kedudukan yayasan bukan sebagai perusahaan, dan tujuannya bukan mengutamakan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Yayasan dalam aktivitasnya lebih berperan sebagai pelaku sosial. Yayasan pada awalnya memang memiliki harta benda yang pada umumnya disebut sebagai “modal” dan karena kedudukan dan perannya seperti itu, sehingga tidak tepat jika diberi istilah modal, tetapi lebih tepat disebut kekayaan, walaupun maksudnya sama.82 Sebagai badan hukum, yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan. Harta yayasan merupakan harta yang terpisahkan. Yayasan dianggap sebagai entitas hukum tersendiri, tidak mengenal pemilik seperti lazimnya perusahaan sehingga harta kekayaan yayasan harus dikelola secara profesional.83

81

H.P. Panggabean, Praktek Peradilan Menangani Kasus Aset Yayasan dan Upaya Penanganan Sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2002), hlm. 160.

82

Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 66.

83

Budi Untung dkk, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen (Yogyakarta : Andi, 2002), hlm. 123.

Menurut ketentuan Pasal 9 ayat (1) UU Yayasan, yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Ini berarti kekayaan awal yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang.84 Jumlah minimum harta kekayaan awal yayasan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi harus dicantumkan dalam anggaran dasar yayasan. Jumlah minimum kekayaan ini diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan Pasal 6 yang ditentukan bahwa kekayaan awal yang didirikan oleh orang Indonesia paling sedikit senilai Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), sedangkan jumlah kekayaan awal yayasan yang didirikan oleh orang asing atau orang asing bersama orang Indonesia paling sedikit senilai Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Kondisi seperti ini menjadi syarat materiil dari suatu yayasan. Anggota organ yayasan pun bukanlah pemilik dari yayasan sehingga wajib mempertanggungjawabkan penggunaan harta tersebut untuk mencapai tujuan yayasan.85

Pemisahan kekayaan yayasan dari kekayaan pendiri serta pihak lain yang menyerahkan (sebagian) kekayaannya kepada yayasan merupakan bukti adanya kemandirian yayasan. Pendiri serta pihak lain yang menyerahkan (sebagian) kekayaannya kepada yayasan tersebut tidak lagi mempunyai hak atas harta yang telah diserahkan kepada yayasan. Namun, mereka dapat melakukan kontrol terhadap yayasan berdasarkan prinsip akuntabilitas dan prinsip keterbukaan yayasan.86

84

Gunawan Widjaja I, Op.Cit., hlm. 21.

85

Budi Untung, dkk, Op.Cit., hlm. 126.

86

Pada ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) UU Yayasan dinyatakan bahwa kekayaan dilarang dialihkan atau dibagikan baik langsung maupun tidak kepada organ yayasan. Pada penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU Yayasan yang telah diperbaharui, ditegaskan bahwa kekayaan yayasan, termasuk hasil kegiatan usaha dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Pemberian gaji, upah, atau honorarium dapat diberikan kepada orang yang melakukan pengurusan secara langsung dan penuh serta bukan pendiri yayasan dan tidak memiliki hubungan keluarga dengan organ yayasan.

Harta kekayaan yang dimiliki oleh yayasan terutama digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional yayasan. Harta (aset) yayasan digunakan untuk membayar berbagai macam biaya operasional yang terjadi, tidak termasuk biaya-biaya yang harus dibayar untuk keperluan pembina, pengurus dan pengawas. Selain itu, biaya pembuatan akta notaris, biaya pengumuman pendirian yayasan, biaya publikasi ikhtiar laporan keuangan di surat kabar juga termasuk sebagai pengeluaran yayasan.87

Undang-Undang Yayasan banyak mengatur mengenai kekayaan yayasan, namun tidak ada satupun ketentuan dalam UU Yayasan yang membatasi jenis-jenis kekayaan yang dapat dimiliki oleh yayasan. Hal ini berarti bahwa tidak ada larangan bagi yayasan untuk mempunyai kekayaan dalam berbagai jenis. Yayasan dapat mempunyai kekayaan yang berbentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, atau kekayaan berupa benda-benda sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.88

87

Budi Untung, dkk, Op.Cit., hlm. 130.

88

Selain uang dan barang sebagai kekayaan yang telah dipisahkan oleh pendiri, kekayaan yayasan dapat diperoleh dari:89

1. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat

Menurut penjelasan Pasal 26 ayat (2) huruf a UU Yayasan sumbangan atau bantuan sukarela yang tidak mengikat yang diterima yayasan adalah bantuan baik dari Negara, masyarakat maupun dari pihak lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Wakaf

Menurut penjelasan Pasal 26 ayat (2) huruf b UU Yayasan yang dimaksud dengan wakaf adalah wakaf dari orang atau dari badan hukum. Pada ketentuan pasal 26 ayat (3) dinyatakan bahwa yayasan yang kekayaannya berasal dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum tentang perwakafan. 3. Hibah

Menurut penjelasan Pasal 26 ayat (2) huruf c UU Yayasan hibah adalah hibah dari orang atau dari badan hukum.

4. Hibah wasiat

Sesuai dengan penjelasan Pasal 26 ayat (2) huruf d UU Yayasan, pemberian hibah wasiat adalah tidak boleh bertentangan dengan hukum waris.

5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar yayasan dan/atau perundang-undangan yang berlaku.

Menurut penjelasan Pasal 26 ayat (2) huruf e UU Yayasan, yang dimaksud dengan perolehan lain misalnya deviden, bunga tabungan bank, sewa gedung, atau perolehan dari hasil usaha yayasan. Adanya dividen sebagai perolehan

89

Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Nomor. 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.

lain yang disebutkan dalam UU Yayasan sebagai bagian kekayaan yayasan menunjukkan bahwa yayasan diperkenankan untuk mendirikan dan/atau ikut serta (memiliki penyertaan) pada perusahaan lain dalam batas-batas yang ditentukan dalam UU Yayasan tersebut.90

Demikian pula jika kekayaan yayasan yang berupa uang disimpan pada bank sebagai tabungan, tiap bulannya akan mendapat bunga sekian persen. Kemudian kekayaan yayasan yang berupa harta tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, jika harta ini tidak digunakan dan disewakan kepada pihak lain, biaya sewanya merupakan pemasukan bagi yayasan.91 Perolehan dari hasil usaha yayasan, misalnya yayasan mendirikan badan usaha seperti toko buku, percetakan, bordir pakaian, jasa telekomunikasi, dan sebagainya, akan mendapat bagian dari keuntungan. Bagian dari keuntungan ini juga sebagai kekayaan yayasan.92