• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM PADA

B. Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas

Sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya PT dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan, dengan pengecualian hal-hal yang bersifat pribadi, yang hanya mungkin dilaksanakan

33

Ibid. 34

Gunawan Widjaja II, Op.Cit., hlm. 1.

35

Hardijan Rusli, Op.Cit., hlm. 25.

36

oleh orang-perorangan, seperti yang diatur dalam buku pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan sebagian dari buku kedua Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Perdata tentang kewarisan. Pelaksanaan segala hak dan kewajiban tersebut dilaksanakan oleh organ perseroan dimana ilmu hukum telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Organ-organ tersebut antara lain adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.37

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Sebagaimana diketahui, UU PT tidak lagi mengenal RUPS sebagai organ perseroan yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam perseroan.38 Pada Pasal 1 angka 4 UU PT dinyatakan pengertian Rapat Umum Pemegang Saham yaitu:

“Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.”

Adapun wewenang RUPS yang diberikan oleh UU PT adalah sebagai berikut :39

a. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan hukum calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum (Pasal 13 ayat (1) UU PT);

37

Ibid., hlm. 77.

38

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 3.

39Ibid

b. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian PT namun sebelum PT memperoleh status badan hukum (Pasal 14 UU PT); c. Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar perseroan (Pasal 19-28 UU

PT);

d. Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak (Pasal 34 ayat (3) UU PT);

e. Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap perseroan sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan perseroan (Pasal 35 UU PT);

f. Menyetujui maksud perseroan untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah dikeluarkan (Pasal 38 UU PT);

g. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud perseroan untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah dikeluarkan kepada dewan komisaris (Pasal 39 UU PT);

h. Menyetujui penambahan modal perseroan yaitu modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor (Pasal 41 ayat (1) UU PT);

i. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan pelaksanaan keputusan RUPS tentang penambahan modal perseroan kepada dewan komisaris (Pasal 41 ayat (2) UU PT);

j. Menyetujui pengurangan modal perseroan, yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor (Pasal 44 UU PT);

k. Menyetujui pemindahan hak atas saham apabila disyaratkan oleh anggaran dasar perseroan (Pasal 57 ayat (1) huruf b UU PT)

l. Menolak untuk mengesahkan laporan keuangan perseroan yang termasuk dalam kualifikasi perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana masyarakat atau perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan utang atau perseroan yang merupakan perseroan terbuka atau perseroan merupakan persero atau perseroan yang mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha paling sedikit Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) atau perseroan yang laporan keuangannya wajib diaudit Akuntan Publik sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, yang mana direksi perseroan tersebut ternyata tidak menyerahkan laporan keuangan perseroan tersebut kepada akuntan publik untuk diaudit (Pasal 68 ayat (1) dan (2) UU PT);

m. Menyetujui laporan tahunan perseroan dan mengesahkan perhitungan tahunan perseroan (Pasal 69 ayat (1) UU PT);

n. Menyetujui penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan (Pasal 71 ayat (1) UU PT);

o. Mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukkan ke dalam cadangan khusus (Pasal 73 ayat (2) UU PT);

p. Menyetujui penggabungan (merger), peleburan, pengambilalihan atau pemisahan, pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubaran perseroan (Pasal 89 ayat (1) UU PT);

q. Mengangkat anggota direksi (Pasal 94 ayat (1) UU PT) dan anggota dewan komisaris (Pasal 111 ayat (1) UU PT);

r. Memberhentikan anggota direksi (Pasal 94 ayat (5) jo Pasal 105 ayat (1) UU PT) dan anggota dewan komisaris (Pasal 115 ayat (5) dan Pasal 119 UU PT);

s. Menetapkan pembatasan atau persyaratan kewenangan direksi (Pasal 98 ayat (3) UU PT);

t. Menunjuk pihak di luar anggota direksi dan dewan komisaris Perseroan untuk mewakili perseroan dalam hlm terdapat seluruh anggota direksi dan dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan (conflict of interest) dengan perseroan (Pasal 99 ayat (2) huruf c UU PT);

u. Menyetujui maksud direksi untuk mengalihkan kekayaan atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih perseroan (Pasal 102 ayat (1) UU PT); v. Menyetujui atau menolak rencana/maksud direksi untuk mengajukan

permohonan pailit atas perseroan (Pasal 104 ayat (1) UU PT);

w. Mencabut atau menguatkan keputusan dewan komisaris yang memberhentikan sementara anggota direksi (Pasal 106 ayat (6) UU PT); x. Mengangkat komisaris independen (Pasal 120 ayat (2) UU PT);

y. Menyetujui rancangan penggabungan yang disusun direksi dan sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dewan komisaris perseroan (Pasal 123 ayat (3) UU PT);

z. Menunjuk likuidator (Pasal 142 ayat (3) jo Pasal 145 ayat (2) UU PT); 2. Direksi

Salah satu organ yang cukup penting dalam menjalankan kegiatan PT adalah direksi. Direksi disebut cukup penting karena direksilah yang

mengendalikan perusahaan dalam kegiatan sehari-hari. Tidak berlebihan jika masyarakat berpandangan posisi direksi dalam suatu perusahaan identik dengan pemilik perusahaan. Pandangan yang demikian tidaklah sepenuhnya dapat disalahkan, terlebih lagi dalam PT Tertutup dimana pemegang sahamnya didominasi oleh kalangan keluarga, hampir dapat dipastikan yang duduk di posisi direksi pun adalah dari kalangan pemilik perusahaan sendiri.40

Menurut Pasal 1 angka 5 UU PT yang dimaksud dengan direksi adalah sebagai berikut:

“Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.”

Defenisi di atas memperlihatkan bahwa istilah tugas, wewenang, dan tanggung jawab direksi hampir memiliki arah dan maksud yang sama, yaitu melakukan pengurusan perseroan (sesuai dengan maksud dan tujuan dalam anggaran dasar perseroan) dan mewakili perseroan (baik di dalam maupun di luar pengadilan). Ada tiga macam tanggung jawab anggota direksi yang diatur dalam Pasal 97 UU PT, yaitu seperti berikut :

1. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dengan itikad baik. 2. Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila

yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

40

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas (Bandung : Nuansa Aulia, 2006), hlm. 43.

3. Bertanggung jawab secara renteng dalam hal direksi terdiri atas dua orang atau lebih atas kerugian yang sama seperti pada poin 2 di atas.41

Ada beberapa kewajiban direksi yang ditetapkan oleh UU PT, antara lain sebagai berikut :42

1. Direksi wajib :

a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi.

b. Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan perseroan.

c. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan. 2. Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang

dimiliki anggota anggota direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban dimaksud dan menimbulkan kerugian bagi perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan tersebut.

3. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan perseroan atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari lima puluh persen jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.

4. Direksi wajib mendaftarkan dalam daftar perusahaan, seperti berikut : a. Akta Pendirian beserta surat pengesahan menteri Hukum dan HAM.

41

Mulhadi, Op.Cit., hlm. 103.

42Ibid

b. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta surat persetujuan Menteri Hukum dan HAM (untuk perubahan yang bersifat mendasar).

c. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM (untuk perubahan lainnya).

3. Dewan komisaris

Dewan komisaris menurut Pasal 1 angka (6) UU PT adalah sebagai berikut:

“Dewan komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.”

Dewan komisaris mempunyai tanggung jawab melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan tersebut ditujukan atas kebijakan pengurusan perseroan, dan jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan. Pengawasan dan pemberian nasihat tersebut dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.43

Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh dewan komisaris yaitu sebagai berikut :44

a. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya. Risalah rapat dewan komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan

43

Ibid., hlm. 106.

44Ibid.,

dan diputuskan dalam rapat tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan salinannya adalah salinan risalah rapat dewan komisaris karena risalah asli tersebut dipelihara direksi.

b. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan saham atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain. Demikian juga dengan setiap perubahan dalam kepemilikan saham tersebut wajib juga dilaporkan.

c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS. Laporan dewan komisaris mengenai hal ini dicatat dalam daftar khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) UU PT.

Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan komisaris punya kewajiban dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Dewan komisaris yang dalam keadaan dan waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 118 ayat (1) berlaku semua ketentuan, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga.45

C. Saham sebagai Bukti Kepemilikan