• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK-BENTUK KEKERASAN YANG DIALAMI TOKOH MIRA DALAM NOVEL WAJAH SEBUAH VAGINA

2.3 Bentuk-Bentuk Kekerasan yang dialami Tokoh Mira

2.3.2 Kekerasan Nonseksual

2.3.2.3 Kekerasan Psikologis

Berupa umpatan, ejekan, cemoohan dan segala tindakan yang mengakibatkan tekanan psikologis termasuk ancaman dan pengekangan yang berakibat pada gangguan mental dan jiwa seperti adanya trauma, hilangnya kepercayaaan diri, dan berbagai akibat negative lain.

Kekerasan psikologis yang dialami Mira, sudah Mira rasakan sejak kecil. Mira di kisahkan sejak umur 5 tahun sudah ditinggal mati kedua orangnya pada tahun 1965, orang tua Mira dibunuh oleh Petugas Keamanan Negara, karena terlibat organisasi komunis, yaitu Barisan tani Indonesia, sebuah organisasi di bawah payung partai komunis. Sejak itu Mira tinggal bersama neneknya dengan kondisi ekonomi sangat miskin. Kenangan masa kecil tersebut menjadikan kenangan pahit bagi diri Mira, berikut bukti kutipan kekerasan psikologi yang di alami Mira.

(24)“E…saya punya kenangan pahit, sangat pahit di Mijil. Maka, saya meninggalkan Mijil.” Mira seperti tercekik.

“Kenagan pahit?boleh saya tahu kenangan pahit itu?”Tanya Totti penuh empati.

Mira mengangguk, lalu bicara pelan, “Ayah-Ibu saya dibunuh ketika saya berusia lima tahun. Ya, itu sekitar tahun enam-lima akhir.”

“Dibunuh?siapa yang membunuh?tanya Totti terkejut.

“Petugas Keamanan Negara!!” sahut Mira lirih. “Alasan?Pasti politik!sel,a Totti dengan nada tinggi.

“Saya tidak tahu politik. Yang saya tahu, ayah saya-ibu saya petani miskin. Setelah saya masuk Sekolah Dasar saya dengar bahwa Ayah-ibu saya dibunuhkarena terlibat partai komunis—BTI, Barisan Tani Indonesia, adalah organisasi di bawah paying partai komunis…(hlm 45)

Keadaan tersebut membuat Mira mengalami kenangan pahit sewaktu kecil ia menjadi anak yatim-piatu. Karena masalah politik Mira kehilangan kedua orang tuanya. Setelah mulai beranjak dewasa, menjelang lulus Sekolah Dasar, Mira mendapat perlakuan tidak mengenakkan berupa, ejekan, cemoohan dan segala tindakan yang mengakibatkan Mira mengalami tekanan psikologi, ia menjadi tidak percaya diri. Banyak teman-temannya dan tetangganya mengecap Mira sebagai anak komunis. Sama saja menganggap Mira sebagai warga Negara yang paling dibenci dan dikucilkan oleh masyarakat. Cemoohan dari berbagai pihak membuat Mira kurang percaya diri apalagi keadaannya yang miskin tidak mampu melanjutkan ketingkat lebih tinggi yaitu SMP, seperti pada kutipan berikut.

(25)“Ketika saya mulai beranjak dewasa, menjelang lulus Sekolah Dasar, banyak teman-teman dan tetangga menghina dan mencap saya anak PKI. Kamu tahu dik? Itu artinya, saya adalah warga Indonesia paling di benci dan paling dikucilkan dal;am masyarakat.”(hlm 46)

Penderitaan Mira tidak sampai di situ saja, ia mengalami peristiwa menyedihkan, ketika ia berumur 14 tahun kegadisannya hilang direnggut oleh seorang lurah di desanya bernama pak Prakoso, seorang lurah kaya raya,

kekayaannya hanya untuk foya-foya dan main perempuan. Ia selalu berbuat sewenang-wenang terhadap wargannya terutama pada warga perempuan.

(26)“Ya, saya kehilangan kehormatan, itu terjadi, satu bulan setelah saya mendapat haid yang pertama. Waktu haid pertama, nenek saya membuat selamatan berupa tumpeng dan memandikan saya dengan air kembang tujuh macam. Maksudnya, agar saya selamat dalammemasuki gerbang perempuan sejati.Ia bilang haid—keluarnya darah dari lubang vagina menandakan bahwa gusti Allah menganugerahkan perempuan kemuliaan, sebagai garis penerus kehidupan, dengan melahirkan keturunan. Calon-calon anak bermukim di bagian dalam vagina yang disebut garba—rahim. Maka sudah selayaknya bila vagina itu dihormati, dijunjung tinggi, karena tempat awalnya kehidupa. Tanpa ada vagina berikut rahimnya, bias jadi dunia ini akankosong tanpa penghuni.”( hlm47- 48)

Setelah pemerkosaan yang dilakukan pak lurah, Mira menjadi seorang WTS(wanita tuna susila). Mira pergi dari desa Mijil, karena takut akan ancaman dari lurah Prakoso. Lurah Prakoso mengancam akan membunuh dan mencari-cari kesalahan Mira dan neneknya, kalau mereka mengaktifkan kembali partai komunis. Ancaman dari lurah Prakoso membuat Mira takut dan merasa kehilangan kepercayaan diri serta mengalami tekanan psikologinya, ia merasa tidak nyaman dan aman untuk tinggal di desanya, oleh karena itu Mira memutuskan kabur dari desanya. Mira pergi ke Surabaya menemui Mbak Dinah tetengganya yang katanya bekerja sebagai pelayan restoran. Ternyata Mbak Dinah seorang mucikari dan tega menjual Mira dengan alasan Mira harus membayar sewa kamar tidur dan kebutuhannya selama Mira tinggal di tempat mbak Dinah. Selama ia menjadi pelacur Mira mendapat kekerasan fisik dan seksual dari pelanggannya, seperti pada kutipan berikut.

(27)“Kakak jadi WTS?” Totti mengeja pertanyaannya.

“Ya, karena tidak ada jalan lain yang bias saya lakukan pada waktu itu, selain menjadi WTS,”tanggap Mira geram. “Setelah lurah edan itu merenggut kehormatan saya, saya minggat dari desa, karena kalau saya

tidak pergi diancam akan dibunuh Pak Lurah, Aneh kan?yang salah dia, kok malah dia yang mengancam saya. Dia mencari-cari kesalahan nenek saya dan saya. Katanya, saya mulai kasak-kusuk mengatifkan partai komunis di Mijil. Astaga, mana mungkin anak kencur, yang selamanya udik, lulusan sekolah dasar mampu menghimpun kekuatan untuk mengaktifkan PKI?”

“Apa nenek kakak tahu, kalau kakak… dianu oleh pak lurah?’ tanya Totti…

“tidak , karena pak lurah terus mangancam saya , saya lalu pergi ke Surabaya—menemui seorang tetangga saya yang katanya kerja di sebuah restoran. Namanya Mbak Dinah. Ternyata, Mbak Dinah menjadi mucikari. Dia tega menjual saya (hlm 49)

Selama menjadi pelacur di tempat Mbak Dinah Mira mendapat kekerasan fisik dan seksual, ia diperlakukan kasar vaginanya disulut rokok. Keadaan itu membuat Mira merasa rendah sebagai seorang perempuan vaginanya tidak ada harganya, hanya sebagai pemuas nafsu birahi laki-laki, berikut kutipannya.

(28)“…Ada lagi yang menyebalkan itu lho..selama hubungan intim sambil meremas-remas atau menggigit-nggit payudara. Anu saya juga pernah dapat laki-laki edan, waktu hubungan intim memukul saya dan vagina saya disulut rokok segala…”(hlm 55)

(29)“..saya beberapa kali melayani laki-laki kasar semacam itu ketika saya berkerja di mbak Dinah. Saya benar-benar merasa direndahkan. Vagina saya benar-benar tidak ada harganya, karena hanya sebagai pelampiasan nafsu birahi semata (hlm56)

Kutipan (28), (29) penggambaran perasaan Mira, ia merasa direndahkan sebagai seorang perempuan. Vagina (alat kelamin perempuan) yang menurut neneknya adalah anugerah termulia dari Tuhan yang seharusnya dijaga dan dihormati keberadaannya, namun pada kenyataannya vagina Mira hanya sebagai pemuas nafsu laki-laki bejat, membuat Mira merasa vaginanya tidak ada harganya lagi keberadaannya dan begitu rendah.

Apalagi ketika nenek Mira sakit tumor yang menguras semua tabungan Mira untuk biaya operasi neneknya dan ternyata neneknya tidak bisa tertolong

lagi. Kematian neneknya membuat Mira ngenes atau sedih tabungan habis dan ditinggal orang yang sangat mencintai dan menyayanginya, keadaan tersebut membuat Mira frustasi, berikut bukti kutipannya.

(30)“Apalagi pada waktu itu nenek saya memerlukan uang banyak untuk biaya pengobatan dan operasi tumor yang bersarang di perutnya, tabungan saya, saya kuras untuk membiayai nenek saya. Ternyata nenek saya meninggal seminggu setelag dioperasi. Saya bener-bener ngenes waktu itu. Tabungan ludes, nenek saya, satu-satunya orang yang mencintai dan menyayangi saya meninggal..Ya, sudah…saya bener-bener frustasi..”( hlm 51)

Kekerasan psikologi yang dialami Mira tidak berhenti disitu saja, pertemuannya dengan Mister Mulder membuat impian Mira terkabul, kemewahan bisa ia dapat dengan mudah. Mulder selalu memberinya kemewahan dan pada akhirnya kemewahan itu hanya sementara, karena Mira kembali dieksploitasi, ia dijual oleh Mulder kepada teman-temannya dan mendapat perlakuan kasar dari Mulder.

Ketika Mira harus melayani Tuan Lulumban, Mira mendapat haid dan perutnya sakit. Melihat Mira tidur Mulder sangat Marah pada Mira. Mira mencoba menjelaska, ia sedang datang bulan dan perutnya sakit, tapi Mulder tidak percaya Mulder membentak-bentak Mira dan mengumpat dengan kasar serta menganiaya Mira.

(31)“Mira apa malam ini you tidak kerja?Tuan Lulumban menantimu di Paradise Motel!” Tanya Dicky dengan nada menghardik.

“O, Mulder…Mulder, Mulder…saya,saya ternyata tadi sore haid, jadi,jadi saya tidak bisa bekerja melayani Tuan Lumlumban!” sahut Mira geragapan, terbangun dari tidurnya, “perut saya mules.”Tegasnya dengan suara gemetar, karena didilanda ketakutan.(hlm 161)

Dari kutipan (31) menandakan Mira merasa ketakutan, karena tidak bisa melayani Tuan Lulumban di sebuah motel. Karena Mira takut Mulder marah.

Mendengar alasan Mira bahwa ia sedang datang bulan dan tidak bisa melayani tuan Lulumba serta tidak menghasilkan uang. Mulder marah dan mencemooh Mira dan menendangnya. Mira merasakan sakit, tetapi tidak berani untuk menangis, karena ia takut Mulder akan menambah memukulnya.

Umpatan dan cemoohan tidak henti diucapkan dari mulut Mulder, ia mengungkit-ungkit masa lalu Mira, yang dulunya miskin sampai menjadi nyonya gedongan karena berkat Mulder.

(32)“Haid!Haid!Haid! You bohong. You sok suci. Heh!” Dicky menendang perut Mira hingga perempuan itu terjatuh terpelanting dari tempat tidur kayu yang sempit.

Tentu saja sakit. Tetapi Mira tidak berani menangis. Sebab, kalau ia berani menangis, Dicky akan menendangnya lebih keras lagi, bahkan ditambah pukulan bertubi-tubi.

“You sekarang memang kurang ajar. Ngelunjak. Tidak tahu diuntung. Dari kere sudah ik jadikan nyonya gedongan.Tapi, you membalas apa pada ik?”Dicky melotot, lalu meludahi wajah Mira yang pucat.

Dengan takut Mira minta maaf kepada Mulder dengan tertatih-tatih. Cemoohan, umpatan yang dilontarkan Mulder yang mengatakan Mira bodoh, dungu dan perempuan kampung. Mira meratap dan mencium kaki Mulder, Mira merendah dihadapan Mulder dengan meratap ampun. Namun, ucapan ampun Mira tidak membuat Mulder mereda emosinya, Mulder malah menjadi-jadi dan sampai pada akhirnya Mira diperkosa dan dikubur hidup-hidup. Berikut bukti kekerasan psikologi yang dialami Mira sebagai berikut kutipannya.

(33)“Maafkan saya Tuan Mulder,”Mira menyembah-nyembah Mulder, setelah berhasil bangkit dengan tertatih-tatih.

“You kasih tahu Tuan Lulumban tidak, kalau you sedang merah?”Tanya dicky sambil memegangi leher Mira yang seolah-olah siap dicekiknya. Mira menggeleng perlahan-lahan dan Dicky lalu menempelengnya sambil berteriak, “stupid!Tolol!(hlm 162)

“Ampun!Ampun!, Tuan Mulder!Ampuun..!” Mira meratap-ratap, sambil menciumi kaki Digky Mulder Darah segar pun menetes-netes dari bibir Mira yang baru saja ditempeleng Dicky.

“kalau you masih mau hidup, you harus nurut apa yang ik perintahkan. You tahu ik sekarang lagi butuh uang banyak, maka you harus rajin bekerja..”tegas Dicky dengan gigi menggegat-nggegat.

“Saya, Tuan Mulder. Saya mengerti!”sahut Mira dengan tubuh gemetar dan darah yang mengalir dari bibirnya makin deras. Darah itu berbau anyir tapi diciuman Dicky Mulder darah itu menebarkan aroma cendana. Aroma wangi segar, mengingatkan Dicky Mulder pada Wendy. Aroma itu langsung membangkitkan gairah birahinya. Mira yang berdarah-darah itu menjadi sasaran nafsu birahinya. Ketika Mira menolak, Dicky memaksanya, memperkosanya, membuat Mira tidak berdaya. Ia pingsan, Dicky mengira Mira sudah mati. Kemudian , Dicky menyewa mobil dengan dalih untuk membawa Mira kedokter., yang sebenarnya mobil sewaan itu dipergunakan Dicky untuk mengubur Mira di semak-semak wilayah Mpeseo. Wendy terlibat dalam kejahatan ini.(hlm 163-164)

Kutipan (32), (33), (34) bisa kita lihat apa yang dialami Mira, ia menerima umpatan, cemoohan, ancaman, pemerkosaan sampai pada pembunuhan yang dilakukan oleh Mister Mulder yang menghidupinya selama ini. Pertama hidup dengan Mulder Mira merasa disanjung dan dianggap rembulan. Dan kemudian sampai pada akhirnya ia diperlakukan sewenang-wenang.

(35)“Terimakasih bidadariku…terimakasih, Mira…kau adalah rembnulanku!kau memang rembulan hidupku.”

:Rembulan,oh rembulan!Mira benar-benar tersanjung bila mendengar kalimat itu, kalimat yang diucap kan Mulder. “Mira..kau adalah rembulanku!kau memang rembulan hidupku!”Baginya itu merupakan kado yang terindah dalam hidupnya, lebih indah dari benda-benda yang diberikan Mulder kepadanya. Baginya, seumur hidupnya belum pernah ada seorang pun yang menyanjungnya demikian. Rembulan, oh… rembulan. Sanjungan ini bagi Mira mempunyai makna yang dalam. Rembulan dalah benda yang indah, benda yang menyinari bumi tanpa panas. Karena ia dikagumi dan dipuji-puji manusia melalui getar rasa maupun karya-karya sastra seperti puisi, lagu dan lukisan. Bahkan, rembulan juga disakralkan dalam mantra.

Perumpamaan rembulan, menjadikan Mira Merasa benar-benar sebagai manusia, manusia yang dihargai. Ia benar-benar merasa diwongke oleh Muldere dan ini membuatnya percaya diri serta mampumelupakan masa kecilnya yang penuh kepahitan karena di cap debagai anak PKI. ( hlm 96)

Keindahan-keindahan kata-kata tersebut berubah menjadi kata makian yang diterima Mira. Mira mendapat pelakuan kasar, tidak manusiawi dan membuat Mira menjadi kehilangan percaya diri kembali dan trauma. Rasa trauma Mira terlihat ketika ia bertemu nyonya Julia, Mira merasa takut bertemu orang asing.

(36)“Tixo…oh…Menghilang, Bu sepuh membelalak, lalu melihat kekiri dan kekanan, bola matanya mencari jejak MiraGranny…granny..aku menemukan Mira”seru Totti ,dengan nafas terengah-engah, berlari kebelakang untuk menemui neneknya.

“apa?” Julia terkejut.

“Dimana Mira?”Bu Sepuh beraksi cepat.

“Disana. Dikebun. Sembunyi, diatas pohon kamboja.”Sahut Totti, masih terengah-engah, sambil menunjuk kearah kebon yang ada dibelakang rumah..

“Tunggu dulu Inyanga…!”kata Julia. Barang kali, dia bersembunyi karena malu, kepada saya yang dianggap orang asing. Saya tahu itu, saya tidak mau menambahnya depresi.(hlm 180)

Di bawah ini pemaparan tentang kekerasan psikologi yang dialami Mira selama hidupnya. Kekerasan psikologi sebagai berikut; ditinggal mati kedua orang tuanya, dicap sebagai anak komunis sehingga Mira dikucilkan, dicemooh, dan dihina teman dan tetangga-tengganya., ancaman pembuhan dan isu mengenai PKI yang dilakukan lurah Prakoso, paksaan menjadi pelacur, kekerasan fisik dan seksualitas. Kematian nenek yang ia sayangi, karena penyakit Tumor menyebabkan Mira frustasi, hinaan dan cemoohan, kekerasan fisik dan seksualdari Mulder. Kekerasan tersebut tentu saja mengakibatkan adanya trauma pada diri Mira, stress, kehilangan rasa percaya diri, menyalahkan diri sendiri. Merasa rendah martabatnya sebagai perempuan.

Dokumen terkait