• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuasaan Konstitusional

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 88-93)

SANG PENGUASA

IX. Kekuasaan Konstitusional

KINI kita membahas persoalan lain yaitu mengenai seorang rakyat biasa yang menjadi penguasa bukannya dengan jalan kejahatan ataupun kekejaman, tetapi karena jasa baik sesama rakyat. Ini dapat kita sebut suatu kekuasaan konstitusional. Untuk mencapai kedudukan ini orang tak tergantung seluruhnya pada kedudukan tinggi ataupun pada nasib mujur, tetapi lebih tergantung pada kelihaian mengambil langkah yang didukung

oleh nasib baik seseorang. Kedudukan ini dapat dicapai karena dukungan rakyat atau karena dukungan golongan bangsawan. Dua kelas dalam masyarakat yang berbeda ini selalu ada di setiap kota. Dan rakyat di mana pun juga mengharap dengan rasa cemas agar tidak diperintah atau ditindas oleh para bangsawan, sedangkan para bangsawan siap untuk memerintah dan menindas rakyat. Ambisi-ambisi yang saling berlawanan ini menghasilkan salah satu dari tiga kemungkinan ini: kerajaan, kota yang merdeka atau anarki.

Suatu kerajaan diciptakan entah oleh rakyat atau oleh para bangsawan, tergantung pada siapa dari kedua pihak tersebut menggunakan peluang yang ada. Yang biasa terjadi ialah bahwa kalau para bangsawan mengetahui bahwa mereka tidak dapat melawan rakyat, mereka mulai bersatu dan mengangkat salah seorang dari antara mereka dan menjadikannya raja agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan mereka di bawah naungan wewenangnya. Rakyat, dengan cara yang sama, kalau tidak mampu melawan para bangsawan, mengangkat salah seorang dari antara mereka dan menjadikannya penguasa agar mereka dilindungi oleh kekuasaannya tersebut. Orang yang menjadi penguasa karena dukungan para bangsawan akan menghadapi kesulitan yang lebih besar daripada orang yang diangkat menjadi penguasa oleh dukungan rakyat, karena ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang merasa sama derajatnya dan karenanya ia tak dapat memerintah atau mengatur menurut keinginannya. Orang yang menjadi penguasa karena dukungan rakyat berkuasa sendiri dan tidak ada seorang pun atau sedikit sekali yang melawannya. Kecuali itu, tidak mungkin membuat para bangsawan merasa puas dengan tindakan yang jujur, tanpa merugikan kepentingan pihak lain. Tetapi hal ini dapat dilakukan sejauh menyangkut rakyat. Rakyat lebih jujur dalam cita-cita mereka daripada para bangsawan, karena para bangsawan ingin menindas rakyat, sedangkan rakyat menginginkan untuk menghindari penindasan. Perlu ditambahkan di sini bahwa seorang penguasa tidak akan

pernah dapat menjamin keselamatannya sendiri berhadapan dengan rakyat yang bersikap bermusuhan: karena jumlah mereka besar sekali. Tetapi ia dapat bertahan melawan sikap permusuhan para bangsawan, karena jumlah mereka hanyalah sedikit. Hal yang paling buruk yang dapat dialami seorang penguasa dari rakyat yang memusuhinya ialah bahwa ia akan ditinggalkan saja

oleh rakyat, sedangkan menghadapi bangsawan yang

memusuhinya, ia terpaksa takut tidak hanya akan ditinggalkan begitu saja tetapi karena mereka secara aktif menentangnya. Dan karena mereka lebih jauh dalam hal pandangan dan kelicikan mereka, mereka selalu bisa dengan tepat mengambil tindakan untuk menyelamatkan diri dan melindungi kepentingan mereka dan memihak orang yang mereka harapkan akan menang. Sekali lagi, seorang penguasa harus hidup bersama dengan rakyat, tetapi ia bisa hidup tanpa para bangsawan, karena ia selalu bisa setiap hari menciptakan atau menghapuskan para bangsawan, dengan meningkatkan atau mengurangi pengaruh mereka menurut sekehendak hatinya.

Untuk menjelaskan pembicaraan ini lebih lanjut, saya ingin mengemukakan bahwa ada dua pertimbangan yang harus diingat sehubungan dengan para bangsawan, yaitu atau mereka harus diperintah sedemikian rupa sehingga mereka sama sekali tergantung pada kekuasaan Anda atau independen terhadap Anda. Mereka yang menggantungkan dirinya sama sekali pada Anda dan tidak tamak, hat uslah dihormati dan dicintai; mereka yang tetap independen terhadap Anda, mengambil sikap demikian karena dua alasan. Mereka berbuat demikian karena kekerdilan jiwa mereka dan tidak mempunyai keberanian; terhadap mereka ini Anda harus bisa memanfaatkannya, khususnya mereka yang dapat memberikan nasihat yang sehat, karena mereka akan menghormati Anda kalau Anda berhasil dan Anda tidak perlu merasa takut terhadap mereka dalam saat-saat negara dalam keadaan bahaya. Tetapi kalau mereka dengan sengaja dan berdasarkan ambisi mau tetap independen terhadap Anda, itu

merupakan tanda bahwa mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri daripada mementingkan Anda. Terhadap para bangsawan semacam ini, seorang penguasa harus menjaga diri dan memandang mereka sebagai musuh yang terselubung, karena bila negara dalam keadaan bahaya mereka akan membantu musuh menghancurkan Anda.

Orang yang menjadi penguasa atas dukungan rakyat bagaimanapun juga harus tetap mempertahankan persahabatan; hal ini akan mudah dilakukannya, karena rakyat tidak menuntut apa pun juga kecuali agar mereka tidak mengalami penindasan. Tetapi orang yang menjadi penguasa bertentangan dengan

keinginan rakyat dan karena mendapat dukungan para

bangsawan, ia harus berusaha mengambil hati rakyat; ini akan

mudah dilakukannya kalau ia melindungi mereka. Dan

sebagaimana orang, yang menerima kebaikan dari orang yang mereka anggap jahat, akan merasa lebih besar terima kasih mereka kepada pemberi, dengan demikian rakyat akan cepat bersikap baik terhadapnya, daripada jika ia menjadi penguasa karena dukungan mereka. Penguasa dapat mengambil hati rakyat dengan banyak cara, yang berbeda-beda menurut keadaan dan untuk itu tidak ada ketentuan yang dapat diberikan dan karena itu tidak perlu dibahas di sini. Sebagai kesimpulan, saya hanya ingin mengemukakan, bahwa penting bagi seorang penguasa memelihara persahabatan dengan rakyat; kalau tidak, ia tidak mempunyai teman yang dapat memberi bantuan pada waktu negara dalam keadaan bahaya.

Nabis, seorang raja bangsa Sparta, berhasil bertahan terhadap kepungan seluruh negara Yunani dan pasukan Romawi yang jaya dan ia berhasil mempertahankan negara dan kekuasaannya melawan mereka semua itu. Dalam keadaan bahaya dan terancam, cukup baginya menindak beberapa orang bawahannya. Tetapi hal ini tentu tidak akan mungkin terjadi seandainya rakyat memusuhinya. Dan jangan ada orang yang menentang pandangan saya ini dengan mengutip peribahasa

yang sudah usang yaitu bahwa orang yang membangun dengan mengandalkan dukungan rakyat, ia membangun di atas lumpur. Hal ini mungkin benar bagi orang yang mendasarkan kekuasaannya pada rakyat dan memastikan bahwa rakyat akan menolongnya jika ia menghadapi bahaya musuh atau menghadapi para pejabat yang berkuasa. (Dalam hal ini ia akan menyadari bahwa ia keliru, seperti yang terjadi pada diri Gracchi di Roma dan Messer Giorgio Seali di Florence.) Tetapi kalau seorang pangeran membangun kekuasaannya atas rakyat, ia dapat memimpin dan ia penuh keberanian, tidak mudah putus asa dalam menghadapi bahaya, tidak lalai bersikap waspada dan dapat mengambil hati rakyat dengan menampilkan diri secara meyakinkan dan dengan peraturan-peraturan yang dibuatnya, ia tidak akan ditinggalkan oleh rakyatnya dan akan terbukti bahwa ia telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi kekuasaannya.

Pada umumnya kerajaan-kerajaan ini mengalami krisis, kalau kekuasaannya yang terbatas berubah menjadi kekuasaan yang mutlak. Penguasa yang mengambil langkah semacam ini memerintah atau secara langsung atau melalui para pejabat negara. Dalam hal yang kedua ini, kedudukan mereka lebih lemah dan lebih berbahaya, karena mereka menyandarkan diri sepenuhnya pada kehendak penduduk setempat yang telah diangkat menjabat sebagai penguasa. Mereka ini khususnya bila negara dalam keadaan sulit, dapat mudah menggulingkan raja, baik dengan aksi langsung, maupun dengan sikap yang tidak taat terhadap raja. Dan kalau keadaan bahaya datang, raja tak dapat menggunakan kekuasaan mutlaknya, karena rakyat yang sudah terbiasa menerima perintah dari pejabat lokal, tidak akan mau menerima perintah dari raja, dalam situasi krisis. Juga, dalam keadaan yang penuh kegancangan sulit bagi raja untuk menemukan orang-orang terpercaya. Dengan demikian raja tidak dapat mengandalkan apa yang telah dialaminya dalam masa damai, sewaktu rakyat membutuhkan pimpinannya. Dalam masa damai, setiap orang taat dengan senang hati dan setiap orang

mudah membuat janji-janji dan setiap orang siap mati untuknya, jika maut masih belum nampak. Tetapi bila mereka menghadapi keadaan bahaya, jika negara membutuhkan rakyatnya, maka raja tidak akan banyak menemukan orang-orang pilihannya. Dan ujian kesetiaan ini menjadi lebih berbahaya karena hanya dapat dilakukan satu kali saja. Karenanya seorang raja yang bijaksana harus menemukan cara-cara bagaimana rakyatnya dalam keadaan apa pun, selalu menggantungkan diri padanya dan pada kekuasaannya. Dengan demikian barulah mereka akan selalu setia kepada rajanya.

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 88-93)