• Tidak ada hasil yang ditemukan

Para Menteri Raja

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 147-153)

Res dura, et regni novitas me ta lia cogunt Molin, et late fines custode tueri

XXII. Para Menteri Raja

PEMILIHAN menteri bukanlah suatu hal yang tidak penting bagi raja. Baik tidaknya pilihan tersebut tergantung pada kebijak- sanaan raja. Kesan yang diperoleh pertama kali mengenai seorang raja dan kebijaksanaannya ialah kalau orang melihat orang-orang yang ada disekelilingnya. Kalau mereka itu cakap dan setia, raja selalu akan dipandang bijaksana, karena ia dapat melihat kemampuan mereka dan membuat mereka tetap setia kepadanya. Tetapi kalau sebaliknya, raja selalu mudah mendapat kecaman, karena kesalahan pertama yang dilakukan adalah dalam memilih para menterinya.

Orang yang tahu Messer Antonio da Venafro sebagai menteri Pandolfo Petrucci, raja Siena, akan beranggapan bahwa Pandolfo sendiri bukanlah orang yang mempunyai kemampuan tinggi. Ada tiga macam kebijaksanaan: yang pertama memahami masalah- masalah sendiri, yang kedua menghargai apa yang merupakan pernahaman orang lain dan yang ketiga tidak memahami masalah sendiri dan tidak menghargai pernahaman orang lain. Yang pertama baik sekali, yang kedua baik dan yang ketiga jelek. Karena itu Pandolfo, seandainya ia tidak memiliki kebijaksanaan macam pertama, paling tidak memiliki kebijaksanaan macam

kedua. Kalau seorang raja dapat membedakan dan melihat apa yang baik dan buruk dalam perkataan dan tindakan seseorang lain, walau ia tidak memiliki kebijaksanaan itu sendiri, ia dapat melihat apakah perbuatan menterinya itu baik atau jahat dan ia dapat memberikan pujian atau memberikan teguran sebagaimana mestinya. Dengan cara ini, menteri tidak akan berusaha menipunya dan akan mengusahakan tidak berbuat salah.

Ada suatu cara yang tentu berhasil bagi seorang raja untuk mengetahui tindakan menterinya. Kalau menteri itu lebih memikirkan dirinya sendiri daripada memikirkan kepentingan raja dan dalam segala tindakannya mau mencari keuntungannya sendiri, orang semacam itu tidak pernah dapat menjadi menteri yang baik dan raja tidak bisa mempercayainya. Karena, orang yang mendapat kepercayaan menjalankan tugas negara tidak pernah boleh memikirkan dirinya sendiri kecuali kepentingan raja dan tidak boleh memikirkan diri sendiri kecuali urusan raja. Dari pihak raja, agar menteri tetap setia, raja harus selalu memikirkan menterinya, memberikan kehormatan dan kekayaan kepadanya, membuat menteri merasa berutang kepada raja, membagikan kehormatan dan tanggung jawab. Dengan demikian menteri memahami berapa jauh ia tergantung pada raja. Karena kenyang akan harta dan kehormatan, menteri tidak akan menginginkan yang lain lagi; karena diberi tugas banyak untuk mengurusi kesibukan kerajaan, ia tidak berkeinginan untuk mengadakan perubahan-perubahan. Karena itu, kalau hubungan antara raja dan menterinya berjalan seperti itu, mereka dapat saling mempercayai. Tetapi kalau sebaliknya, akibatnya selalu merugikan kedua-duanya.

XXIII. Para Penjilat Harus Disingkirkan

SUATU masalah penting yang tidak dapat saya lewatkan di sini ialah kekeliruan yang hanya dapat dihindari dengan susah payah, jika raja tidak cukup bijaksana atau kalau raja tidak

memilih para menterinya dengan baik. Yang saya maksudkan ialah para penjilat, yang memenuhi istana; orang yang suka mengurus diri sendiri dan senang menutup-nutupi dirinya sehingga sulit bagi mereka tidak terjerumus dalam kenistaan ini. Dan seandainya mereka coba mengelak untuk tidak berbuat demikian, mereka akan menanggung risiko dipermalukan. Tidak ada cara lain untuk menjaga diri bebas dari penjilatan ini daripada memberitahukan kepada semua orang bahwa Anda tidak akan marah kalau mereka mengatakan hal yang sebenarnya. Tetapi kalau setiap orang dapat menyampaikan kebenaran, orang tidak akan menghormati Anda lagi. Karena itu, seorang raja yang pintar akan menggunakan jalan tengah, memilih orang-orang bijaksana untuk mengurusi pemerintahan dan mengizinkan hanya mereka yang boleh mengatakan kebenaran kepadanya dan hanya mengenai masalah yang ditanyakan kepada mereka, sedang masalah lain tidak. Tetapi raja juga harus menanyai mereka dengan teliti dan mendengarkan apa yang mereka katakan. Lalu raja harus mengambil keputusan sendiri. Dan raja harus menunjukkan sikap kepada dewan penasihat dan kepada masing- masing penasihatnya sedemikian rupa sehingga mereka merasa semakin terbuka dan bebas berbicara dan semakin berkenan kepada raja. Lepas dari semua ini, raja tidak boleh mengikuti nasihat siapa pun juga. Ia harus mengusahakan agar kebijaksanaannya disetujui dan langsung dilaksanakan dan ia harus memegang teguh kebijaksanaan tersebut. Raja yang tidak melaksanakan kebijaksanaan ini tentu dihasut oleh para penjilat atau orang yang selalu berubah pandangan karena menerima nasihat yang saling bertentangan: akibatnya ia tidak dihormati sama sekali.

Saya ingin mengemukakan contoh modern mengenai pandangan ini. Uskup Luca, pengikut Maximilian yang menjadi kaisar sekarang ini, mengatakan bahwa kaisar tidak pernah meminta nasihat siapa pun dan tidak pernah melaksanakan apa yang dikehendakinya. Hal ini terjadi karena ia melakukan

kebalikan dari yang saya utarakan di atas. Kaisar adalah seorang yang pendiam, ia tidak menyatakan rencanarencananya kepada siapa pun atau tidak mau menerima nasihat. Tetapi begitu ia mau melaksanakan rencananya dan rencana itu kemudian diketahui umum, rencana tersebut ditentang oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Dan ia mudah sekali beralih dari tujuan semulanya. Akibatnya apa yang dilakukannya pada hari ini, dibatalkan lagi keesokan harinya, apa yang diinginkan dan direncanakannya tidak pernah jelas dan pertimbangan-pertimbangannya tidak dapat dipercayai.

Karena itu, seorang raja harus selalu meminta nasihat. Tetapi hanya kalau ia berkenan berbuat demikian, tidak karena orang lain yang menghendakinya. Sebaliknya, ia harus melarang

secara mutlak usaha-usaha untuk memberikan nasihat

kepadanya kecuali kalau ia menghendakinya. Namun ia harus menjadi seorang penanya yang ulung dan seorang pendengar yang sabar tentang kebenaran mengenai masalahmasalah yang ingin diketahuinya. Dan kalau ia mengetahui seseorang bersikap ragu mengatakan kebenaran, ia harus marah. Karena sementara orang berpendapat bahwa seorang raja yang disegani karena kebijaksanaannya bukan dari bakat pembawaannya tetapi karena nasihat para penasihatnya, orang-orang tersebut tertipu. Ada suatu hukum yang mutlak: seorang raja yang tidak bijaksana tidak dapat menerima nasihat dengan baik, kecuali kalau ia menyandarkan dirinya ke tangan seseorang yang mengurusi segala urusannya dan orang tersebut memang sungguh bijaksana. Dalam hal ini mungkin ia akan mendapat nasihat yang baik, tetapi ia tidak akan bertahan lama karena orang yang memberikan nasihat padanya akan segera merampas kekuasaan negara daripadanya. Tetapi kalau raja mencari nasihat kepada lebih dari seorang dan dia sendiri tidak bijaksana, ia tidak akan mendapatkan kesepakatan dari dewan penasihat atau tidak sanggup untuk mempertemukan pandangan mereka. Setiap penasihat akan memberikan nasihat sesuai dengan kepenting-

annya sendiri; dan raja tidak akan mengetahui bagaimana membetulkannya atau memahaminya. Dan tidak dapat terjadi sebaliknya, karena orang akan selalu menipu Anda kecuaii kalau mereka dipaksa untuk mengatakan sebenarnya. Karena itu perlu disimpulkan bahwa nasihat yang bijaksana, dari mana pun datangnya, tergantung pada kebijaksanaan raja dan bukan kebijaksanaan raja tergantung pada nasihat yang baik.

XXIV. Mengapa Raja-raja Italia Kehilangan Negara Mereka

KALAU raja melaksanakan petunjuk yang saya kemukakan di atas, seorang raja yang baru akan tampak seperti sudah lama berkuasa dan akan cepat menjadi lebih aman dan tenang memerintah daripada jika ia sudah mengalami memerintah negara dalam waktu yang lama. Perbuatan raja baru lebih menarik perhatian daripada raja yang memerintah karena hak warisan. Dan kalau perbuatannya ini ditandai dengan kesatriaan dan keberanian, lebih daripada hanya sekadar warisan, ia akan mempesona orang dan menarik orang untuk bersekutu dengannya. Hal ini disebabkan orang lebih terkesan oleh zaman sekarang daripada oleh zaman dahulu. Dan kalau mereka memutuskan apa yang sedang dilaksanakan sekarang ini baik, mereka merasa puas dengannya dan tidak akan mencari sesuatu yang lain lagi. Memang dalam hal ini mereka akan melakukan apa saja untuk membela raja mereka, asalkan raja sendiri tidak mempunyai kekurangan-kekurangan dalam hal lain. Dengan demikian raja baru akan memperoleh kemuliaan ganda, karena telah mendirikan suatu negara baru dan karena telah memperlengkapi dan memperkuatnya dengan hukum-hukum yang adil, pertahanan yang baik, sekutu yang dapat diandalkan dan kepemimpinan yang memberikan semangat juang, sedang orang yang lahir sebagai raja tetapi kehilangan negaranva akan menderita malu ganda pula.

pangeran Milan dan sebagainya yang telah kehilangan negaranya pada zaman kita ini. Kalau kita perhatikan, kita akan melihat bahwa mereka semua memiliki kelemahan vang sama dalam hal pengaturan angkatan perang mereka, menurut pandangan yang dibicarakan secara tuntas di atas. Maka, akan tampak bahwa beberapa dari antara mereka menimbulkan rasa permusuhan di kalangan rakyat atau kalau rakyat memihak mereka, mereka tidak tahu cara menjalin persekutuan dengan para bangsawan. Kalau mereka tidak digerogoti oleh salah satu kekurangan yang disebutkan di atas, negara yang cukup kuat memelihara suatu angkatan perang tidak akan dapat kalah. Philip dari Macedon (bukan ayah dari Alexander, tetapi raja yang dikalahkan oleh Tirus Quintius) memerintah suatu wilayah kecil dibandingkan

dengan keagungan bangsa Romawi atau Yunani, yang

menyerangnya. Namun karena ia seorang prajurit tulen, yang mengetahui bagaimana menyenangkan rakyat dan menjalin persekutuan dengan bangsawan, ia dapat mempertahankan perang melawan kedua negara tersebut selama bertahun-tahun. Dan walaupun pada akhirnya beberapa kota jatuh ke tangan musuh, ia tetap masih menguasai kerajaannya.

Dengan demikian raja-raja kita, yang kekuatannya sudah dibangun bertahun-tahun lamanya, tidak akan mempersalahkan Dewi Fortuna atas kekalahan mereka. Kelemahan mereka sendirilah yang harus dipersalahkan, karena, mereka tidak pernah membayangkan pada masa damai bahwa keberuntungan mereka dapat berubah. (Dan inilah kelemahan yang umumnya dimiliki manusia, tidak pernah memikirkan badai selagi laut tenang.) Pada waktu menghadapi kesulitan, gagasan pertama mereka adalah melarikan diri dan tidak bertahan. Mereka mengharapkan bahwa rakyat, yang meronta karena keganasan, akan memanggil mereka kembali. Kebijaksanaan ini, kalau segala sesuatu lainnya gagal, memang baik. Tetapi kelirulah melalaikan tindakan pengamanan lainnya lantaran adanya harapan tersebut: kita tidak

mengharapkan adanya seseorang yang akan menolongnya. Ini mungkin tidak akan terjadi. Dan seandainya terjadi, Anda tetap akan tidak aman karena Anda tidak menolong diri Anda sendiri tetapi Anda telah ditolong sebagai pengecut. Satu-satunya pertahanan yang baik, pasti dan langgeng adalah pertahanan yang didasarkan atas tindakan dan kesatriaan Anda sendiri.

XXV. Sejauh Mana Keberuntungan Menguasai Hidup Manusia,

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 147-153)