• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewajiban Raja terhadap Angkatan Perang

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 110-113)

instabile quam fama potentiae non sua vi nixa " 38 Pasukan sendiri adalah pasukan yang terdiri dan rakyat atau warga negara atau

XIV. Kewajiban Raja terhadap Angkatan Perang

RAJA hendaknya tidak mempunyai sasaran ataupun

kesibukan lain, kecuali mempelajari perang dan organisasi dan disiplinnya, karena itulah satu-satunya seni yang dibutuhkan seorang permrnpm. Kemampuan dalam hal ini begitu mulianya sehingga bakat ini tidak hanya dapat mempertahankan mereka yang lahir sebagai raja, tetapi juga kerap kali memungkinkan orang-orang biasa mencapai kedudukan tersebut. Sebaliknya, orang menyadari bahwa kalau raja-raja lebih mementingkan kemewahan hidup daripada senjata (angkatan perang), negara- negara akan hancur. Melalaikan seni perang merupakan cara untuk menghancurkan negara, sedangkan trampil dalam seni perang merupakan cara untuk mempertahankan negara.

Francesco Sforza, karena ia memiliki perlengkapan perang, naik kedudukkannya dari warga negara biasa menjadi raja Milan; anak-anaknya, karena tidak mau menghadapi kesulitan-kesulitan yang terkait dengannya, jatuh kedudukan mereka menjadi warga negara biasa setelah menjadi raja. Mau tidak mau Anda akan menghadapi kesulitan jika Anda tidak memiliki senjata, karena antara lain, orang akan memandang rendah Anda dan hal ini,

38

Tak ada hal yang sedemikian lemah dan gampag?"goyah seperti reputasi kekuasaan yang tidak berdasarkan pasukan sendiri . Ungkapan Latin ini berasal dari

yang saya akan kemukakan, merupakan salah satu keburukan yang harus selalu dihindari raja. Memang tidak dapat dibandingkan orang yang bersenjata dan oraag yang tidak bersenjata. Tidak masuk akal orang yang bersenjata harus taat pada orang yang tidak bersenjata atau orang tanpa senjata akan tetap aman dan tenang kalau para budaknya diperlengkapi dengan senjata. Mengenai hal yang terakhir ini, akan timbul kecurigaan di satu pihak dan rasa tidak senang di lain pihak, yang tidak memungkinkan adanya kerja sama. Demikianlah raja yang tidak mengetahui tentang seni perang, ia mengundang banyak kesulitan lain, tidak akan dihormati oleh para serdadunya atau tak dapat mempercayai pasukannya sendiri.

Karena itu raja tidak boleh sekejap pun melepaskan perhatiannya pada latihan perang yang harus diusahakan dengan sungguh-sungguh dalam masa damai daripada menunggu masa perang. Latihan-latihan ini bisa berupa latihan fisik maupun

mental. Dalam hal yang pertama, di samping tetap

mempertahankan pasukannya terorganisir dan terlatih baik, ia harus selalu pergi berburu, untuk membiasakan tubuhnya menghadapi kesulitan-kesulitan dan juga mempelajari lingkungan alam yang praktis: lereng gunung, lembah yang terbuka lebar dan dataran yang membentang luas. Ia harus mempelajari dan menyelidiki semua sungai dan rawa-rawa; dan dalam semua hal ini ia harus berusaha keras. Pengetahuan semacam itu sangat berguna dalam dua hal: pertama, kalau ia memiliki suatu pengetahuan yang jelas tentang lingkungan setempat, ia akan lebih mengetahui bagaimana ia harus mengatur pertahanan. Selain itu, dengan mengetahui dan mengenal kondisi setempat akan memudahkan ia untuk memahami benar-benar ciri setiap tempat baru yang ia perlukan untuk membiasakan diri dengan situasi setempat. Umpamanya, bukit dan lembah, dataran, sungai dan rawa-rawa daerah Tuscan mempunyai ciri-ciri tertentu yang sama dengan ciri propinsi lainnya, sehingga dengan mengenal lingkungan suatu propinsi tertentu orang mudah memahami

lingkungan propinsi lainnya. Raja yang tidak memiliki bakat ini tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang panglima yang baik. Bakat kemampuan ini mengajarnya bagaimana harus mengetahui dengan tepat tempat musuh, di mana harus berkemah, bagaimana memimpin pasukan maju bertempur dan mengepung kota dengan cara yang paling baik.

Philopoemen, pemimpin bangsa Achaea, dipuji oleh para ahli sejarah, antara lain, karena dalam masa damai tidak ada yang dipikirkan selain strategi militer. Kalau ia berada di pedesaan bersama teman-temannya, ia kerap kali berhenti dan berdiskusi: jika musuh berada di atas bukit itu dan kita berada di bawah sini dengan pasukan kita, siapa di antara kita yang akan beruntung? Bagaimana kita bisa mendekati mereka dengan aman tanpa mengacaukan barisan? Jika kita mundur, bagaimana kita harus melakukannya? Kalau mereka mundur, bagaimana cara terbaik untuk mengejar mereka?

Dan sambil berjalan ia menjelaskan kepada temantemannya

segala kemungkinan yang dapat terjadi pada pasukan,

mendengarkan pendapat mereka, memberikan pandangannya sendiri, menguatkan pandangannya dengan alasan-alasan, sehingga berkat refleksi yang terus-menerus ini sewaktu ia memimpin pasukannya ia tahu bagaimana harus siap menghadapi segala situasi darurat.

Mengenai latihan mental, raja harus membaca sejarah dan mempelajari perbuatan orang-orang besar, untuk mengetahui bagaimana perilaku mereka dalam memimpin perang, mene- mukan sebab-sebab kemenangan atau kekalahan mereka, sehingga ia dapat menjauhi tindakan-tindakan yang mengaki- batkan kekalahan dan meniru tindakan-tindakan yang men- datangkan kemenangan. Lebih-lebih, ia harus membaca sejarah sehingga ia mampu melaksanakan apa yang dilakukan orang- orang besar sebelumnya: ambil saja sebagai contoh beberapa tokoh historis yang dipuji dan dihormati; selalu bertindak dan

berbuat seperti mereka. Menurut kata orang, Alexander Agung meniru Achilles, Caesar meniru Alexander dan Scipio meniru Cyrus. Dan siapa pun yang membaca kehidupan Cyrus yang

ditulis oleh Xenophon, akan mengenal kebaikan, sifat

kemanusiaan dan keterbukaan hidup Scipio yang sama seperti hidup Cyrus sebagaimana diuraikan oleh Xenophon.

Seorang raja yang bijaksana harus mengikuti kebiasaan- kebiasaan ini: ia tidak boleh terlalu santai pada masa damai, tetapi dengan rajin memanfaatkan masa damai agar hasilnya dapat dipetik pada masa sulit. Dengan demikian, kalau keberuntungan berubah, ia sudah siap untuk memenangkan masa sulit itu.

XV. Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Orang, Khususnya Para

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 110-113)