• Tidak ada hasil yang ditemukan

Negara Gereja

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 95-99)

SANG PENGUASA

XI. Negara Gereja

KINI kita tinggal membahas negara-negara gerejani. Kesulitan vang dihadapi muncul sebelum penguasa negara tersebut ditetapkan, dalam arti bahwa negara semacam itu

didirikan dengan keuletan atau keberuntungan tetapi dikelola tanpa menggunakan kedua hal tersebut. Negara-negara tersebut dikelola oleh lembaga-lembaga religius, yang sedemikian kuat dan berwibawa, sehingga mereka tetap mempertahankan penguasa memegang kekuasaan tanpa mempedulikan sikap dan cara hidup raja tersebut. Hanya pangeran-pangeran gerejani sajalah memiliki negara tetapi tidak perlu mempertahankannya dari serangan musuh, mempunyai rakyat tanpa memerintahnya.

Dan wilayah kekuasaan mereka, walaupun tidak

dipertahankannya, tidak akan direbut dari tangan mereka; dan rakyat walaupun tidak diperintah oleh mereka, tidak menolaknya, bahkan tidak terpikirkan oleh rakyat untuk menggulingkan penguasa dan memilih penguasa lain. Hanya negara-negara inilah, karenanya, yang aman dan bahagia. Tetapi karena negara- negara tersebut dikelola oleh kekuatan-kekuatan yang lebih luhur yang tak terjangkau oleh akal budi manusia, saya tidak akan mempermasalahkannya. Negara-negara tersebut termasyhur dan dipimpin oleh Allah dan karena itu, hanya orang-orang congkak dan gegabah berani membahas negara-negara tersebut. Namun kalau ada orang yang bertanya kepada saya bagaimana Gereja memperoleh kekuasaan duniawi yang sedemikian besarnya, karena pada masa sebelum pemerintahan Alexander VI, raja-raja Italia, bukan hanya mereka yang menamakan dirinya raja-raja saja, tetapi setiap pangeran dan bangsawan, bagaimanapun rendahnya mereka itu tidak begitu hormat terhadap kekuasaan duniawi. Sedangkan kini raja Prancis pun gemetar karenanya; ia

telah terusir dari Italia dan Venesia pun telah

dihancurleburkannya. Karenanya, walaupun semua ini sudah diketahui semua orang, saya rasa tidak berlebihan untuk mengingatnya kembali.

Sebelum Charles, raja Prancis, datang ke Italia, negara ini diperintah oleh Paus, bangsa Venesia, raja Napels, pangeran Milan dan Florence. Penguasa-penguasa tersebut tentu saja mempunyai dua kepentingan: pertama, agar tidak ada pasukan

asing menyerbu Italia dan yang kedua, agar tidak ada satu kekuasaan pun di antara mereka memperluas pengaruhnya. Mereka yang harus diamat-amati gerak-geriknya ialah Paus dan Venesia, Untuk mengontrol orang-orang Venesia, diperlukan persekutuan penguasa-penguasa lainnya, seperti pada waktu

mempertahankan Ferrara.34 Dan untuk memojokkan Paus,

bangsawan-bangsawan Roma harus dimanfaatkan. Karena

bangsawan Roma terpecah menjadi dua golongan, pengikut Orsini dan pengikut Colonna, selalu ada kemungkinan timbulnya pertentangan antara mereka. Dan selama mereka tetap memiliki pasukan lengkap di hadapan Paus, mereka akan melemahkan dan menggoyahkan kedudukan Paus. Walau kadang-kadang muncul seorang Paus yang tegas dan berwibawa, seperti Sixtus, namun keberuntungan dan keuletannya tidak pernah dapat mengatasi gangguan tersebut. Pendeknya masa pemerintahan merupakan sebab kegagalan tersebut. Dalam waktu sepuluh tahun, masa pemerintahan Paus pada umumnya, ia hampir tidak punya cukup waktu untuk menundukkan salah satu golongan tersebut dan seandainya, seorang Paus hampir berhasil menundukkan Colonna, seorang Paus lain menggantikannya dan dia bersikap bermusuhan dengan Orsini, lalu membangun kembali Colonna, ia pun akhirnya juga tidak mempunyai cukup waktu untuk menundukkan Orsini.

Hal tersebut mengakibatkan bahwa kekuasaan Paus tidak begitu dihargai di Italia. Kemudian muncullah Alexander VI.

Dia, melebihi Paus-Paus lainnya yang pernah memerintah, telah menunjukkan bagaimana memperoleh kekuasaan dengan menggunakan baik uang maupun kekerasan. Dengan Pangeran Valentino sebagai alatnya dan invasi Prancis sebagai peluang, ia melaksanakan semuanya, sebagaimana itu jelas ketika saya membahas tentang tindakan-tindakan pangeran. Dan walaupun

34 Venesia, yang mencoba memperluas wilayah kekaisarannya,

memaklumkan perang terhadap Ferrara tahun 1482. Untuk melawannya, dibentuk persekutuan oleh Sixrus IV, Napels, Milan, dan F1orence.

tujuannya untuk menambah kebesaran sang pangeran dan bukannya kebesaran Gereja, namun ternyata tindakan tersebut justru memperbesar kekuasaan Gereja; setelah kematian pangeran, Gereja menjadi ahli waris dari hasil jerih payah pangeran. Kemudian muncullah Paus Julius, ketika Gereja sudah sangat berkuasa, dengan menguasai seluruh Romagna setelah semua bangsawan Roma ditundukkan dan golongan-golongan ditumpas oleh Alexander. Ia juga menemukan cara untuk memperkaya diri dengan cara-cara yang belum pernah digunakan sebelum masa pemerintahan Alexander. Langkah-langkah ini tidak hanya diikuti ,oleh Julius, tetapi malahan ditingkatkan lagi; ia berkeputusan untuk menguasai Bologna, menundukkan orang- orang Venesia dan mengusir orang-orang Prancis dari Italia. Dalam semua usaha tersebut ia berhasil baik. Ia pantas mendapat pujian lebih besar, karena segala sesuatu yang diperbuatnya dilakukannya demi bertambahnya kekuasaan Gereja dan bukan kekuasaan seorang pribadi mana pun. Ia juga membiarkan golongan Orsini dan Colonna sebagaimana adanya seperti pada waktu ia menundukkan mereka. Walaupun ada di antara mereka pemimpin-pemimpin yang ingin memberontak, namun dua hal menyebabkan mereka mengurungkan niatnya: pertama, karena kebesaran Gereja yang sangat mereka takuti;

kedua, karena mereka tidak mempunyai kardinal yang

menciptakan kerusuhan di antara mereka. Golongan-golongan ini tidak pernah tenang kalau mereka mempunyai kardinal, karena para kardinal selalu mengusik mereka baik di Roma maupun di luar Roma dan para bangsawan terpaksa harus membela mereka; dengan demikian pertentangan dan permusuhan di antara para bangsawan disulut oleh ambisi para pejabat Gereja. Karena itulah Bapa Suci Leo mendapat tahta kepausan yang begitu besar kekuasaannya. Diharapkan bahwa sebagaimana para Paus pendahulunya telah membuat Gereja begitu besar kekuasaannya oleh karena kekuatan angkatan perangnya, maka ia oleh karena kebaikan dan keutamaan-keutamaan lain yang tak terbilang

banyaknya, akan membawa Gereja menjadi besar dan sekaligus juga dimuliakan.

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 95-99)