• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasukan Bantuan, Pasukan Gabungan dan Pasukan Rakyat

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 105-110)

SANG PENGUASA

XIII. Pasukan Bantuan, Pasukan Gabungan dan Pasukan Rakyat

KALAU orang meminta negara tetangga untuk membantu dan mempertahankan negara dengan pasukannya, pasukan itu disebut pasukan bantuan dan pasukan ini sama tidak bergunanya seperti tentara bayaran. Akhir-akhir ini cara ini digunakan oleh Paus Julius karena setelah menyadari kegagalan yang pahit dari pasukan bayarannya dalam perang melawan Ferrara, ia mencari bantuan dan mengusahakan agar Ferdinand, raja Spanyol, membantunya dengan pasukan bantuan. Pasukan ini sebenarnya suatu pasukan yang baik, tetapi selalu merupakan bahaya bagi mereka yang meminjamnya; karena kalau mereka kalah perang, Anda kalah juga dan kalau mereka menang, Anda menjadi tawanan mereka. Walaupun sejarah lama penuh dengan contoh- contoh semacam ini, saya tidak akan melupakan contoh dari Paus

Julius II yang masih segar dalam ingatan. Tidak ada cara yang lebih bodoh daripada cara yang diambilnya, sebab karena ingin merebut Ferrara, ia mempercayakan diri sepenuhnya kepada pasukan asing. Tetapi untunglah karena sesuatu hal, muncul

masalah ketiga yang menyelamatkannya dari akibat

kebijaksanaannya yang buruk; ketika pasukan bantuannya terpukul di Ravenna, pasukan Swiss bangkit dan memukul mundur pasukan yang menang, suatu hal yang tidak terduga sama sekali olehnya dan oleh orang lainnya, sehingga ia lolos dan tidak menjadi tawanan musuh, karena musuh telah melarikan diri dan juga tidak di bawah kekuasaan pasukan bantuan, karena ia tidak menundukkan musuh dengan pasukan bantuan. Orang- orang Florence, karena tidak memiliki pasukan sama sekali, menyewa sepuluh ribu orang Prancis untuk menyerbu Pisa; dan dalam melaksanakan hal tersebut mereka menanggung risiko lebih besar dibandingkan dengan kesulitan yang pernah mereka

alami. Kaisar Konstantinopel, untuk membantu negara

tetangganya, mengirimkan sepuluh ribu orang Turki ke Yunani, yang menolak untuk pulang kembali setelah perang selesai; dan itulah permulaan bagaimana orang-orang kafir memperbudak Yunani.37 Karena itu, barang siapa tidak menginginkan suatu kemenangan militer baiklah kalau meminta bantuan dari pasukan semacam ini, karena pasukan ini jauh lebih berbahaya daripada pasukan bayaran. Pasukan bantuan sungguh fatal. Mereka merupakan suatu pasukan yang terpadu, taat sepenuhnya pada

perintah seseorang lain; sebaliknya pasukan bayaran

membutuhkan waktu lebih banyak dan peluang untuk dapat merugikan Anda, karena mereka tidak merupakan suatu pasukan yang bersatu dan terpadu dan karena Anda sendirilah yang telah membina dan menggaji mereka. Pasukan bayaran dipimpin juga

37

Cantacuzenus John VI (1292-1383 M), kaisar Byzantine, terlibat dalam perang saudara, yang berakhir saat ia menduduki Konstantinopel dengan bantuan orang-orang Turki dan berdamai kembali dengan John V. Tahun 1352

perang saudara berkobar lagi, dan John VI lagi-lagi meminta bantuan Turki. Akhirnya ia turun tahta.

oleh orang yang Anda tunjuk dan orang ini tidak dapat dengan cepat meraih kekuasaan untuk dapat memukul Anda. Singkatnya, sifat pengecut merupakan bahaya pasukan bayaran dan keberanian merupakan bahaya yang datang dari pasukan bantuan.

Karena itu, raja yang bijaksana selalu menghindari pasukan bantuan dan menggunakan pasukan tentaranya sendiri. Mereka lebih suka kalah perang dengan pasukannya sendiri daripada menang dengan bantuan orang lain, karena yakin bahwa tidak ada kemenangan sejati dapat dicapai dengan bantuan pasukan asing. Karena itu, saya tidak pernah raguragu mengutip Ce sare Borgia dan tindakannya untuk saya gunakan sebagai contoh. Pangeran menggunakan pasukan bantuan untuk menyerbu Romagna, dengan memimpin pasukan Prancis menuju ke sana. Dengan pasukan bantuan tersebut ia merebut Imola dan Forli. Kemudian ia mengambil keputusan bahwa pasukan bantuan tersebut kurang aman, karenanya ia beralih menggunakan pasukan bayaran, dengan harapan bahwa akan lebih kecil risiko yang dihadapinya, dengan menyewa pasukan Orsini dan Vitelli. Dalam menggunakan pasukan-pasukan bayaran ini, ia menyadari bahwa pasukan bayaran perlu dicurigai, tidak setia dan berbahaya. Karena itu ia tidak mau menggunakan mereka dan membangun pasukan tentaranya sendiri. Dan orang mudah melihat perbedaan antara pasukan-pasukan tersebut setelah mengamati perbedaan antara pengaruh pangeran sewaktu ia hanya memiliki pasukan Prancis, sewaktu ia mempercayakan kekuatan pada pasukan Orsini dan Vitelli dan sewaktu ia mengandalkan hanya pada pasukannya sendiri dan dirinya sendiri. Ia bertambah bijaksana pada setiap langkah yang ditempuhnya. Dan orang sungguh menghargai dan menghor- matinya sewaktu orang menyaksikan bahwa dia sungguhsungguh menguasai sepenuhnya pasukan angkatan perangnya.

Saya tidak akan melupakan contoh dari Italia, yang terjadi akhir-akhir ini, namun saya juga tidak akan mengabaikan Hiero

dari Syracuse, salah seorang dari orang-orang yang saya kemukakan sebelumnya. Seperti yang telah saya kemukakan, sewaktu orang-orang Syracuse memberinya kekuasaan untuk memimpin pasukan mereka, segera ia menyadari bahwa pasukan bayaran tidak berguna sama sekali. Mereka itu merupakan pasukan yang disewa dan diorganisir seperti pasukan bayaran kita di Italia. Ia merasa tidak mungkin mempertahankan mereka, sehingga ia menyuruh mereka dibantai habis. Baru kemudian ia berperang dengan pasukannya sendiri, tidak dengan pasukan asing. Saya ingin juga mengingat satu alegori dari Kitab Perjanjian Lama, yang relevan dengan pendapat saya. Daud menawarkan diri kepada Saul untuk melawan Goliath, pemimpin orang-orang Philistino Dan Saul, untuk memberikan semangat keberanian, memberikan senjata dan perlengkapan perangnya sendiri kepada Daud. Tetapi setelah mencoba mengenakan senjata-senjata tersebut, Daud tidak mau menggunakannya, dengan alasan bahwa ia tidak akan dapat berperang dengan baik dengan alat persenjataan tersebut dan karenanya ia ingin menghadapi musuh dengan katapel dan belatinya sendiri. Singkatnya, senjata milik orang lain, menyebabkan kegagalan, memberi beban atau bahkan menghambat Anda. Waktu Charles VII, ayah Raja Louis XI, karena keberuntungan dan semangat kesatria membebaskan Prancis dari kekuasaan Inggris, ia menyadari betapa pentingnya memiliki suatu pasukan sendiri dan ia mengeluarkan perintah untuk membina pasukan kuda dan infanteri. Kemudian puteranya, Raja Louis, menghapus peraturan yang mengatur pasukan infanteri dan ia mulai menyewa pasukan Swiss. Kesalahan ini, yang disusul dengan kesalahan-kesalahan lainnya, seperti dapat kita saksikan, merupakan sebab timbulnya bahaya yang mengancam kerajaan tersebut. Pengaruh yang semakin besar dari pasukan Swiss telah menurunkan semangat sisa pasukan; pasukan infanteri telah dibubarkan sama sekali dan pasukan berkuda dibuatnya bergantung pada pasukan asing. Karena mereka sudah terbiasa berperang bersama pasukan Swiss

dan mereka yakin bahwa tanpa pasukan Swiss, mereka tidak menang dalam perang. Karena hal ini, pasukan Prancis bukan merupakan pasukan Swiss dan tanpa bantuan Swiss, ia tidak dapat menghadapi musuh mana pun juga. Dengan demikian Prancis menggunakan pasukan gabungan, sebagian pasukan bayaran dan sebagian pasukan rakyat. Pasukan gabungan ini jauh lebih baik dibandingkan dengan pasukan yang seluruhnya terdiri dari tentara bayaran atau pasukan yang seluruhnya merupakan pasukan bantuan, tetapi masih jauh lebih rendah mutunya bila dibandingkan dengan pasukan rakyat. Contoh dari Prancis kiranya cukup, karena kerajaan itu tidak akan dapat ditandingi kekuatannya seandainya apa. yang telah dibangun Charles dikembangkan dan diperhatikan. Tetapi orang memang begitu bodohnya karena la mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang pada permulaannya dirasakannya baik, tetapi tidak menyadari racun yang terkandung di dalamnya, seperti yang telah saya sebut dalam pembicaraan tentang penyakit demam yang menghabiskan tenaga.

Raja yang tidak mampu melihat kesulitan-kesulitan negara sewaktu kesulitan itu terjadi, tidak memiliki kebijaksanaan sejati; dan memang tidak banyak raja yang punya kemampuan semacam itu. Kalau kita meninjau sebab utama keruntuhan kekaisaran Romawi, kita akan menemukan bahwa justru ketika bangsa Goth mulai disewa sebagai tentara bayaran, kekaisaran Romawi mulai mundur. Semua keuntungan yang berasal dan kekaisaran ituj ke tangan bangsa Goth.

Karena itu saya menarik kesimpulan bahwa tidak ada Raja yang tenang tanpa memiliki pasukan sendiri; sebaliknya ia amat bergantung pada nasib mujur, karena la tidak memiliki sarana yang dapat diandalkan untuk mempertahankan negara pada masa-masa yang penuh kesulitan. Sudah menjadi keyakinan dan ungkapan orang-orang bijaksana: ”

quod nihil sit tam infirmum aut

instabile quam fama potentiae non sua vi nixa

".38 Pasukan sendiri

Dalam dokumen 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Halaman 105-110)