• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT KETERANGAN

C. Kekuatan Pembuktian Surat Keterangan Ahli Waris yang

Surat Keterangan Hak Waris biasanya dibuat oleh Notaris yang berisikan keterangan mengenai pewaris, para ahli waris dan bagian-bagian yang menjadi hak para ahli waris berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Surat

Keterangan Hak Waris tersebut sebagai awal bagi kelanjutan dibuatnya Akta pembagian Harta Peninggalan. Berdasarkan Surat Keterangan Hak Waris tersebut nantinya akan dibuat suatu akta yang berisikan rincian pembagian harta peninggalan dari Pewaris misalnya rumah, tanah dan sebagainya (akta Pembagian Pemisahan Harta Peninggalan). Dalam akta tersebut akan disebutkan nama-nama ahli waris berikut harta peninggalan yang menjadi bagiannya.

Namun dalam praktek sehari-harinya lebih banyak ditemui berupa Surat Keterangan Waris. Surat Keterangan Waris ini secara umum hanya berisikan keterangan dan pernyataan dari para ahli waris bahwa mereka adalah benar- benar merupakan ahli waris yang sah dari Pewaris yang telah meninggal dunia. Dibuat di bawah tangan yang dikuatkan dan/atau dikeluarkan oleh Kelurahan dan diketahui/dikuatkan oleh Camat, untuk keperluan-keperluan tertentu Surat Keterangan tersebut dapat pula di-waarmerking oleh Notaris setelah adanya keterangan dari Kelurahan setempat.122

Dalam praktek, untuk membuktikan kedudukan seseorang sebagai ahli-waris, diperlukan suatu dokumen yang menjabarkan ketentuan hukum waris tentang hal itu, yang dapat dipakai sebagai pegangan oleh para ahli-waris maupun pejabat-pejabat, yang berkaitan dengan pelaksanaan hukum waris yang disebut Surat Keterangan Waris. Surat Keterangan Waris merupakan dokumen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh para ahli waris pada umumnya.

Surat keterangan waris merupakan akta yang menetapkan siapa ahli waris pada saat pewaris meninggal dunia dan berapa hak bagiannya atas warisan. Surat keterangan waris pada umumnya dibuat atas permintaan satu atau beberapa diantara para ahli waris. Sekalipun surat keterangan waris mendapat pengakuan dalam undang-undang maupun yurisprudensi, namun ternyata tidak ada suatu ketentuan umum yang mengatur bentuk dan isi surat keterangan waris.123

122Ting Swan Tiong,Op cit, hal. 158 123Ting Swan Tiong,Ibid, hal. 158

Dengan demikian surat keterangan waris yang dibuat oleh Notaris pada umumnya berbentuk pernyataan sepihak dari Notaris, dengan mendasarkan kepada keterangan-keterangan dan bukti-bukti (dokumen-dokumen) yang disampaikan atau diperlihatkan kepadanya, berisi data-data sebagai yang disyaratkan oleh Wet op de Grootboek der Nasionale Schultersebut di atas.

“Notaris diberi wewenang untuk membuat akte otentik dalam lapangan hukum perdata akan tetapi notaris tidak dapat mengambil inisitif sendiri untuk membuat akat otentik tanpa permintaan dari pihak-pihak yang menghendaki perbuatan hukum mereka dituangkan di dalam suatu akta otentik”.124

Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Sebagai alat bukti Pasal 1867 KUH Perdata “Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan dibawah tangan”. Pasal 1868 KUH Perdata “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat”. Yang sempurna maksudnya adalah kebenaran yang dinyatakan di dalam akta notaris itu tidak perlu dibuktikan dengan dibantu lagi dengan alat bukti yang lain.

Salah satu fungsi akta yang penting adalah sebagai alat pembuktian. Surat Keterangan Waris yang dibuat secara otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang

124M.U. Sembiring,Teknik Pembuatan Akta, Program Pendidikan Spesialis Notaris, Fakultas Hukum USU, 1997, hal. 3

mendapat hak darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut. Surat Keterangan Waris yang dibuat secara otentik merupakan bukti yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut harus diakui oleh hakim, yaitu surat keterangan waris tersebut dianggap sebagai benar selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.

Menurut Pasal 1857 KHUPerdata, jika akta di bawah tangan tanda tangannya diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, maka akta tersebut dapat merupakan alat pembuktian yang sempurna terhadap orang yang menandatangani serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapatkan hak darinya.

Kekuatan pembuktian akta otentik, termasuk Surat Keterangan Ahli Waris yang dibuat oleh Notaris adalah akibat langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang-undangan, bahwa harus ada akta-akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan oleh undang-undang kepada pejabat- pejabat atau orang-orang tertentu.

Dalam Pasal 1868 KUH Perdata ditentukan bahwa akta otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang dikehendaki oleh UU, dibuat oleh/di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akat itu, di tempat dimana akta itu dibuat.

Dari ini Pasal 1868 KUH Perdata tersebut ada 3 pokok yang terkandung di dalamnya yaitu :

1. Dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut UU

Dalam Pasal 38 UU Jabatan Notaris telah disebutkan bahwa bentuk yang harus diikuti oleh Notaris dalam membuat akta otentik,. Selain itu ukuran kertas serta

jumlah kata per baris dan jumla kolom per halaman juga diatur oleh Aturan Bea Materai 1921 Pasal 29 walaupun aturan ini sudah tidak berlaku dengan adanya UU Bea Materai baru, tetapi oleh mahkaman Agung bentuk aktai ni dianjurkan untuk tetap dipertahankan.

2. Dibuat oleh/atau di hadapan pejabat umum yang berwenang

Dalam hal akta notaris yang berhak membuat akta otentik adalah Notaris karena notaries telah ditunjuk sebagai satu-satunya pejabat umum yang berhak membuat semua akta otentik kecuali peraturan perundang-undangan mengaturnya lain. “Suatu akta otentik harus oleh/atau di hadapan pejabat umum yang berwenang, maksudnya akta pejabat (akte partji) dibuat di hadapan Notaris, sedangkan akta

relaas(akte berita acara) dibuat oleh Notaris”.125 3. Dibuat di tempat dimana akta itu dibuat

Walaupun seorang Notaris berhak membuat akta otentik, tapi apabila pembuatan akta itu tidak dilakukan di daerah jabatannya, maka dianggap tidak otentik.

Setiap akta otentik, dibedakan 2 kekuatan pembuktian, yakni: 1. Kekuatan Pembuktian Lahiriah (uitwendige bewijskracht)

Dengan kekuatan pembuktian lahiriah ini dimaksudkan kemampuan dari akta itu sendiri untuk membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Kemampuan ini menurut Pasal1875 KUH Perdata tidak dapat diberikan kepada akta yang dibuat di bawah tangan. Akta yang dibuat di bawah tangan baru berlaku sah, yakni sebagai yang benar-benar berasal dari orang, terhadap siapa akta itu

dipergunakan, apabila yang menandatanganinya mengakui kebenaran dari tanda tangannya itu atau apabila dilakukan dengan cara yang sah menurut hukum.

Lain halnya dengan akta otentik. Akta otentik membuktikan sendiri keabsahannya atau seperti yang lazim disebut "acta publics probant sese ipsa". Apabila suatu akta kelihatannya sebagai akta otentik, artinya menandakan dirinya dari luar, dari kata-katanya sebagai yang berasal dari seorang pejabat umum, maka akta itu terhadap setiap orang dianggap sebagai akta otentik, sampai dapat dibuktikan bahwa akta itu adalah tidak otentik.

Seperti dikatakan di atas, kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada akta yang dibuat di bawah tangan. Sepanjang mengenai pembuktian hal ini merupakan satu-satunya perbedaan antara akta otentik dan akta yang dibuat di bawah tangan. Kalaupun ada perbedaan-perbedaan lain yang membedakan akta otentik dari akta yang dibuat di bawah tangan, seperti misalnya memiliki kekuatan eksekutorial, keharusan berupa akta otentik untuk beberapa perbuatan hukum tertentu dan lain- lain perbedaan, semuanya itu tidak mempunyai hubungan dengan hukum pembuktian.

2. Kekuatan Pembuktian Formal (formele bewijskracht)

Dengan kekuatan pembuktian formal ini oleh akta otentik dibuktikan, bahwa pejabat yang bersangkutan telah menyatakan dalam tulisan itu, sebagaimana yang tercantum dalam akta itu dan selain dari itu kebenaran dari apa yang diuraikan oleh pejabat dalam akta itu sebagai yang dilakukan dan disaksikannya di dalam menjalankan jabatannya itu. Dalam arti formal, sepanjang mengenai akta pejabat

(ambtelijke akte), akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yakni yang dilihat, didengar dan juga dilakukan sendiri oleh notaris sebagai pejabat umum di dalam menjalankan jabatannya.

Pada akta yang dibuat di bawah tangan kekuatan pembuktian ini hanya meliputi kenyataan, bahwa keterangan itu diberikan, apabila tanda tangan itu diakui oleh yang menanda tanganinya atau dianggap sebagai telah diakui sedemikian menurut hukum.

Dalam arti formal, maka terjamin kebenaran/kepastian tanggal dari akta itu, kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam akta itu, identitas dari orang- orang yang hadir (comparanten), demikian juga tempat di mana akta itu dibuat dan sepanjang mengenai akta partij, bahwa para pihak ada menerangkan seperti yang diuraikan dalam akta itu, sedang kebenaran dari keterangan-keterangan itu sendiri hanya pasti antara pihak-pihak sendiri (heersende leer).

Sepanjang mengenai kekuatan pembuktian formal ini juga dengan tidak mengurangi pembuktian sebaliknya yang merupakan pembuktian lengkap, maka akta partij dan akta pejabat dalam hal ini adalah sama, dengan pengertian bahwa keterangan pejabat yang terdapat di dalam kedua golongan akta itu ataupun keterangan dari para pihak dalam akta, baik yang ada di dalam akta partij maupun di dalam akta pejabat, mempunyai kekuatan pembuktian formal dan berlaku terhadap setiap orang, yakni apa yang ada dan terdapat di atas tanda tangan mereka. Siapa yang menyatakan bahwa akta itu memuat keterangan yang kelihatannya tidak berasal dari notaris, berarti menuduh bahwa terjadi pemalsuan dalam materi dari akta itu (materieel geknoei), misalnya adanya perkataan-perkataan yang dihapus atau diganti dengan yang lain ataupun ditambahkan. Hal ini berarti menuduh keterangan dari pejabat itu palsu (materiels valsheid) dan untuk itu diperlukan suatu persyaratan tertentu dan ketat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 150 dalam

hubungannya dengan 148 Rv, yang dikenal dengan nama prosedur kepalsuan (valsheid-procedure).126

Surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh Notaris merupakan akta otentik yang tidak hanya membuktikan bahwa para pihak telah menerangkan apa yang dituliskan dalam akta tersebut, akan tetapi juga menerangkan bahwa apa yang diterangkan dalam surat keterangan ahli waris tersebut adalah benar. Dengan demikian apabila dalam surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh Notaris tersebut tertulis bahwa Ngan Sim,

Halidjah Gani, Ngang Seng Hin, dan Achmad Ghani telah menghadap di hadapan

Notaris dan menerangkan bahwa mereka adalah merupakan ahli waris yang sah dari Almarhum Ngan Seng Mei, maka yang harus dianggap benar, bukan saja bahwa mereka telah menerangkan tentang ahli waris yang sah dari Almarhum Ngan Seng Mei, tetapi juga apa yang diterangkan dalam Surat Keterangan Ahli Wairs tersebut memang benar adanya.

Dengan demikian Surat Keterangan Ahli Waris yang dibuat oleh Notaris tersebut mempunya kekuatan bukti formil dan materil. Formil maksudnya bahwa benar para pihak sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta itu. Materil maksudnya bahwa apa yang diterangkan dalam akat tersebut adalah benar.

“Kekuatan bukti yang sempurna dari akte otentik yang bersifat partij hanya

berlaku antara para pihak dan prang yang mendapat hak dari mereka. Terhadap pihak ketiga, akta otentik berkekuatan hanya sebagai bukti bebas, artinya penilaiannya

diserahkan kepada kebijaksanaan hakim”.127

126Pasal 148 sub 3 KUH Perdata