• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS GOLONGAN

B. Penetapan Pengesahan Ahli Waris

Pembuatan Surat Keterangan Hak Waris (SKHW) disebut juga dengan istilah Surat Bukti Waris, Keterangan Ahli Waris atau Surat Keterangan Waris menurut golongan penduduk didasarkan pada :

1. Asas konkordansi Pasal 13 Wet op de Grootboeken der Nationale Schuld

(Undang-Undang tentang Buku Besar Perutangan Nasional) di Belanda; 2. Surat Edaran Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Agraria tanggal

20 Desember 1969 No. Dpt/12/63/69;

3. Fatwa Mahkamah Agung, atas permintaan dan ditujukan kepada Ny. Sri Redjeki Kusnun, SH, tertanggal Jakarta, 25 Maret 1991 No. KMA/041 /III/1991 jo. Surat Ketua Mahkamah Agung kepada Ketua Pengadilan Tinggi, Pengdilan Tinggi Agama, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama di seluruh Indonesia tertanggal Jakarta, 8 Mei 1991 No. MA/Kumdil/171/V/K/1991;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 42 ayat 1 juncto Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Negara Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun 1997, Pasal 111 ayat 1 huruf c angka 4.59

57Ting Swan Tiong,Op cit, hal. 162 58

Ting Swan Tiong,Ibid, hal. 162 59

Herlien Budiono, Menuju Keterangan Hak Waris yang Uniform (Wacana Pembuktian Sebagai Ahli Waris Dengan Akta Notaris), Kongres XX – Pembekalan dan Penyegaran pengetahuan Ikatan Notaris Indonesia, Royal Ballroom Hotel J.W Marriot, Surabaya, 29 Januari 2009, hal. 7-8

Mengenai siapa ahli waris dari pewaris tertentu, ditetapkan oleh hukum yang berlaku bagi pewaris. Dalam praktek, untuk membuktikan kedudukan seseorang sebagai ahli waris, diperlukan suatu dokumen yang menjabarkan ketentuan hukum waris tentang hal itu, yang dapat dipakai sebagai pegangan oleh para ahli waris maupun pejabat-pejabat, yang berkaitan dengan pelaksanaan hukum waris. Surat Keterangan Waris merupakan dokumen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh para ahli waris pada umumnya.

Selama ini pembuatan Surat Keterangan Waris bagi warganegara Indonesia penduduk asli adalah kewenangan regent atau kepala pemerintah setempat. Pembuktian sebagai ahli waris dibuat di bawah tangan, bermeterai oleh para ahli waris sendiri dengan 2 (dua) orang saksi dan diketahui atau dikuatkan oleh Lurah/Kepala Desa dan Camat setempat sesuai dengan tempat tinggal terakhir pewaris.

Wewenang Kepala Desa/Lurah dan Camat menurat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah yang jelas secara tegas batasan kewenangannya diantaranya Pasal 126 ayat (2) dan ayat (3) (Camat)” dan Pasal 127 ayat 2 dan ayat 3 (Lurah), sedangkan wewenang Desa diatur Pasal 206 dan Pasal 207. Lurah/Kepala Desa dan Camat tunduk pada kaidah-kaidah dan berada dalam ruang lingkup Hukum Administrasi sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak tepat jika bukti ahliwaris yang berada dalam ruang lingkup Hukum Perdata harus

disaksikan/diketahui dan dibenarkan serta ditandatangani oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

Surat Keterangan Waris merupakan akta yang menetapkan siapa ahli waris pada saat pewaris meninggal dunia dan berapa hak bagiannya atas warisan. Surat Keterangan Waris pada umumnya dibuat atas permintaan satu atau beberapa diantara para ahli waris. Sekalipun Surat Keterangan Waris mendapat pengakuan dalam undang-undang maupun yurisprudensi, namun ternyata tidak ada suatu ketentuan umum yang mengatur bentuk dan isi Surat Keterangan Waris. “Surat Keterangan Waris yang dibuat oleh notaris di Indonesia, dibuat dengan mengikuti jejak para notaris seniornya, yang pada gilirannya mengikuti jejak dari para Notaris di Negeri Belanda”.60

Di Negeri Belanda Verklaring van Erfrecht termasuk dalam kelompok akta yang dikecualikan dari kewajiban pembuatan secara Notariil dalam bentuk minut. Walaupun tidak ada ketentuan umum yang mengatur tentang Surat Keterangan Waris tetapi ternyata ada suatu undang-undang, yang kebetulan mengandung suatu ketentuan yang mengatur peralihan hak atas obligasi negara yang terdaftar dalam buku besar dari pemiliknya kepada para ahli warisnya (Wet op de Grootboek der Nationale Schuld S. 1913 - 105), yang dalam Pasal 14 ayat (2) mengatakan, bahwa untuk itu harus dibuat suatu Surat Keterangan Waris (Verklaring van Erfrecht), dalam mana disebutkan antara lain pada pokoknyaVerklaring van Erfrechtberisi tentang :

1. Siapa pewarisnya, kapan meninggal dan dimana domisili terakhirnya.

2. Siapa ahli waris Pewaris dan berapa hak bagian masing-masing.

3. Ada tidaknya wasiat dan kalau ada, perlu ada penyebutannya secara rinci isi wasiat tersebut.

4. Hubungan kekeluargaan antara Pewaris dan para ahli waris.

5. Pembatasan-pembatasan kewenangan terhadap para ahli waris kalau ada. 6. Dibuat in originali.61

Pembuatan Surat Keterangan Waris oleh Notaris dengan mendasarkan pada ketentuan Wet op de Grootboek der Nationale Schuld seperti itu, walaupun tidak didasarkan atas suatu ketentuan umum yang secara khusus mengaturnya, tetapi karena telah dilaksanakan untuk waktu yang lama dan diterima, maka sekarang dapat dikatakan, bahwa praktek pembuatan Surat Keterangan Waris seperti itu sudah menjadi hukum kebiasaan. Jadi dari suatu ketentuan khusus telah ditarik menjadi suatu ketentuan umum.62

Berdasarkan apa yang disebutkan diatas, maka Surat Keterangan Waris yang dibuat oleh Notaris pada umumnya berbentuk pernyataan sepihak dari Notaris, dengan mendasarkan kepada keterangan-keterangan dan bukti-bukti (dokumen- dokumen) yang disampaikan atau diperlihatkan kepadanya, berisi data-data sebagai yang disyaratkan olehWet op de Grootboek der Nationale Schuld tersebut di atas.

Kewenangan pembuatan Surat Keterangan Waris bagi mereka yang tunduk pada hukum waris yang diatur dalam KUH Perdata didasarkan pada asas konkordansi dengan Pasal 14 ayat (1) dan (3)Wet op de Grootboeken der Rationale Schuld (Stb. 1931-105) di Nederland yang kemudian diterima sebagai doktrin dan yurisprudensi di Indonesia dan dianggap sebagai hukum kebiasaan. Adapun terjemahan bebas dari Pasal 14 ayat (1) dan ayat (3) Wet op de Grootboeken der Nationale Schuld adalah sebagai berikut:

Pasal 14 ayat (1):

61J. Satrio,Op cit, hal. 2

Para ahli waris atau dalam hal seseorang sesuai dengan Pasal 524 BW (Ned) dengan keputusan pengadilan dinyatakan diduga meninggal, yang diduga ahli waris dari pewaris, yang mempunyai suatu hak terdaftar dalam buku-buku besar utang-utang nasional, harus membuktikan hak mereka dengan suatu keterangan hak waris setelah kematian atau diduga meninggalnya pewaris dibuktikan.

Pasal 14 ayat (3):

Jika suatu warisan terbuka di negeri ini (Nederland), keterangan hak waris dibuat oleh seorang notaris. Akta yang dibuat dari keterangan ini harus dikeluarkanin original.

Sebenarnya Wet op de Grootboeken der Nationale Schuld bukan undang- undang yang khusus mengatur wewenang notaris dalam pembuatan Surat Keterangan Waris, namun di dalam praktek dianggap sebagai dasar hukum kewenangan notaris dalam pembuatan Surat Keterangan Waris. Menurut Tan Thong Kie “selama ini pembuatan keterangan waris oleh seorang notaris di Indonesia tidak mempunyai dasar dalam undang-undang di Indonesia.”63Demikian pula pendapat dari Ting Swan Tiong64 dan Oe Siang Djie.65 Akibatnya di dalam praktek ditemukan bermacam- macam bentuk Surat Keterangan Waris.

Bagi warganegara Indonesia keturunan Tionghoa bentuk Surat Keterangan Waris selama ini dibuat dalam bentuk suatu keterangan di bawah tangan yang dibuat oleh notaris, namun ada sejumlah notaris membuat dalam bentuk minuta dari keterangan yang diberikan oleh para saksi, sedangkan Surat Keterangan Waris dalam

63 Tan Thong Kie, Studi Notarial dan Serba-Serbi Praktek Notaris, P.T. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta 1994, hal. 362

64

Ting Swan Tiong,Op cit, hal. 13

65Oe Siang Djie,Tentang Surat Keterangan Hak Waris, Media Notarial, No. 18-19, Januari- April 1991, hal. 4

bentuk keterangan dibawah tangan yang dibuat notaris. Bentuk surat keterangan sedemikian tidak masuk dalam golongan akta otentik menurut ketentuan Pasal 1868 KUH Perdata dimana akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang untuk itu dalam bentuk yang ditetapkan oleh Undang- Undang dan dalam wilayah kewenangannya. Lagipula kekuatan pembuktiannya tetap sebagai akta di bawah tangan.

“Adapula notaris yang membuat Surat Keterangan Waris dengan minuta yang isinya adalah keterangan yang diberikan oleh saksi dan kesimpulan berupa siapa ahli waris dan bagian warisnya diberikan oleh notaris dengan alasan untuk memudahkan pemegang protokol untuk membuat salinan jika di kemudian hari ada yang memintanya”.66

Mengenai Surat Keterangan Waris sampai saat ini tidak ada peraturan yang mengatur secara spesifik. Dalam prakteknya dibedakan dengan dua istilah yang hampir sama tetapi berbeda dari Instansi yang mengeluarkan Surat Keterangan Waris tersebut. Surat Keterangan Hak Waris biasanya dibuat oleh Notaris yang berisikan keterangan mengenai pewaris, para ahli waris dan bagian-bagian yang menjadi hak para ahli waris berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.67

Surat Keterangan Hak Waris tersebut sebagai awal bagi kelanjutan dibuatnya Akta pembagian Harta Peninggalan. Berdasarkan Surat Keterangan Hak Waris tersebut nantinya akan dibuat suatu akta yang berisikan rincian pembagian harta peninggalan dari Pewaris misalnya rumah, tanah dan sebagainya (akta Pembagian Pemisahan Harta Peninggalan). Dalam akta tersebut akan disebutkan nama-nama ahli waris berikut harta peninggalan yang menjadi bagiannya.68

66

Tan Thong Kie, Op cit,hal. 355-356.

67http://herman-notary.blogspot.com/2009/06/surat-keterangan-waris.html,Surat Keterangan Waris,dipublikasikan tanggal 8 Juni 2009, diakses tanggal 1 Maret 2011

Namun dalam praktek sehari-harinya lebih banyak ditemui berupa Surat Keterangan Waris. Surat Keterangan Waris ini secara umum hanya berisikan keterangan dan pernyataan dari para ahli waris bahwa mereka adalah benar-benar merupakan ahli waris yang sah dari Pewaris yang telah meninggal dunia. Dibuat di bawah tangan yang dikuatkan dan/atau dikeluarkan oleh Kelurahan dan diketahui/dikuatkan oleh Camat, untuk keperluan-keperluan tertentu Surat Keterangan tersebut dapat pula diwaarmerking oleh Notaris setelah adanya keterangan dari Kelurahan setempat. “Kegunaan Surat Keterangan Waris jenis ini biasanya untuk membuktikan bahwa benar ahli waris yang disebutkan dalam Surat Keterangan tersebut adalah ahli waris yang sah dari Pewaris”.69

C. Kedudukan Hukum Ahli Waris Golongan II Setelah Terbitnya Penetapan