• Tidak ada hasil yang ditemukan

FISHING VALLEY

6.1. Gambaran Umum Konsumen

6.2.5. Lingkungan Industri

6.2.5.4. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Input terpenting dalam usaha pemancingan adalah ikan. Pemasok ikan sangat menentukan kualitas dan harga ikan yang digunakan pada usaha pemancingan. Ikan yang digunakan oleh Fishing Valley sebagian besar adalah

ikan mas yang banyak digunakan untuk kolam pemancingan galatama dan borongan. Sedangkan kolam pembesaran, kiloan dan restoran membutuhkan beberapa jenis ikan seperti mas, gurame, bawal, lele, nila dan patin.

Pemasok ikan mas untuk pemancingan galatama merupakan pemasok dari Sukabumi dan Leuwiliang. Pengelola Fishing Valley memilih mendatangkan ikan dari pemasok tersebut dikarenakan ikan yang ditawarkan merupakan ikan hasil budidaya dari petani dan mempunyai kualitas yang bagus serta kuat untuk pemancingan galatama. Pemasok tersebut merupakan kenalan pemilik Fishing Valley sehingga memudahkan dalam proses kerjasama. Harga ikan yang ditetapkan merupakan harga kesepakatan kedua belah pihak. Ukuran ikan yang dipesan oleh pengelola pemancingan Fishing Valley tergantung kebutuhan ikan dan juga disesuaikan dengan ketersediaan ikan dari pemasok. Pesanan ikan diantarkan langsung oleh pemasok ke tempat usaha Fishing Valley. Pasokan ikan di kolam pembesaran dengan ukuran yang relatif kecil didatangkan dari pemasok di daerah Tapos dan Leuwiliang. Untuk pasokan ikan di restoran, jika kekurangan pasokan dari kolam pembesaran maka ikan di beli dari pasar tradisional.

Posisi pemasok dalam hal ini dapat dikatakan kuat, karena pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk di jual kepada Fishing Valley, produk pemasok merupakan input yang penting bagi Fishing Valley, dan produk pemasok merupakan produk ikan yang berkualitas dan kuat untuk digunakan pada sistem pemancingan galatama di Fishing Valley. Selain itu, Fishing Valley bukan merupakan konsumen utama dari pemasok. Pemasok juga menjual ikan konsumsi untuk dijual ke pasar. Namun, kondisi tersebut bukan menjadi ancaman bagi perusahaan melainkan menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan karena antara perusahaan dengan pemasok telah terjalin kerjasama yang baik. 6.2.5.5. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli

Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relatif tehadap penjualan pihak penjual. Kelompok pembeli untuk industri usaha pemancingan terpusat pada pembeli utama yaitu para pemancing. Selain itu, para pemancing di Fishing Valley, umumnya melakukan aktifitas memancing dengan frekuensi yang cukup sering. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada 30 responden, diketahui bahwa 30 persen

menunjukkan frekuensi kunjungan empat kali dalam sebulan dan 26,7 persen yang kunjungannya lebih dari empat kali dalam sebulan. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli yang dihadapi Fishing Valley memiliki posisi yang kuat karena memiliki tingkat kunjungan yang cukup sering untuk menyalurkan hobi memancing.

Kekuatan tawar menawar pembeli terhadap perusahaan juga dapat dilihat dari produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli. Sebagai kebutuhan tersier, aktifitas memancing dan rekreasi tergolong pengeluaran yang cenderung dipenuhi dengan biaya yang cukup besar. Sebagian besar responden yaitu 33,3 persen mengeluarkan biaya Rp 400.000,00-Rp 500.000,00 per kunjungan dan 30 persen mengeluarkan biaya 400.000,00-Rp 200.000,00-Rp 300.000,00. Biaya yang relatif besar yang dikeluarkan oleh pembeli dan frekuensi kunjungan yang cukup sering merupakan bagian yang cukup besar bagi penjualan perusahaan.

Jika produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi maka pembeli akan memperoleh kekuatan tawar-menawar terhadap industri. Pembeli yang dihadapi Fishing Valley memiliki posisi yang cukup kuat. Usaha pemancingan Fishing Valley menawarkan produk yang sama dengan pesaing namun hanya dilengkapi dengan fasilitas tambahan yang dikemas dalam konsep yang unik. Saat ini pembeli dihadapi dengan sejumlah wisata mancing yang menawarkan produk-produk serupa. Keadaan ini menyebabkan pembeli memiliki pilihan rekreasi wisata mancing yang cukup banyak. Sehingga pembeli dengan mudah dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain jika kebutuhan dan kepuasannya tidak terpenuhi.

Posisi pembeli yang kuat juga dapat dilihat dari kelengkapan informasi yang dimiliki pembeli. Teknologi komunikasi dan informasi yang semakin canggih memungkinkan pembeli dengan mudah memperoleh informasi tentang wisata mancing dan agrowisata lain. Dengan informasi yang lengkap, pembeli berada dalam posisi yang lebih baik untuk menjamin bahwa mereka mendapatkan harga dan kualitas yang paling menguntungkan. Hal ini juga yang mempengaruhi pembeli dalam menentukan obyek wisata yang akan dipilih sebagai tempat wisata.

6.3. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal dilakukan dengan pendekatan fungsional. Menurut David (2006), analisis lingkungan internal dilakukan pada aspek manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi manajemen.

6.3.1. Manajemen

Fungsi manajemen yang terdapat di Wisata Mancing Fishing Valley terdiri atas lima aktifitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Fungsi manajemen pada Wisata Mancing Fishing Valley dilakukan secara sederhana. Hal ini dapat dilihat dari struktur organisasi perusahaan yang disajikan pada bab gambaran umum perusahaan. 6.3.1.1. Perencanaan

Perencanaan perusahaan yang mencakup persiapan masa depan, perencanaan produk, formulasi strategi, pengembangan kebijakan dan penetapan tujuan dilakukan oleh pemilik perusahaan. Perencanaan perusahaan di masa depan terlihat dari visi perusahaan untuk menjadi wisata mancing terbesar dan terlengkap di Bogor. Perencanaan tersebut merupakan rencana jangka panjang perusahaan yang dilakukan secara bertahap.

6.3.1.2. Pengorganisasian

Wisata Mancing Fishing Valley merupakan usaha yang mempunyai struktur organisasi yang sederhana. Wewenang dan kekuasaan tertinggi perusahaan dijalankan oleh pemilik perusahaan yaitu Bapak Joseph Hartoyo. Pemilik usaha yang merupakan pimpinan perusahaan berperan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting, penetapan strategi jangka panjang, mengontrol dan mengawasi pelaksanaan aktifitas usaha, serta mengelola dan menerima laporan keuangan dari manajer operasional.

Pihak yang menjadi pengelola utama Wisata Mancing Fishing Valley adalah Bapak Ramly selaku manajer operasional Fishing Valley. Manajer operasional bertanggung jawab langsung pada pemilik perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha. Pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan operasional usaha secara menyeluruh baik pada pemancingan, restoran dan arena bermain

yang mencakup produksi/operasi, pemasaran, pengelolaan karyawan, pengelolaan fasilitas, pengelolaan pengunjung dan keuangan dilakukan oleh manajer operasional perusahaan. Fishing Valley saat ini belum memiliki tenaga pemasar yang fokus dan berperan pada aktifitas-aktifitas pemasaran. Selain itu juga perusahaan belum memiliki bagian keuangan yang bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan. Tenaga pengelola usaha hanya bertumpu pada manajer operasional yang dibantu oleh para karyawan perusahaan. Karyawan perusahaan berada langsung di bawah tanggung jawab manajer operasional.

Pengelolaan usaha juga ada yang bekerjasama dengan perusahaan lain yaitu dengan perusahaan Black Night dalam pengadaan beberapa fasilitas permainan. Pengelolaan arena bermain untuk fasilitas outbound, horse riding dan motor cross anak dilakukan oleh pihak manajemen Fishing Valley sedangkan untuk motor ATV, bom-bom boat dan bola air raksasa merupakan fasilitas yang disediakan oleh pihak Black Night yang bekerjasama dengan Fishing Valley. Kerjasama dengan perusahaan tersebut dilakukan dengan persentasi bagi hasil yang telah disepakati kedua belah pihak. Dalam hal ini, pihak Fishing Valley berfungsi sebagai penyedia lokasi, pengelola dan media promosi. Sedangkan pihak Black Night hanya berkewajiban menyediakan fasilitas permainan dan menyediakan karyawan yang bertanggung jawab pada teknis pengoperasian permainan.