BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Implementasi Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK
4.2.2 Kelancaran Rutinitas dan Tiadanya Persoalan
Rutinitas memiliki pengertian prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah, prosedur itu sendiri adalah tahapan-tahapan tertentu pada suatu program yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan, dengan adanya kelancaran rutinitas suatu pelaksanaan pada program kegiatan dapat menjadikan implementasi yang baik juga, sehingga suatu keberhasilan implementasi kebijakan dapat ditandai dengan lancarnya rutinitas fungsi dan tidak adanya masalah yang dihadapi.
Variabel ini dijelaskan dalam beberapa indikator berikut ini : 4.3.1.1 Banyaknya aktor yang terlibat
Rippley dan Franklin (dalam Alfatih,2010) mengatakan adanya aktor yang terlibat dalam pengimplementasian kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan, semakin kompleks suatu kebijakan maka semakin banyak aktor yang diperlukan. Tersedianya pelatihan keterampilan sumber daya manusia juga mendukung keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan.
Aktor yang terlibat dalam implementasi Zona Intgritas sudah sesuai dengan peraturan Menteri PAN-RB No.52 tahun 2014 dalam pedoman pembangunan
zona integritas, yang menjadi aktor sasaran dari pelaksanaan peraturan ini seluruh unit kerja yang terlibat dalam sebuah instansi artinya peraturan ini diterapkan dimulai dari Kementrian PAN-RB RI dan kemudian mengisntruksikannya kepada pimpinan tertinggi Kementrian Agama RI untuk menerapkan Zona Integritas diseluruh unit kerja Kementrian Agama salah satunya Kementrian Agama Kota Medan. Dan implementor Zona Integritas di Kementrian Agama Kota Medan terdiri dari Kepala Kantor yang menjadi teladan (role model), tim kerja Zona Integritas dan seluruh staf/ pegawai. Seperti disampaikan oleh Syam Nurul Mega berikut ini :
“Aktornya pimpinan, tim zona integritas dan juga semua pegawai terlibat. Tapi yang menjadi teladan dan yang sering mengingatkan soal aturan ini pastinya pimpinan”(Wawancara,Syam Nurul Mega sebagai Staf Penerimaan dan Pembatalan Haji, 28 Mei 2018)
Berikut peneliti uraikan bagan aktor dari pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM.
Gambar 4.3.1.1 Bagan Aktor Pembangunan Zona Integritas
Sumber : diolah oleh peneliti berdasarkan dokumentasi Lembar Kerja Evaluasi ZI menuju WBKdan WBBM 2017 di Kementrian Agama Kota Medan
Tim Kerja Zona Integritas adalah perwakilan dari beberapa bidang/satuan kerja Kementrian Agama Kota Medan yang dibentuk berdasarkan SK dari Kepala Kantor No.14 tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Kerja Pembangunan Zona Integritas di kantor Kementrian Agama Kota Medan (Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penjab Kepegawaian Kemenag Medan, 22 Mei 2018). Tim kerja Zona Integritas yang dibentuk bertugas untuk menyiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam penilaian pembangunan Zona Integritas, kemudian menyusun program kerja, mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut.
Kementrian PAN-RB RI
Kementrian Agama RI
Kementrian Agama Kota Medan
Kepala Kantor Kemenag Medan
Tim Kerja Zona
Integritas Staf/Pegawai
“..Tugasnya adalah untuk menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan dalam memberikan penilaian pembangunan zona integritas, kemudian menyusun program kerja, mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut.(Wawancara,Negara Pohan S.E sebagai Kasubbag TU, 22 Mei 2018)
Hal ini menunjukkan bahwa aktor yang terlibat dalam pembangunan Zona Integritas di Kementrian Agama Kota Medan sudah tepat dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan pelatihan keterampilan sumber daya manusia, sangat diperlukan agar implementor memiliki pengetahuan dan keseragaman pemahaman dalam melaksanakan peraturan tersebut. Mondy (2008:210) pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang guna memberi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan para pembelajar untuk dapat melaksakan pekerjaan mereka pada saat ini. Tujuan pelatihan menurut Moekijat(1999:83) adalah memberikan informasi mengenai organisasi kepada karyawan baru, memberikan pengetahuan yang lebih banyak dan lebih luas terhadap karyawan baru, mengurangi tingkat kecelakaan pekerjaan yang tidak baik dan kerusakan pada mesin maupun perlengkapan kerja, membantu karyawan dalam menyesuaikan diri tterhadap metode-metode dan proses baru yang terus menerus diadakan. Tujuan pelatihan tersebut jika dikaitkan dengan implementor peraturan ini maka, pelaksanaan pelatihan dapat membantu implementor untuk mendapatkan informasi, pengetahuan terkait pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas serta dapat membantu implementor dalam menentukan langkah apa yang akan dilakukan dalam menyusun berbagai dokumen yang diperlukan dalam implementasi peraturan tersebut sehingga mengurangi kecenderungan kesalahan dalam pelaksanaanya.
Namun dalam pelaksanaan zona integritas di Kementrian Agama Kota Medan ini belum adanya pelatihan khusus atau pelatihan budaya kerja kepada
pegawai akan tetapi telah dilaksanakan sosialisasi terkait pedoman pelaksanaan peraturan zona integritas oleh Kementrian Agama RI dan juga sosialisasi dari Inspektorat Jenderal Provinsi Sumut yang memberikan informasi tentang Kode Etik ASN serta sanksi hukum pelanggaran peraturan Zona Integritas kepada seluruh pegawai atau ASN yang ada di Kantor Kementrian Agama Kota Medan yang dilaksanakan bersamaan pada waktu launching dan penandatangan pakta integritas pada 16 februari 2015 lalu.
“Berkaitan dengan sumber daya manusia yang bekerja di kantor kementrian agama Kota Medan sampai saat ini pelatihan tentang ZI ini belum ada secara khusus. Tapi sudah ada sosialisasi tentang peraturan zona integritas ini dari Kementrian Agama pusat serta dihadiri oleh Irjen Inspektorat yang memberi informasi tentang kode etik ASN dan sanksi hukum dari tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh ASN terkait ZI ini dan sosialisasi ini diikuti oleh semua pegawai juga. Sosialisasi ini diadakan pada waktu launching dan penandatanganan pakta integritas disini” (Wawancara,Safrial Alam S.Kom selaku penanggungjawab kepegawaian 22 Mei 2018)
Sangat disayangkan sejak diterapkannya peraturan Zona Integritas ini belum dilaksanakan pelatihan budaya kerja kepada seluruh implementor padahal pelatihan ini sangat baik bagi seluruh implementor dalam penerapan budaya pelayanan prima. Penulis melihat dari lampiran lembar Kerja Evaluasi Zona Integritas menuju WBK dan WBBM tahun 2017 di kantor Kemenag Medan pelatihan ini masih dalam tahap usulan perencanaan yang disampaikan kepada Badan Kepegawaian Kota Medan hingga tahun 2018 pelatihan ini masih belum diterapkan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa aktor yang terlibat dalam pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas ini terdiri dari Kepala Kantor, Tim Kerja Zona Integritas dan seluruh pegawai Kementrian Agama Kota Medan.
Sosialisasi terkait peraturan ini sudah diterapkan namun tidak secara mendalam, pelatihan pola pikir dan budaya pelayanan prima belum diterapkan di Kantor ini.
4.3.1.2 Kejelasan Tujuan
Kejelasan tujuan mengandung makna bahwa tujuan dan sasaran yang dicapai dari sebuah kebijakan atau peraturan harus jelas dan terperinci sehingga implementor dapat dengan mudah memahami serta mengimplementasikan kebijakan tersebut. Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono,2005:95) menjelaskan standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.
Peraturan Menteri PAN-RB No. 52 tahun 2014 diterbitkan untuk mengakselerasi peraturan Presiden No 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi dengan tujuan atau sasaran hasil yang ditargetkan tercapai adalah peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN serta peningkatan pelayanan publik. Hal ini kemudian menjadi sasaran hasil dari peraturan pembangunan zona integritas ini.
Pemahaman mengenai tujuan dari peraturan Zona integritas dari Menteri PAN-RB ini juga sudah dipahami dengan baik oleh implementor peraturan ini di kantor Kementrian Agama Kota Medan selain untuk mewujudkan kementrian atau lembaga pemerintah yang bersih dari KKN peraturan ini juga dapat mengikis pandangan masyarakat terhadap buruknya citra pemerintah yang selalu dianggap melakukan maladminitrasi atau KKN.
“Sebetulnya tujuan kebijakan MenPan-RB ini untuk mewujudkan kementrian, lembaga atau instansi pemerintah yang bebas dari KKN serta meninngkatkan kualitas pelayanan.. Kemudian tujuan MenPan- RB untuk mengikis mindset masyarakat yang dari dulu sudah membudaya soal KKN dan mereka selalu berpikir bahwa instansi selalu melakukan KKN” (Wawancara,H.Negara Pohan SE, MA selaku KASUBBAG Tata Usaha, 22 Mei 2018)
Selain itu, tujuan dari pembangunan Zona Integritas juga dapat menciptakan pegawai atau aparatur sipil negara yang berkualitas karena integritas identik dengan kualitas.
“Termasuk ya meningkatkan kinerja dan motivasi untuk menjadi aparatur negara yang bersih dan berkualitas, karena setelah zona integritas itu kan harus berkualitas” (Wawancara,ibu Syam Nurul Mega S.Ag selaku Staf Penerimaan dan Pembatalan Haji, 28 Meii 2018)
Menurut Henry Cloud (dalam Haryanto, Jurnal Ilmiah Educational Management tahun 2016) bahwa ketika berbicara integritas maka tidak akan terlepas dari upaya untuk menjadi orang yang utuh dan terpadu di setiap bagian diri yang berlainan, yang bekerja dengan baik dan menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Integritas sangat terkait dengan keutuhan dan kefektifan seseorang sebagai insan manusia. Pendapat ahli tersebut sejalan dengan pemikiran dari implementor tersebut yang mengatakan bahwa integritas berkaitan dengan kualitas, artinya implementor menunjukkan integritasnya dengan menunjukkan kualitas dalam pelayanannya apakah dijalankan dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada.
Tujuan pembangunan Zona Integritas ini sangat baik selain untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik serta mewujudkan instansi pemerintah yang bebas KKN juga dapat menciptakan individu yang berkualitas dan berintegritas. Dengan adanya peraturan ini dapat mendorong seseorang untuk menjaga kredibilitasnya sebagai manusia yang jujur dan kokoh, sehingga dapat
membersihkan pandangan buruk masyarakat terhadap maraknya para ASN yang melakukan korupsi.
Dari informasi tersebut peneliti melihat bahwa implementor dari peraturan Zona Integritas di Kantor Kementrian Agama Kota Medan ini sudah memahami dengan baik tujuan dari peraturan ini sejalan dengan peraturan dari Menteri PAN-RB yaitu untuk mewujudkan instansi pemerintah yang bersih dan bebas dari KKN serta mendorong peningkatan kualitas pelayanan dengan meningkatkan kinerja kerja aparatur negara dan indikator kejelasan tujuan dari peraturan Zona Integritas ini tepat dan dipahami oleh implementor.
4.3.1.3 Perkembangan dan Kerumitan Program
Berhasilnya pelaksanaan suatu kebijakan dapat dinilai dari bagaimana perkembangan dan proses pelaksanaan kebijakan serta bentuk upaya yang dilakukan untuk mendukung suatu kebijakan dan apa yang menjadi kendala atau kerumitan dalam pelaksanaannya. Dinamisnya petunjuk pelaksanaan yang dibuat akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya peraturan tersebut diimplementasikan.
Bentuk perkembangan yang sudah dilakukan oleh implementor peraturan ini adalah melaksanakan setiap program Pembangunan Zona Integritas yang terdiri dari program manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan manajemen SDM, penguatan akuntabilitas kinerja, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Secara keseluruhan pelaksanaan program tersebut masih belum optimal akan tetapi sudah ada beberapa perubahan yang sudah dilaksanakan dengan baik. Berikut peneliti uraikan pelaksanaan dari beberapa program tersebut :
1. Program Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten mekanisme kerja, pola pikir (mind set), serta budaya kerja (culture set) individu pada unit kerja yang dibangun, menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan zona integritas. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. Meningkatnya komitmen seluruh jajaran pimpinan dan pegawai unit kerja dalam membangun Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
b. Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja pada unit kerja yang diusulkan sebagai Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
dan
c. Menurunnya resiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan.
Dari hasil temuan, wawancara dan observasi peneliti, hal-hal yang telah dilakukan oleh Implementor dalam pelaksanaan program ini antara lain :
1. Membentuk Tim Kerja Zona Integritas yang bertugas untuk menyiapkan seluruh dokumen rencana kerja pembangunan zona integritas seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya.
2. Menyusun dokumen rencana pembangunan zona integritas seperti usulan rencana kerja dari masing-masing satuan kerja (bidang)
3. Membentuk agen perubahan. Agen perubahan merupakan orang-orang yang berkontribusi untuk menciptakan perubahan baru di kantor Kementrian Agama Kota Medan. Agen perubahan ini dimulai dari pimpinan instansi sampai kepada seluruh pegawai tanpa terkecuali. Agen perubahan ini dipilih 3 orang per tiga bulan yang memberikan perubahan dan serta memberikan teladan kepada seluruh pegawai lainnya.
“...kami juga membuat tim agen perubahan, agen perubahan ini adalah orang berkontribusi membentuk suatu perubahan yang dulunya kurang bagus menjadi lebih baik. Agen perubahan ini dimulai dari pimpinan sampai kepada pegawai, jadi setiap tiga bulan kita menentukan siapa yang jadi agen perubahan biasanya 3 orang, jadi setiap agen perubahan itu harus menciptakan perubahan yang diinstansi ini, semua bergilir nantinya hingga semua pegawai yang ada di kementrian agama ini menjadi agen perubahan. Agen perubahan ini juga tercantum dalam peraturan zona integritas ini”(Wawancara,Negara Pohan SE sebagai KASUBBAG Tata Usaha, 22 Mei 2018)
Dari hasil wawancara peneliti, agen perubahan ini sudah dilaksanakan dalam bentuk teladan disiplin kehadiran, tradisi membuang sampah dan kebersihan lingkungan kantor, perubahan dalam bentuk tata berpakaian, penataan fisik kantor dan masih banyak lagi.
“Kalau dari agen perubahan itu, banyak lah yang telah dilakukan seperti pada awal ada tim agen perubahan itu, mereka melakukan teladan dalam bentuk disiplin kehadiran dengan mengawasi setiap pegawai yang datang cepat dan memberikan berupa hadiah, kemudian ada juga yang memberikan kontribusinya dalam bentuk penataan fisik di kantor ini seperti letak stiker, banner, spanduk, letak alur SOP. Kemudian dalam bentuk penataan pakaian juga ada yang memberikan ide untuk memadukan warna pakaian yang dipake setiap harinya oleh seluruh peagwai sehingga terlihat kompak dan rapi. Juga memberi teladan dalam bentuk tradisi membuang sampah jadi sekali 1 bulan kita ada kayak kebersihan gitu dan banyak lagi lah” (Wawancara bapak Safrial Alam Penjab Kepegawaian, 18 Juli 2018)
4. Perubahan pola pikir dan budaya kerja yang disampaikan dalam bentuk surat edaran seperti disiplin kehadiran , kemudian dilakukan sosialisasi atau himbauan dalam bentuk banner, spanduk, stiker dan adanya maklumat pelayanan disetiap satuan kerja atau bidang.
“kalau hal-hal yang sudah kita laksanakan itu untuk menunjang proses PMPZI singkatan dari Penilaian Mandiri Pembangunan Zona Integritas.
Dalam PMPZI ini kita sudah banyak berbuat yang pertama kita membangun sistem, sistem dalam arti pola pikir atau mindset pegawai kita ubahlah dalam bentuk surat edaran contohnya seperti disiplin kehadiran, kedua membangun sistem dalam bentuk himbauan seperti dalam bentuk banner, spanduk,stiker dan ada juga maklumat pelayanan di setiap seksi atau satker”(Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penanggungjawab Kepegawaian, 22 mei 2018)
Gambar 4.3.1.3.1 Bentuk Sosialisasi Zona Integritas di Kemenag Medan 1. Banner berisi tolak pungli 2. Banner berisi maklumat pelayanan kantor Di pintu masuk kantor Kemenag Kemenag Medan di pintu masuk kantor Medan Kemenag Medan
3. Stiker berisi ajakan untuk bersikap 4. Stiker berisi ajakan untukmelaksanakan
jujur zona integritas
5. Banner berisi maklumat pelayanan di 6. Stiker yang berisi himbauan untuk di salah satu seksi/bidang Kemenag tolak pungli di pintu masuk ruangan
Medan seksi haji dan umroh
Sumber : Ningsih Telaumbanua, 2018.
Penjelasan dari Gambar 1 dan 6 berisi komitmen sekaligus menjadi himbauan Kementrian Agama Kota Medan untuk tidak menerima pungli, baik dari pegawai yang memberikan pelayanan maupun dari masyarakat yang meminta pelayanan. Gambar 2 dan 5 merupakan maklumat pelayanan Kementrian Agama Kota Medan yang berisi komitmen untuk melaksanakan visi kantor tersebut yaitu “Terwujudnya masyarakat agamis, intelektual dan berkualitas menuju masyarakat Kota Medan yang madani, religius dan bermartabat” disertai misi untuk menjalankan visi tersebut. Dan salah satu maklumat pelayanan dari bidang Bimas Kristen yang berkomitmen untuk menyelenggarakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, lembaga keagamaan kristen, guru pendidikan agama kristen, sesuai dengan standar operasional prosedur
yang ditetapkan secara professional dan penuh tanggungjawab. Gambar 3 dan 4 menunjukkan komitmen dan ajakan kepada seluruh pegawai untuk bersikap jujur dan melaksanakan zona integritas, yang ditempel di setiap bidang kerja yang ada di kantor Kementrian Agama Kota Medan.
Dari beberapa bentuk perubahan pola pikir dan budaya kerja yang telah dilakukan, peneliti menemukan adanya kejanggalan dalam memberi himbauan melalui surat edaran yang sudah dipaparkan oleh informan diatas. Menurut peneliti himbauan tersebut kurang mendalam dan tidak dapat menjamin soerang dapat memahami makna integritas yang sesungguhnya jika hanya lewat surat edaran saja.Selain itu, tidak dilaksanakannya pelatihan pola pikir dan budaya kerja kepada seluruh pegawai juga mempengaruhi kurangnya nilai bobot untuk pelaksanaan program ini.
Meskipun demikian dengan adanya himbauan tersebut diharapkan seluruh SDM baik pimpinan maupun pegawai, dan juga masyarakat dapat termotivasi dalam menjaga nilai-nilai integritasnya, serta berkomitmen untuk tidak melakukan pungli dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat juga supaya masyarakat mengetahui komitmen yang dimiliki oleh seluruh SDM di Kantor Kemenag Medan untuk membantu menyukseskan pelaksanaan Zona Integritas yang bebas KKN dan pelayanan yang berkualitas.
“ya harapannya dengan adanya himbauan itu, seluruh pegawai dapat menjaga integritas dan melaksanakan pelayanan dengan baik. Dan masyarakat juga mengetahui bahwa kita sudah melaksanakan zona integritas dan supaya mereka bisa membantu kita untuk
mewujudkannya” (Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penanggungjawab Kepegawaian, 22 mei 2018)
2. Program Penataan Tatalaksana
Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada Zona Integritas Menuju WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai pada masing-masing program ini adalah:
a. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
b. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan di Zona Integritas menuju WBK/WBBM; dan c. Meningkatnya kinerja di Zona Integritas menuju WBK/WBBM
Dari hasil temuan, wawancara peneliti, hal-hal yang telah dilakukan oleh Implementor dalam pelaksanaan program ini antara lain : 1. Membuat prosedur operasional yang tetap dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan dengan membentuk tim SOP serta SOP di masing-masing satuan kerja atau bidang serta membuat tim SOP yang bertugas untuk mengumpulkan setiap SOP dari masing masing bidang tersebut.
“kita ada membuat SOP pelayanan kita, dan pertama-tama dibentuk tim SOP dulu yang kerja nya mengumpulkan seluruh SOP yang dari satker kemudian mengumpulkannya dalam bentuk file dan kemudian dibukukan” (Wawancara bapak Safrial Alam Penjab Kepegawaian, 18 Juli 2018)
Berikut dari hasil dokumentasi, peneliti uraikan salah satu SOP pelayanan dari satuan kerja bagian Tata Usaha
Gambar 4.3.1.3.3 SOP pelayanan bagian Tata Usaha
Sumber : Ningsih Telaumbanua, 2018.
Gambar diatas merupakan salah satu prosedur pelayanan tetap (SOP) di bagian tata usaha, dari gambar tersebut menjelaskan tentang alur pembuatan surat kedinasan dari surat masuk yang telah didisposisikan kepala tata usaha. Dimulai dari Penanggungjawab umum untuk membuat konsep surat dinas kemudian staf bagian umum mengetik surat tersebut dan menyerahkan kembali kepada penjab umum yang kemudian menyerahkannya kepada Kepala Tata Usaha untuk diperiksa dan dibubuhi parah setelah itu diserahkan kepada Kepala Kantor disini surat dinas tersebut dikoreksi sekaligus ditandatangani. Setelah surat tersebut di tandatangani kembali ke bagian staf umum untuk memberi nomor surat dan menggandakan serta mengarsipkan surat tersebut dan kemudian menyerahkan kepada staf bidang untuk didistribukan.
2. Adanya penggunaan teknologi dalam penyelenggaraan manajemen pelayanan seperti penggunaan aplikasi SIMPEG (Sistem Manajemen
Informasi Kepegawaian) merupakan suatu sistem informasi manajemen yang berfungsi untuk mengelola data, manajemen dan administrasi kepegawaian, kemudian penggunaan aplikasi Siskohat (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) merupakan aplikasi yang dirancang untuk melayani pendaftaran haji secara on-line, prosesi penyelenggaraan haji mulai dari pendafatarn calon haji, pemrosesan dokumen haji, persiapan keberangkatan, monitoring operasional di Tanah Suci sampai pada proses kepulangan ke Tanah air. Serta ada beberapa aplikasi lainnya yang digunakan terkait dengan manajemen pegawai.
“kita menggunakan teknologi infomasi seperti di bagian kepegawaian ada aplikasi Simpeg yang digunakan untuk manajemen pegawai seperti data pegawai, tempat tugas, masa kerja waktu pensiun. Kemudian di bagian haji ada aplikasi Siskohat yaitu melayani pendaftaran haji secara on-line, prosesi penyelenggaraan haji mulai dari pendafatarn calon haji, pemrosesan dokumen haji, persiapan keberangkatan, monitoring operasional di Tanah Suci sampai pada proses kepulangan ke Tanah air.
dan ada banyak lagi aplikasi yang sudah kita gunakan juga untuk mendukung kinerja” (Wawancara bapak Safrial Alam, S.Kom Penjab Kepegawaian, 18 Juli 2018)
3. Program Penataan Sistem Manajemen SDM
Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas Menuju WBK/WBBM. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah :
a. meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur pada masing-masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
b. meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur pada masing-masing masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
c. meningkatnya disiplin SDM aparatur pada masing-masing masing Zona Integritas menuju WBK/WBBM;
d. meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur pada Zona Integritas menuju WBK/WBBM; dan
e. meningkatnya profesionalisme SDM aparatur pada Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
Dari hasil temuan, wawancara peneliti, hal-hal yang telah dilakukan oleh Implementor dalam pelaksanaan program ini antara
Dari hasil temuan, wawancara peneliti, hal-hal yang telah dilakukan oleh Implementor dalam pelaksanaan program ini antara