BAB III. METODE PENELITIAN
3.6 Validitas Data
Agar data yang diperoleh dijamin keabsahannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasil penelitiannya, maka perlu melakukan triangulasi.
Menurut Moleong (2011 : 330) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding untuk data itu. Menurut Danzin dalam Moleong (2011 : 330) membedakan Empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi dengan penggunaan sumber dan metode. Triangulasi sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dari para informan yang dituju.
Triangulasi metode dilakukan dengan mengkroscek / mengecek data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari wawancara,kemudian dicek dengan observasi dan dokumentasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab 1 yaitu tentang Implementasi Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK)dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) di Kantor Kementrian Agama Kota Medan. Data yang diperoleh baik melalui kegiatan wawancara, dokumentasi maupun observasi akan disajikan dengan teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Informasi maupun data, diperoleh dari kegiatan Wawancara,pihak pelaksana peraturan Zona Integritas yakni pegawai Kantor Kementrian Agama Kota Medan dan juga masyarakat yang sedang melakukan pengurusan berkas di kantor Kementrian Agama Kota Medan. Dalam melakukan analisis, data yang telah dikumpulkan akan disesuaikan dengan menggunakan teori implementasi dalam hipotesis kerja pada bab sebelumnya melalui beberapa indikator yang terkait dengan teori implementasi yang akan digunakan oleh penulis sehingga analasis data yang akan dilakukan oleh penulis dapat disajikan secara sistematis.
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kementrian Agama Kota Medan salah satu intansi pemerintah yang merupakan bagian dari Kementrian Agama Republik Indonesia dan secara struktur berbentuk vertikal keatas, sehingga Kementrian Agama Kota Medan ini bertanggungjawab kepada pusat. Adapun gambaran organisasi Kementrian Agama Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor: 53 Tahun 1971 Tentang Pembentukan Perwakilan Departemen Agama Propinsi dan Kantor
Departemen Agama Kabupaten dan Inspektorat Perwakilan, susunan Kementrian Agama adalah sebagai berikut :
I. Perwakilan Departemen Agama Provinsi II. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten III. Kantor Urusan Agama Kecamatan
IV. Urusan Pengawasan adalah Inspektorat Perwakilan
Berikut bagan struktur organisasi Kementrian Agama RI ke Pusat sampai tingkat Kabupaten/Kota :
Gambar 4.1 : Struktur organisasi Kementrian Agama RI ke Pusat sampai tingkat Kabupaten/Kota
Sumber : Kemenag.go.id, diakses pada 2 Juli 2018
Sementara itu sesuai dengan keputusan Menteri Agama No 18 tahun 1975 tentang susunan organisasi dan tata kerja Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara, Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :
a. Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi b. Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya c. Kantor Urusan Agama Kecamatan
Pada masa inilah Departemen Agama Kotamadya Medan memasuki masa persiapan untuk berdiri sendiri, yang pada awalnya berkantor di Jalan Bintang hingga tahun 1980, sebelum pindah ke Jalan Sei Batu Gingging no. 12 yang pada waktu itu merupakan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara.
Kementrian Agama Medan kemudian mengalami perubahan penyebutan nama instansi dari Departemen Agama menjadi Kementrian Agama. Perubahan tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 1 tahun 2010, tentang perubahan penyebutan Departemen Agama menjadi Kementerian Agama. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu pada tanggal 28 Januari 2010 oleh Menteri Agama RI Suryadharma Ali.
Visi dan Misi Kementerian Agama Kota Medan
Dalam menjalankan programnya, Kementerian Agama Kota Medan memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:
Visi :
“Terwujudnya masyarakat agamis, intlektual dan berkualitas menuju masyarakat Kota Medan yang madani, religius dan bermartabat”.
Misi :
1. Meningkatkan penghayatan moral ke dalam spiritual dinamika keagamaan.
2. Meningkatkan dan memperkokoh kerukunan antar umat beragama.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada madrasah dan sekolah umum.
4. Meningkatkan pemberdayaan lembaga keagamaan.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan haji.
Di samping Visi dan Misi Kode Etik menjadi landasan pokok bagi seluruh pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Medan, dengan Ikrar :
“ Kami pegawai Kementerian Agama yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan ”
1. Menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan Bangsa.
2. Menggunakan dan pelayanan kepada Masyarakat.
3. Bekerja dengan jujur, Adil dan Amanah.
4. Melaksanakan tugas dengan disiplin, professional dan inovatif.
5. Kesetiakawanan dan bertanggung jawab atas kesejahteraan korps.
4.2 Implementasi Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM di Kantor Kementrian Agama Kota Medan
Kementrian Agama Kota Medan telah menerapkan Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM dengan melaksanakan program yang sudah ditetapkan oleh MenPAN-RB melalui peraturan MenPAN-RB No. 52 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK danWBBM. Dalam pelaksanaan peraturan tersebut, peneliti melakukan analisis
menggunakan model keberhasilan implementasi menurut Rippley dan Franklin yang dijabarkan dalam beberapa variabel berikut ini :
4.2.1 Kepatuhan Implementor
Perspektif pertama memahami keberhasilan implementasi dalam arti sempit yaitu sebagai kepatuhan para implementor dalam melaksanakan kebijakan yang tertuang dalam dokumen kebijakan (dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, atau program) (dalam Purwanto.dkk,2012:69). Kepatuhan berarti melaksanakan cara dan perilaku yang disarankan oleh orang lain, dan kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif dari pegawai untuk mengikuti apa yang diperintahkan oleh atasan. Edward III (dalam Widodo,2010:104-105) mengatakan bahwa : jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Berarti pemahaman dan sikap atau perilaku dari implementor menjadi indikator yang sangat penting untuk melihat kepatuhan implementor dalam suatu kebijakan.
4.2.1.1 Pemahaman Implementor
Van Metter dan Van Horn mengatakan bahwa pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting. Karena, bagaimanapun juga implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana atau implementor, tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan (dalam Winarno,2002). Berarti suatu
kebijakan dikatakan berhasil bila agen pelaksananya atau implementor dapat memahami maksud dari sebuah kebijakan atau peraturan yang diterapkan.
Zona Integritas dalam peraturan MenPAN-Rb no.52 tahun 2014 adalah suatu predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Adapun prosedur pelaksanaan pembangunan Zona Integritas sudah diatur dalam peraturan MenPAN-RB no 52 tahun 2014 dan Kementrian Agama Kota Medan mengikuti instruksi dari Kementrian Agama RI untuk melaksanakan peraturan tersebut.
“ ..Kementrian Agama Kota Medan ini mengikuti dan menjalankan instruksi dari Kementrian Agama RI sedangkan untuk pelaksanaan Zona Integritas ini yang aturannya dan petunjuk teknisnya berasal dari peraturan Menteri Pan-RB No.52 tahun 2014” (Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penanggungjawab Kepegawaian,22 mei 2018).
Proses Kementrian Agama Kota Medan menjadi pilot projek dari Pembangunan Zona Integritas diawali dari keluarnya peraturan Menteri PAN-RB no. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju WBK danWBBM di seluruh Kementrian/Lembaga pemerintah. Berdasarkan peraturan tersebut Kementrian Agama RI melakukan yang namanya Pencanangan Pembangunan Zona Integritas.
Pencanangan Pembangunan Zona Integritas adalah deklarasi/pernyataan dari pimpinan suatu instansi pemerintah bahwa instansinya telah siap membangun Zona Integritas. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi pemerintah yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya
telah menandatangani Dokumen Pakta Integritas. Penandatanganan dokumen Pakta Integritas dapat dilakukan secara massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang belum seluruh pegawainya menandatangani Dokumen Pakta Integritas, dapat melanjutkan/melengkapi setelah pencanangan pembangunan Zona Integritas. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat yang berada di bawah koordinasi Kementerian dapat dilakukan bersama-bersama.
Berdasarkan Peraturan MenPAN-RB no. 52 tahun 2014 setelah Kementrian Agama RI melaksanakan pencanangan Pembangunan Zona integritas maka dilanjutkan dengan proses Pembangunan Zona Integritas dengan pemilihan unit kerja yang diusulkan sebagai Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani dengan memperhatikan berbagai syarat diantaranya :
1. Dianggap sebagai unit yang penting/strategis dalam melakukan pelayanan publik
2. Mengelola sumber daya yang cukup besar
3. Memiliki tingkat keberhasilan reformasi birokrasi yang cukup tinggi Dengan mempertimbangkan beberapa syarat tersebut akhirnya Kementrian Agama RI menetapkan unit kerja yang menjadi pilot projek dari Pembangunan Zona Integritas di wilayah Sumatera Utara menunjuk tiga instansi yang terdiri dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Sumut, Kantor Kementrian Agama Kota Medan, Kantor Kementrian Agama Kabupaten Deli Serdang
“Kementrian agama pusat pada saat itu di tahun 2015 menunjuk 3 instansi kementrian agama wilayah sumatera utara untuk menjadi pilot projec dari Pembangunan Zona Integritas ini, termasuklah Kanwil Kementrian Agama Sumut, Kementrian Agama Kota Medan, dan Kementrian Agama Kab. Deli
Serdang” (Wawancara,Negara Pohan S.E sebagai Kasubbag Tata Usaha Kemenag Medan,22 Mei 2018).
Pada 16 Februari 2015 dilaksanakan launching terkait pelaksanaan peraturan Pembangunan Zona Integritas sekaligus penandatanganan pakta integritas dari ketiga unit kerja yang sudah ditunjuk oleh Kementrian RI untuk satuan wilayah kerja di Sumatera Utara yang dilaksanakan di Kantor Kementrian Agama Kota Medan dan dihadiri oleh Kementrian Agama RI, Kanwil Kementrian Agama Provinsi Sumut, Inspektorat Jenderal Sumut, serta seluruh staf/pegawai Kementrian Agama Kota Medan.
“Untuk penandatanganan pakta integritas di Kementrian Agama Kota Medan ini, pada 16 februari 2015 diadakan launching terkait peraaturan ini sekaligus penandatanganan pakta integritas ini bersama dengan kementrian agama pusat, Kanwil kementrian agama provinsi sumut, dan dari Inspektorat, dan seluruh staf/pegawai di kantor ini”(Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penjab Kepegawaian,22 Mei 2018).
Prosedur berikutnya setelah penandatanganan pakta integritas tersebut adalah proses Pembangunan ZI yang difokuskan pada penerapan program Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang bersifat konkrit. Dalam menerapkan program tersebut maka terdapat komponen-komponen yang harus dibangun yang terdiri dari 2 komponen yaitu : Komponen pengungkit dan Komponen hasil. Komponen pengungkit merupakan komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil Pembangunan Zona Integritas menuju WBK dan WBBM yang terdiri dari enam komponen yaitu : Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Sedangkan komponen hasil
adalah sasaran hasil dari Pembangunan ZI yaitu Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN dan Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat (Peraturan MenPAN-RB No.5 Tahun 2014).
Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan masing-masing komponen dan indikator pembangun komponen
Gambar 4.2.1.1 : Komponen Pembangun ZI
P E N G U N G K I T ( 6 0 % ) H A S I L ( 4 0 % )
Peningkatan Pelayanan Publik
Pemerintah yang Bersih dan Bebas
KKN
P E R B A I K A N D A N P E M B ELAJARAN Sumber : Peraturan MenPAN-RB No.5 Tahun 2014
Melalui model tersebut dapat diuraikan bahwa program Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik merupakan komponen pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Dari komponen-komponen tersebut dilakukan berbagai penilaian dari setiap program dengan beberapa indikator yang dipandang mewakili program tersebut, sehingga dengan menilai indikator tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran. Upaya dalam melakukan penilaian dari setiap indikator tersebut maka Kementrian Agama Kota Medan membentuk/ menyusun Tim Kerja Zona Integritas.
Pemahaman implementor terkait Zona Integritas ini sangat beragam, ada yang memahami Zona Integritas sebagai kemauan atau komitmen instansi dan individu didalamnya untuk melaksanakan pelayanan yang bebas korupsi atau wilayah birokrasi bersih melayani (Wawancara,Negara Pohan S.E sebagai Kasubbag TU, 22 Mei 2018). Ada juga yang memberikan pemahamannya bahwa Zona Integritas sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas pelayanan kerja dan juga meningkatkan kinerja pribadi pegawai yang lebih transparan, akuntabel, bertanggungjawab dan dapat melakukan manajemen perubahan sebagaimana disampaikan oleh Safrial Alam S.kom Penjab Kepegawaian, 22 Mei 2018 :
“Zona Integritas itu bersifat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kerja yang bersifat umum, lebih khusus meningkatkan kinerja dalam makna pribadi individu pegawainya dan juga instansinya. Dalam bentuk transparansi, akuntabel, tanggungjawab, manajemen perubahan.
Zona Integritas juga dipahami sebagai suatu pelayanan mandiri yang dilakukan oleh sebuah instansi untuk menuju WBK dan WBBM dengan syarat adanya peningkatan pelayanan publik dan tidak adanya pungutan liar atau bebas korupsi.
“Zona Integritas itu adalah penilaian mandiri satuan kerja menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani syaratnya itu kami disini dituntut untuk pelayanan yang lebih ditingkatkan, tidak ada lagi yang namanya pungli atau biaya-biaya administrasi karena tujuan kita adalah sebagai pelayan masyarakat (Wawancara,Erwin Syahputra Batubara S.E sebagai Staf penyusun Laporan Keuangan, 28 Mei 2018)”
Selain itu Zona Integritas juga dianggap sebagai alat untuk membangun karakter pegawai atau aparatur sipil negara supaya berlaku jujur, tidak korupsi dan bersih dalam memberikan pelayanan.
“Zona Integritas ini tentang membangun karakter pegawai diseluruh instansi yang ada di Indonesia supaya bersih dan bebas korupsi atau instansi tersebut menjadi wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani (Wawancara,Chairul Anwar S.H sebagai staf pegawai haji dan umroh, 6 Juni 2018)”
Dari berbagai informasi diatas dapat diketahui bahwa para implementor telah memiliki pemahaman yang sesuai dengan Peraturan MenPAN-RB No. 14 tahun 2014 tentang pengertian dari Zona Integritas. Implementor memahami Zona Integritas sebagai suatu komitmen yang harus dimiliki oleh instansi pemerintah beserta seluruh sumber daya manusia atau pegawai yang terdapat dalam instansi tersebut untuk memberikan pelayanan publik yang jujur, akuntabel sehingga bebas dari perilaku korupsi yang mendorong peningkatan kinerja setiap individu yang menjadi bagian dalam peraturan tersebut.
4.2.1.2 Perilaku Implementor
Perilaku implementor mencakup sikap agen pelaksana dalam menerima ataupun menolak kebijakan. Perilaku implementor juga dapat disebut sebagai disposisi implementor, menurut Wahab (2010) menjelaskan bahwa disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sikap dari para Implementor terhadap pelaksanaan peraturan ini menerima dan mendukung secara penuh pelaksanaannya dengan
berbagai alasan yang berbeda diantaranya adalah karena peraturan ini dapat meningkatkan motivasi kerja serta meningkatkan nilai kejujuran dari para aparatur sipil negara atau birokrat di seluruh instansi pemerintahan sebagaimana dinyatakan oleh Hadi Saputra M,Si :
“Kita harus patuh terhadap instruksi dari pimpinan dan juga dalam menjalankan peraturan ini, karena ini bisa meningkatkan motivasi kerja, kinerja serta meningkatkan nilai kejujuran diri para ASN diseluruh instansi pemerintah”(Wawancara,Hadi Saputra M.Si sebagai penanggungjawab humas, 6 Juni 2018).
Pendapat yang lain juga mengatakan alasan mendukung peraturan ZI ini karena membawa dampak yang baik bagi seluruh ASN yang berhubungan dengan tunjangan kinerja, sehingga ASN lebih disiplin atau tidak malas ke kantor.
“Saya pribadi mendukung peraturan pemerintah. Karena dengan begini, dampaknya kita bisa meningkatkan kesejahteraan aparatur sipil negara contoh kan ada tunjangan kinerja, nah jadi kalau ada ASN yang malas malasan tunjangan kinerjanya akan berpengaruh sama kinerjanya. Intinya peraturan ini memotivasilah untuk kinerja ASN in” (Wawancara,Safrial Alam sebagai penanggungjawab kepegawaian,22 Mei 2018).
Secara khusus peraturan zona integritas ini selain berguna untuk para ASN juga berguna untuk seluruh instansi atau lembaga khususnya di Kementrian Agama Kota Medan untuk lebih meningkatkan pelayanannya, menghindari radikalisme dan melayani masyarakat dengan kesamaan hak atau tidak adanya diskriminasi.
“Sangat mendukung penuh karena peraturan ini sangat bagus untuk kementrian agama dan semua instansi juga. Karena ini bentuknya ke pelayanan apalagi kementrian agama ya sebaik mungkinlah kita memberikan pelayanan kepada masyarakat baik itu informasi-informasi serta menghindari radikalisme sehingga pelayanan yang diberikan sama rata”(Wawancara,Erwin Syahputra Batubara S.E sebagai Staf penyusun Laporan Keuangan 28 Mei 2018).
Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005:96) disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : pertama, respons implementor
terhadap kebijakan yang akan memengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan. Kedua yaitu kognisi yakni pemahamannya terhadap kebijakan. Ketiga intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor. Respon dari implementor dalam pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas ini dinilai baik, karena membawa dampak yang baik bagi seluruh implementor juga terhadap lembaga atau instansi tempat mereka bekerja.
Sehingga hal ini dapat mengikis mindset dari masyarakat terkait buruknya pelaksanaan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah.
4.2.2 Kelancaran Rutinitas dan Tiadanya Persoalan
Rutinitas memiliki pengertian prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah, prosedur itu sendiri adalah tahapan-tahapan tertentu pada suatu program yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan, dengan adanya kelancaran rutinitas suatu pelaksanaan pada program kegiatan dapat menjadikan implementasi yang baik juga, sehingga suatu keberhasilan implementasi kebijakan dapat ditandai dengan lancarnya rutinitas fungsi dan tidak adanya masalah yang dihadapi.
Variabel ini dijelaskan dalam beberapa indikator berikut ini : 4.3.1.1 Banyaknya aktor yang terlibat
Rippley dan Franklin (dalam Alfatih,2010) mengatakan adanya aktor yang terlibat dalam pengimplementasian kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan, semakin kompleks suatu kebijakan maka semakin banyak aktor yang diperlukan. Tersedianya pelatihan keterampilan sumber daya manusia juga mendukung keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan.
Aktor yang terlibat dalam implementasi Zona Intgritas sudah sesuai dengan peraturan Menteri PAN-RB No.52 tahun 2014 dalam pedoman pembangunan
zona integritas, yang menjadi aktor sasaran dari pelaksanaan peraturan ini seluruh unit kerja yang terlibat dalam sebuah instansi artinya peraturan ini diterapkan dimulai dari Kementrian PAN-RB RI dan kemudian mengisntruksikannya kepada pimpinan tertinggi Kementrian Agama RI untuk menerapkan Zona Integritas diseluruh unit kerja Kementrian Agama salah satunya Kementrian Agama Kota Medan. Dan implementor Zona Integritas di Kementrian Agama Kota Medan terdiri dari Kepala Kantor yang menjadi teladan (role model), tim kerja Zona Integritas dan seluruh staf/ pegawai. Seperti disampaikan oleh Syam Nurul Mega berikut ini :
“Aktornya pimpinan, tim zona integritas dan juga semua pegawai terlibat. Tapi yang menjadi teladan dan yang sering mengingatkan soal aturan ini pastinya pimpinan”(Wawancara,Syam Nurul Mega sebagai Staf Penerimaan dan Pembatalan Haji, 28 Mei 2018)
Berikut peneliti uraikan bagan aktor dari pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM.
Gambar 4.3.1.1 Bagan Aktor Pembangunan Zona Integritas
Sumber : diolah oleh peneliti berdasarkan dokumentasi Lembar Kerja Evaluasi ZI menuju WBKdan WBBM 2017 di Kementrian Agama Kota Medan
Tim Kerja Zona Integritas adalah perwakilan dari beberapa bidang/satuan kerja Kementrian Agama Kota Medan yang dibentuk berdasarkan SK dari Kepala Kantor No.14 tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Kerja Pembangunan Zona Integritas di kantor Kementrian Agama Kota Medan (Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penjab Kepegawaian Kemenag Medan, 22 Mei 2018). Tim kerja Zona Integritas yang dibentuk bertugas untuk menyiapkan seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam penilaian pembangunan Zona Integritas, kemudian menyusun program kerja, mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut.
Kementrian PAN-RB RI
Kementrian Agama RI
Kementrian Agama Kota Medan
Kepala Kantor Kemenag Medan
Tim Kerja Zona
Integritas Staf/Pegawai
“..Tugasnya adalah untuk menyiapkan seluruh perangkat yang dibutuhkan dalam memberikan penilaian pembangunan zona integritas, kemudian menyusun program kerja, mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut.(Wawancara,Negara Pohan S.E sebagai Kasubbag TU, 22 Mei 2018)
Hal ini menunjukkan bahwa aktor yang terlibat dalam pembangunan Zona Integritas di Kementrian Agama Kota Medan sudah tepat dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan pelatihan keterampilan sumber daya manusia, sangat diperlukan agar implementor memiliki pengetahuan dan keseragaman pemahaman dalam melaksanakan peraturan tersebut. Mondy (2008:210) pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang guna memberi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan para pembelajar untuk dapat melaksakan pekerjaan mereka pada saat ini. Tujuan pelatihan menurut Moekijat(1999:83) adalah memberikan informasi mengenai organisasi kepada karyawan baru, memberikan pengetahuan yang lebih banyak dan lebih luas terhadap karyawan baru, mengurangi tingkat kecelakaan pekerjaan yang tidak baik dan kerusakan pada mesin maupun perlengkapan kerja, membantu karyawan dalam menyesuaikan diri tterhadap metode-metode dan proses baru yang terus menerus diadakan. Tujuan pelatihan tersebut jika dikaitkan dengan implementor peraturan ini maka, pelaksanaan pelatihan dapat membantu implementor untuk mendapatkan informasi, pengetahuan terkait pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas serta dapat membantu implementor dalam menentukan langkah apa yang akan dilakukan dalam menyusun berbagai dokumen yang diperlukan dalam implementasi peraturan tersebut sehingga mengurangi kecenderungan kesalahan
Hal ini menunjukkan bahwa aktor yang terlibat dalam pembangunan Zona Integritas di Kementrian Agama Kota Medan sudah tepat dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan pelatihan keterampilan sumber daya manusia, sangat diperlukan agar implementor memiliki pengetahuan dan keseragaman pemahaman dalam melaksanakan peraturan tersebut. Mondy (2008:210) pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang guna memberi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan para pembelajar untuk dapat melaksakan pekerjaan mereka pada saat ini. Tujuan pelatihan menurut Moekijat(1999:83) adalah memberikan informasi mengenai organisasi kepada karyawan baru, memberikan pengetahuan yang lebih banyak dan lebih luas terhadap karyawan baru, mengurangi tingkat kecelakaan pekerjaan yang tidak baik dan kerusakan pada mesin maupun perlengkapan kerja, membantu karyawan dalam menyesuaikan diri tterhadap metode-metode dan proses baru yang terus menerus diadakan. Tujuan pelatihan tersebut jika dikaitkan dengan implementor peraturan ini maka, pelaksanaan pelatihan dapat membantu implementor untuk mendapatkan informasi, pengetahuan terkait pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas serta dapat membantu implementor dalam menentukan langkah apa yang akan dilakukan dalam menyusun berbagai dokumen yang diperlukan dalam implementasi peraturan tersebut sehingga mengurangi kecenderungan kesalahan