• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Implementasi Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK

4.2.1 Tingkat Kepatuhan Implementor

4.2.1.1 Pemahaman Implementor

Van Metter dan Van Horn mengatakan bahwa pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting. Karena, bagaimanapun juga implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana atau implementor, tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan (dalam Winarno,2002). Berarti suatu

kebijakan dikatakan berhasil bila agen pelaksananya atau implementor dapat memahami maksud dari sebuah kebijakan atau peraturan yang diterapkan.

Zona Integritas dalam peraturan MenPAN-Rb no.52 tahun 2014 adalah suatu predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Adapun prosedur pelaksanaan pembangunan Zona Integritas sudah diatur dalam peraturan MenPAN-RB no 52 tahun 2014 dan Kementrian Agama Kota Medan mengikuti instruksi dari Kementrian Agama RI untuk melaksanakan peraturan tersebut.

“ ..Kementrian Agama Kota Medan ini mengikuti dan menjalankan instruksi dari Kementrian Agama RI sedangkan untuk pelaksanaan Zona Integritas ini yang aturannya dan petunjuk teknisnya berasal dari peraturan Menteri Pan-RB No.52 tahun 2014” (Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penanggungjawab Kepegawaian,22 mei 2018).

Proses Kementrian Agama Kota Medan menjadi pilot projek dari Pembangunan Zona Integritas diawali dari keluarnya peraturan Menteri PAN-RB no. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju WBK danWBBM di seluruh Kementrian/Lembaga pemerintah. Berdasarkan peraturan tersebut Kementrian Agama RI melakukan yang namanya Pencanangan Pembangunan Zona Integritas.

Pencanangan Pembangunan Zona Integritas adalah deklarasi/pernyataan dari pimpinan suatu instansi pemerintah bahwa instansinya telah siap membangun Zona Integritas. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi pemerintah yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya

telah menandatangani Dokumen Pakta Integritas. Penandatanganan dokumen Pakta Integritas dapat dilakukan secara massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang belum seluruh pegawainya menandatangani Dokumen Pakta Integritas, dapat melanjutkan/melengkapi setelah pencanangan pembangunan Zona Integritas. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat yang berada di bawah koordinasi Kementerian dapat dilakukan bersama-bersama.

Berdasarkan Peraturan MenPAN-RB no. 52 tahun 2014 setelah Kementrian Agama RI melaksanakan pencanangan Pembangunan Zona integritas maka dilanjutkan dengan proses Pembangunan Zona Integritas dengan pemilihan unit kerja yang diusulkan sebagai Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani dengan memperhatikan berbagai syarat diantaranya :

1. Dianggap sebagai unit yang penting/strategis dalam melakukan pelayanan publik

2. Mengelola sumber daya yang cukup besar

3. Memiliki tingkat keberhasilan reformasi birokrasi yang cukup tinggi Dengan mempertimbangkan beberapa syarat tersebut akhirnya Kementrian Agama RI menetapkan unit kerja yang menjadi pilot projek dari Pembangunan Zona Integritas di wilayah Sumatera Utara menunjuk tiga instansi yang terdiri dari Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Sumut, Kantor Kementrian Agama Kota Medan, Kantor Kementrian Agama Kabupaten Deli Serdang

“Kementrian agama pusat pada saat itu di tahun 2015 menunjuk 3 instansi kementrian agama wilayah sumatera utara untuk menjadi pilot projec dari Pembangunan Zona Integritas ini, termasuklah Kanwil Kementrian Agama Sumut, Kementrian Agama Kota Medan, dan Kementrian Agama Kab. Deli

Serdang” (Wawancara,Negara Pohan S.E sebagai Kasubbag Tata Usaha Kemenag Medan,22 Mei 2018).

Pada 16 Februari 2015 dilaksanakan launching terkait pelaksanaan peraturan Pembangunan Zona Integritas sekaligus penandatanganan pakta integritas dari ketiga unit kerja yang sudah ditunjuk oleh Kementrian RI untuk satuan wilayah kerja di Sumatera Utara yang dilaksanakan di Kantor Kementrian Agama Kota Medan dan dihadiri oleh Kementrian Agama RI, Kanwil Kementrian Agama Provinsi Sumut, Inspektorat Jenderal Sumut, serta seluruh staf/pegawai Kementrian Agama Kota Medan.

“Untuk penandatanganan pakta integritas di Kementrian Agama Kota Medan ini, pada 16 februari 2015 diadakan launching terkait peraaturan ini sekaligus penandatanganan pakta integritas ini bersama dengan kementrian agama pusat, Kanwil kementrian agama provinsi sumut, dan dari Inspektorat, dan seluruh staf/pegawai di kantor ini”(Wawancara,Safrial Alam S.Kom sebagai Penjab Kepegawaian,22 Mei 2018).

Prosedur berikutnya setelah penandatanganan pakta integritas tersebut adalah proses Pembangunan ZI yang difokuskan pada penerapan program Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang bersifat konkrit. Dalam menerapkan program tersebut maka terdapat komponen-komponen yang harus dibangun yang terdiri dari 2 komponen yaitu : Komponen pengungkit dan Komponen hasil. Komponen pengungkit merupakan komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil Pembangunan Zona Integritas menuju WBK dan WBBM yang terdiri dari enam komponen yaitu : Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Sedangkan komponen hasil

adalah sasaran hasil dari Pembangunan ZI yaitu Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN dan Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat (Peraturan MenPAN-RB No.5 Tahun 2014).

Di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan masing-masing komponen dan indikator pembangun komponen

Gambar 4.2.1.1 : Komponen Pembangun ZI

P E N G U N G K I T ( 6 0 % ) H A S I L ( 4 0 % )

Peningkatan Pelayanan Publik

Pemerintah yang Bersih dan Bebas

KKN

P E R B A I K A N D A N P E M B ELAJARAN Sumber : Peraturan MenPAN-RB No.5 Tahun 2014

Melalui model tersebut dapat diuraikan bahwa program Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik merupakan komponen pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Dari komponen-komponen tersebut dilakukan berbagai penilaian dari setiap program dengan beberapa indikator yang dipandang mewakili program tersebut, sehingga dengan menilai indikator tersebut

diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak pada pencapaian sasaran. Upaya dalam melakukan penilaian dari setiap indikator tersebut maka Kementrian Agama Kota Medan membentuk/ menyusun Tim Kerja Zona Integritas.

Pemahaman implementor terkait Zona Integritas ini sangat beragam, ada yang memahami Zona Integritas sebagai kemauan atau komitmen instansi dan individu didalamnya untuk melaksanakan pelayanan yang bebas korupsi atau wilayah birokrasi bersih melayani (Wawancara,Negara Pohan S.E sebagai Kasubbag TU, 22 Mei 2018). Ada juga yang memberikan pemahamannya bahwa Zona Integritas sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas pelayanan kerja dan juga meningkatkan kinerja pribadi pegawai yang lebih transparan, akuntabel, bertanggungjawab dan dapat melakukan manajemen perubahan sebagaimana disampaikan oleh Safrial Alam S.kom Penjab Kepegawaian, 22 Mei 2018 :

“Zona Integritas itu bersifat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kerja yang bersifat umum, lebih khusus meningkatkan kinerja dalam makna pribadi individu pegawainya dan juga instansinya. Dalam bentuk transparansi, akuntabel, tanggungjawab, manajemen perubahan.

Zona Integritas juga dipahami sebagai suatu pelayanan mandiri yang dilakukan oleh sebuah instansi untuk menuju WBK dan WBBM dengan syarat adanya peningkatan pelayanan publik dan tidak adanya pungutan liar atau bebas korupsi.

“Zona Integritas itu adalah penilaian mandiri satuan kerja menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani syaratnya itu kami disini dituntut untuk pelayanan yang lebih ditingkatkan, tidak ada lagi yang namanya pungli atau biaya-biaya administrasi karena tujuan kita adalah sebagai pelayan masyarakat (Wawancara,Erwin Syahputra Batubara S.E sebagai Staf penyusun Laporan Keuangan, 28 Mei 2018)”

Selain itu Zona Integritas juga dianggap sebagai alat untuk membangun karakter pegawai atau aparatur sipil negara supaya berlaku jujur, tidak korupsi dan bersih dalam memberikan pelayanan.

“Zona Integritas ini tentang membangun karakter pegawai diseluruh instansi yang ada di Indonesia supaya bersih dan bebas korupsi atau instansi tersebut menjadi wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani (Wawancara,Chairul Anwar S.H sebagai staf pegawai haji dan umroh, 6 Juni 2018)”

Dari berbagai informasi diatas dapat diketahui bahwa para implementor telah memiliki pemahaman yang sesuai dengan Peraturan MenPAN-RB No. 14 tahun 2014 tentang pengertian dari Zona Integritas. Implementor memahami Zona Integritas sebagai suatu komitmen yang harus dimiliki oleh instansi pemerintah beserta seluruh sumber daya manusia atau pegawai yang terdapat dalam instansi tersebut untuk memberikan pelayanan publik yang jujur, akuntabel sehingga bebas dari perilaku korupsi yang mendorong peningkatan kinerja setiap individu yang menjadi bagian dalam peraturan tersebut.

Dokumen terkait