• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELEBIHAN KEPADADATAN DAN TEMPAT TINGGAL

Daftar Singkatan untuk Standard:

KELEBIHAN KEPADADATAN DAN TEMPAT TINGGAL

Standard

“1. Bila tempat untuk tidur merupakan suatu sel tersendiri atau ruangan, tiap narapidana harus diwaktu malam menempati satu sel atau ruang bagi dirinya sendiri. Apabila untuk alasan khusus, seperti kelebihan kepadatan yang bersifat sementara, menjadi penting untuk pusat administrasi penjara utnutk membuat perkecualiaan terhadap aturan ini, tidak diharapkan untuk menempatkan dua orang narapidanan dalam satu sel atau ruangan.

2. Bila asrama telah dipergunakan, mereka harus ditempati oleh narapidana yang secara hati-hati dipilih karena cocok untuk bercampur satu dengan yang lain dalam kondisi itu. Harus dilakukan pengawasan yang regular di malam hari, untuk tetap menjaga sifat dari institusi itu. SMR Aturan 9.

“Kelebihan kepadatan merupakan sebuah masalah yang secara langsung relevan bagi mandat CPT. Seluruh pelayanan dan aktivitas dalam penjara akan terkena dampak yang kurang baik apabila digunakan untuk melayani lebih banyak narapidana dari jumlah yang telah direncanakan untuk ditampung. Secara keseluruhan, kualitas hidup di tempat tersebut akan menurun, barangkali secara signifikan. Lebih lanjut, tingkat kelebihan kepadatan di dalam sebuah penjara, atau disalah satu bagian tertentu dari penjara itu, mungkin dapat menjadi dalam dirinya sendiri, suatu yang tidak manusia dan merendahkan, dari sudut pandang fisik.” CPT, GR 2, §46.

“Fenomena penjara yang kelebihan kepadatan terus merusak sistem penjara seluruh Eropa dan secara serius melemahkan upaya-upaya untuk meningkatkan kondisi penjara. Aspek negatif dari penjara yang terlalu padat telah disoroti dalam Laporan-laporan umum sebelumnya. Karena bidang operasi CPT telah diperluas sepanjang benua Eropa, Komite menghadapi tingkat penahanan

yang tinggi dan yang disebabkan oleh kelebihan kepadatan penjara yang fatal. Fakta bahwa suatu negara mengurung sedemikian banyak warga negaranya tidak dapat secara meyakinkan dijelaskan dengan tuntas oleh tingginya tingkat kejahatan; gambaran umum dari anggota agen penegak hukum dan badan peradilan harus, sebagian, bertanggung-jawab.

Dalam situasi semacam itu, mengalirkan sejumlah uang pada bangunan penjara tidak akan menawarkan solusi. Sebaliknya, hukum dan praktik-praktik yang sekarang ada dalam kaitannya dengan penahanan penangguhan persidangan dan penjatuhan pidana, juga cakupan dari hukuman bukan penjara yang ada perlu ditinjau. Ini tepatnya merupakan pendekatan yang didukung dalam Komite Rekomendasi Menteri No R (99) 22 mengenai kelebihan kepadatan di penjara dan inflasi populasi di penjara. CPT sangat berharap bahwa prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam teks penting itu sungguh-sungguh diterapkan oleh negara anggota; IMplementasi rekomendasi ini layak dimonitor dengan erat oleh Dewan Eropa.” CPT, GR 11, §28.

“1. Narapidana harus pada umumnya pada malam hari tinggal di sel tersendiri kecuali dalam kasus-kasus di mana dipertimbangkan bahwa terdapat lebih banyak manfaat dengan berbagi ruang tinggal dengan narapidana lain.

2. Di mana ruang tinggal ditempati bersama, tempat itu harus dihuni oleh narapidana yang cocok berhubungan dengan yang lain dalam kondisi tersebut. Harus ada pengawasan dimalam hari, untuk menjaga difat dari institusi itu.” EPR Aturan 14.

“Di sejumlah negara yang dikunjungi oleh CPT, khususnya di Eropa tengah dan Eropa Timur, ruang tinggal narapidana kadang terdiri dari asrama berkapasitas besar, yang berisi selusuh atau hampir seluruh fasilitas yang dipergunakan oleh narapidana setiap hari, seperti area tidur dan area tinggal, juga fasilitas kebersihan. CPT mempunyai keberatan terhdap prinsip dasar dari pengaturan tempat tinggal yang seperti itu dalam penjara yang tertutup, dan

3

keberatan itu menguat ketika, seperti yang sering menjadi kasus, asrama/dormitory yang dipermasalahkan itu menampung narapidana yang sangat berjejal dan dalam kondisi yang kotor dan tidak sehat. Tidak diragukan, berbagai faktor – termasuk faktor-faktor yang bersifat kultural – dapat membuat lebih disukai dibeberapa negara untuk menyediakan akomodasi yang ditempati banyak orang narapidana daripada sel-sel tersendiri. Bagaimanapun, hanya sedikit yang dapat dikatakan mendukung – dan banyak yang dapat diungkapkan untuk melawan/menentang – pengaturan di mana sepuluh narapinda tidur dan tinggal bersama di dalam ruangan yang sama.

Kapasitas ruangan yang besar tidak terelakkan menyiratkan kurangnya privacy bagi narapidana dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lebih lanjut, risiko intimidasi dan kekerasan tinggi. Pengaturan tempat tinggal seperti itu mudah membantu perkembangan kultur pelanggaran dan memudahkan berkembanya subkultur pelaku pelanggaran, dan memudahkan menjaga kohesi dari organisasi kejahatan. Mereka juga membuat kontrol staf yang semestinya sangat sulit, jika bukan tak mungkin. Lebih spesifik, dalam kasus kerusuhan di penjara, intervensi dari luar yang melibatkan penggunaan kekerasan yang besar menjadi sulit dihindarkan. Dengan tempat tinggal seperti itu penempatan yang sesuai bagi tiap narapidana, berdasarkan pada risiko kasus per kasus dan kebutuhan penilaian, juga menjadi hampir mustahil untuk dilakukan. Seluruh persoalan ini diperburuk ketika jumlah yang dithan jauh melampaui tingkat hunian yang sesuai/layak. Lebih jauh, dalam situasi seperti ini, beban yang terlalu banyak pada fasilitas-fasilitas bersama seperti wastafel, atau WC, dan bentilasi yang tidak mencukupi untuk terlalu banyak orang sering mendorong ke kondisi yang menyedihkan.

CPT, meskipun demikian, harus menekankan bahwa berpindah dari ruangan berkapasitas besar ke unit tempat tinggal yang lebih kecil harus diikuti dengan tindakan-tindakan untuk menjamin bahwa narapidana menghabiskan rata-rata waktunya dalam satu

hari terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang berarti yang beragam di luar tempat tinggal mereka.” CPT, GR 11, §29.

“Seluruh bangunan yang dipergunakan oleh atau untuk tahanan harus selalu dijaga kebersihannya. Secara umum, adalah para tahanan itu sendiri yang mengerti bagaimana pemeliharaan bangunan-bangunan itu. Untuk itu mereka harus diberikan sarana dan alat-alat yuang dibutuhkan untuk melakukan tugas ini.” Rec 99 Komite para Menteri.

Lihat juga ACPR, A-11 dan IDRCPDL, Pasal 11 Paragraf 1 dan 2, dan Pasal 31.

Komentar

Dalam banyak konteks, kepadatan yang berlebihan di tempat penahanan merupakan persoalan utama dan sumber dari seluruh rangkaian dari problem sekunder yang serius di ranah perlakuan, kesehatan, keamanan dan rehabilitasi.

Umumnya, standard internasional tidak menetapkan luas lantai minimum atau luas per kubik untuk tiap tahanan. Dalam tahun-tahun belakangan ini, CPR, meskipun demikian, mulai melangkah ke arah ini. Ia merekomendasikan bahwa satu sel harus berukuran tak kurang dari 7 m2. Untuk sel dengan penghuni lebih dari satu, CPT menemukan yang berikut ini dapat diterima; 10 m2 untuk dua orang tahanan, 21 m2 untuk 5 orang tahanan, 35 untuk 7 orang tahanan dan 60 m2 untuk 12 tahanan.

Mekanisme kunjungan perlu mengetahui kapasitas maksimum resmi dari berbagai tempat di penjara dan dasar bagaiman hal tersebut dihitung. Hal in umumnya berhubungan dengan luas permukaan (dalam m2) dari tempat tinggal itu dan jumalh orang yang menempatinya. Bagaimanapun, pelaksana kunjungan tidak seharusnya bergantung pada hitungan matematisl akan selalu ada pertimbangan lain yang relevan, seperti jumlah waktu yang dihabiskan dalam tempat itu dalam waktu 24 jam dan desain khusus

3

dari tempat penahanan itu. Tiap tahanan harus memiliki setidaknya tempat tidur sendiri.

Tim pelaksana kunjungan mungkin perlu menanggapi pengamatannya dan rekomendasi yang berkaitan dengan kepadatan yang berlebih ke sejumlah atau pihak berwenang yang berbeda yang berada dalam posisi mengambil tindakan-tindakan yang sesuai. Rekomendasi untuk memperbaiki situasi akan tergantung pada konteks. Mungkin ruang yang tak terpakai dalam penjara tertentu dapat disesuation untuk mengurangi kondisi yang berjejal, namun mekanisme kunjungan mungkin perlu menanggapi reforma legal atau judisial dan penawaran alternatif dari pemenjaraan. Badan pelaksana kunjungan harus sadar bahwa membangun tempat-tempat tambahan dari tempat-tempat penahanan jarang merupakan solusi untuk jangka panjang.

Standard internasional merekomendasikan akomodasi individu daripada akomodasi komunal. Dalam beberapa konteks kebudayaan, mungkin terdapat pilihan di antara para thaanan untuk tempat tinggal dalam ruang bersama yang berukuran proporsional. Akomodasi kolektif harus dibatasi berkaitan dengan jumlah orang yang menempatinya, dan penting untuk memilih or-ang yor-ang akan berbagi tempat tinggal dalam suatu cara yor-ang begitu rupa untuk membatasi risiko kekerasan di antara para tahanan.

Pelaksana kunjungan perlu memperhatikan kebersihan dari akomosi tahanan.

Acuan pokok

ƒ Apakah ruang tempat hidup memadai, berkaitan dengan:

- Jumlah m2 per orang?

- Jumlah jam yang harus dihabiskan orang-orang dalam

selnya (jumlah jam yang dihabiskan terkunci di dalam lebih dari 24 jam)?

- Ventilasi dan jumlah udara yang tersedia ketika ruangan ditutup?

- Panjang yang direncanakan dari tempat penahanan?

Apakah semua tahanan memiliki tempat tidur mereka sendiri? ƒ Apakah tempat tinggal/akomodasi itu secara regular dirawat

dan apakah peralatan untuk membersihkan tersedia?

ƒ Dalam sel bersama: bagaimana kelompok berbagi ruangan yang tersusun, dan apa kriteria untuk penempatan tahanan ke dalam ruangan?

ƒ Apakah ruangan dalam sel bersama dialokasikan secara fair, dan dengan cara yang tidak diskriminatif?

ƒ Dalam kasus kepadatan yang berlebih: adakah tempat di luar sel atau ruangan yang tidak dipergunakan dan dapat disesuaikan?

Bacaan lanjutan

PRI, Making standards work, London 2001. (Bagian III: Physical condi-tion – Basic necessities, hlm. 55-68).

UN HCHR, Human Rights and Prisons, Geneva, 2003. (Bagian 3: Right to an adequate standard of living, hlm. 34-35).

AI, Combating torture, London 2003, (Bab 5: Conditions of detention, hlm. 120-122).

Tanggung jawab dari pejabat tempat penahanan yang berwenang melampaui hanya sekadar menyediakan lingkungan fisik yang layak. Pihak yang berwenang harus mendorong perkembangan personal dari tahanan dan memudahkan re-integrasinya dalam masyarakat sesuah dilepaskan. Ini merupaakn kepentingan baik tahanan dan masyarakat secara menyeluruh. Kunjungan keluarga, akses ke pendidikan dan pelatihan kejuruan dan kerja dan aktivitas-aktivitas pengisi waktu luang semuanya harus dilihat dari perspektif ini. Aktifitas tersebut bukanlah suatu bantuan namun suatu hak bagi semua tahanan.

Sebagai perwakilan dari masyarakat sipil dan (biasanya) komunitas lokal, pengamatan, rekomendasi dan bahkan bila relavan, dukungan praktis dari mekanisme kunjungan dapat memiliki nilai khusus terhadap pejabat yang berwenang dalam memenuhi tugas-tugas yang menantang ini.

Penting untuk kesehatan fisik dan mental dari mereka yang terkena seluruh bentuk perampasan kebebasan, termasuk tahanan yang sedang menjalani interogasi dan dalam tahanan sebelum persidangan, bahwa mereka menghabiskan waktu di luar selsnya utnuk telibat dalam berbagai macam aktivitas-aktivitas yang bermakna.

Mekanisme kunjungan dapat memeriksa bahwa penyediaan sistem yang beragam dan sesuai dapat dilhat sebagai suatu tujuan penting dari pejabat penjara yang berwenang dan memberikan sumber daya yang cukup. Pelaksana kunjungan mungkin hendak menjamin adanya pengaturan yang memadai untuk kunjungan keluarga, akses terhadap pendidikan, pelatihan-pelatihan kejuruan, dan kerja (yang terakhir seharusnya tidak bersifat wajib bagi tahanan yang belum dipidana).

Penting untuk mempertimbangkan apakah aktivitas yang tersedia di tempat penahanan relevan dengan dunia luar, misalnya apakah training kejuruan dan kerja berhubungan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja di luar, dan apakah standard edukasi setara dengan yang berada di luar tembok penjara.

Sistem dan aktivitas

ƒ Kontak dengan keluarga dan teman-teman ƒ Kontak dengan dunia luar

ƒ Pendidikan

ƒ Latihan-latihan di luar ruangan

ƒ Aktivitas-aktivitas pengisi waktu luang ƒ Agama

ƒ Kerja

4

KOMUNIKASI DENGAN KELUARGA DAN