BAGAIMANA MEMONITOR TEMPAT- TEMPAT-TEMPAT PENAHANAN
3. Persiapan Kunjungan
4.4. Wawancara dengan Orang yang Kebebasannya Dirampas
4.4.1. Pertimbangan Umum
Berbicara dengan orang yang kebebasannya dirampas membentuk dasar dari proses dokumentasi keadaan tempat penahanan. Ini merupakan tugas yang sensitif dan rumit.
Pada setiap permulaan dari tiap pembicaraan, apakah dalam satu kelompok atau secara personal, anggota tim kunjungan harus mencoba untuk memperoleh kepercayaan dari para tahanan dan memperkenalkan diri mereka dan mekanisme kunjungan mereka. Mereka harus menjelaskan secara gamblang alasan keberadaan mereka di sana, apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan dan sifat kerahasiaan dari diskusi diskusi itu.
Tabel atau kuesioner untuk diskusi kelompok dan dengan mereka secara individual merupakan perangkat yang sangat berguna untuk menjamin bahwa seluruh elemen yang penting dipertimbangkan (lihat daftar cek/periksa dalam Lampiran 1). Meskipun demikian, para pengunjung harus juga memberikan ruang yang cukup di dalam wawancara yang memungkinkan para tahanan untuk merasa lega dan dapat mengungkapkan gagasannya secara spontan. Apabila dipergunakan secara statis, kuesioner berisiko menyebabkan terjadinya reproduksi beberapa pola interogasi. Hal ini tentu saja harus dihindari dengan segala cara.
Penting bagi pengunjung untuk mengungkapkan diri mereka secara jelas, simple dan mudah dimengerti. Komentar dan pertanyaan tidak seharusnya diformulasikan dengan cara yang dapat membatasi atau mempengaruhi cara seseorang meresponnya. Pengunjung seharusnya mempergunakan pertanyaan terbuka daripada menggunakan pertanyaan yang bersifat mengarahkan.
Tergantung dari bahasa yang dipergunakan oleh para tahanan, mungkin penting untuk tim pelaksana kunjungan untuk didampingi seorang penerjemah. Tim pelaksana kunjungan harus berhati-hati terhadap kemungkinan penerjemah terlibat dalam perbincangan dan harus menghindari penggunaan orang lokal, sesama tahanan atau anggota keluarga, dibandingkan dengan penerjemah profesional, kecuali apabila sangat diperlukan. Penerjemah harus diingatkan akan tugas menjaga kerahasiaan. Akan membantu kerja penerjemah apabila glossary atau daftar istilah-istilah khusus telah dipersiapkan sebelumnya.
Komposisi gender dalam tim kunjungan sangat penting untuk wawancara secara pribadi. Dalam kasus-kasus tuduhan perkosaan, pelecehan seksual, dan kekerasan lainnya, korban, baik laki-laki maupun perempuan mungkin ingin memilih jenis kelamin lawan bicaranya (Lihat bab IV, penyiksaan, dan tindakan yang sewenang-wenang).
Pada sebagian besar kasus, pengunjung mungkin harus, dalam jumlah yang terbatas, memilih orang dengan siapa mereka akan berbicara. Mereka yang dipilih harus sedapat mungkin merepresentasikan tahanan dari berbagai kategori yang berbeda yang ada di lokasi tersebut.
Pengunjung harus menjaga agar perbincangan tidak hanya dilakukan dengan mereka yang mencoba menghubungi mereka, atau mereka yang diusulkan oleh staf.
Pembicaraan yang ringan dengan para staf dan para tahanan harus dilihat sebagai bagian yang penting untuk membangun kepercayaan dan mengumpulkan informasi.
4.4.2. Percakapan dengan Kelompok
Melakukan perbincangan dalam kelompok memungkinkan tim pelaksana kunjungan untuk berhubungan dengan lebih banyak tahanan, namun cenderung meniadakan kemungkinan untuk dapat meliputi masalah-masalah yang paling sensitif.
Perbincangan dalam kelompok bermanfaat ntuk mengidentifikasi persoalan-persoalan umum, mengetahui pemimpin-pemimpin informal, dapat merasakan suasana atau kultur dan menentukan siapa yang akan diwawancarai secara terpisah.
Jangka waktu percakapan kelompok harus ditetapkan sebelumnya. Merupakan satu gagasan yang baik untuk memulai diskusi dengan suatu pertanyaan terbuka. Pernyataan dari mereka yang hadir dengan demikian dapat menunjukkan apa yang mereka lihat sebagai masalah-masalah utama (atau orang-orang yang berani mereka sebutkan).
Dalam kunjungan berikutnya seharusnya lebih tertata, dengan tujuan unutk memeproleh informasi mengenai poin-poin utama yang telah Anda identifikasikan sebagai pokok perhatian. Ketika
diperoleh informasi yang kontradiktif atau menimbulkan pertanyaan, hal tersebut dapat dicek-ulang selama wawancara pribadi, melalui observasi empiris Anda sendiri, dan dengan berkonsultasi pada sumber-sumber lain.
4.4.3. Percakapan Pribadi
Suatu pembicaraan pribadi, terutama adalah sebuah pertemuan dengan seseorang yang hidup dalam situasi yang abnormal (di luar nilai-nilai masyarakat eksternal), yakni terampasnya kebebasan. Orang tersebut memiliki kisah hidup yang istimewa yang tidak dapat direduksi pada sebab-sebab yang mengakibatkan dia ditahan. Fakta yang nyata ini sering diabaikan dalam perilaku generalisasi dan dengan demikian simplistik dari petugas dan terkadang pihak eksternal.
Pilihan lokasi untuk berbincang-bincang sangat penting, karena itu akan mempengaruhi sikap dari orang yang dirampas kebebasannya. Lokasi apa pun yang mungkin akan menyetarakan pelaksana kunjungan dengan staf di mata para tahanan, (misalnya kantor pengelola tahanan) harus dihindari. Tim tidak seharusnya merasa wajib untuk melakukan wawancara di suatu tempat yang dipersiapkan oleh pejabat yang berwenang. Lingkungan hidup tahanan – sel, tempat tidur, ruang berkunjung, halaman, perpustakaan, seluruhnya merupakan tempat yang memungkinkan. Pelaksana kunjungan harus mencoba mengidentifikasi suatu tempat yang paling aman dari tindakan “mencuri dengar” secara diam-diam. Pandangan Dari orang dengan siapa percakapan akan dilakukan seharusnya dipertimbangkan.
Di kantor polisi, pilihan lokasi mungkin lebih terbatas. Pembicaraan secara pribadi harus dilakukan tanpa didengar oleh petugas, tapi tidak selalu dapat dilakukan di luar pengawasan mereka. Pelaksana kunjungan harus mempergunakan kepekaan mereka.
Pertimbangan keamanan
Pembatasan diajukan oleh staf untuk alasan-alasan keamanan pribadi dari pelaksana kunjungan harus secara hati-hati dipertimbangkan, namun pada akhirnya merupakan tanggung jawan dari tim pelaksana kunjungan untuk menentukan apakah mereka mengikutinya atau tidak. Mekanisme harus menyetujui kondisinya sebelumnya.
Melakukan wawancara
Atau atau dua pelaksana kunjungan dapat mengambil bagian dalam perbincangan itu, satu memimpin diskusi dan lainnya mencatat. Meskipun hal ini mungkin terlihat seperti menundukkan orang yang dirampas kebebasannya, ini bermanfaat untuk memungkinkan orang yang mengarahkan pembicaraan untuk berkonsentrasi pada pembicaraan dengan lebih baik, meskipun demikian hal tersebut harus jelas bagi orang yang ditahan.
Penting untuk memperoleh kepercayaan dari orang yang ditahan. Diawal wawancara, pelaksan kunjungan harus memperkenalkan diri mereka, menerangkan secara jelas alasan kehadiran mereka, apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan dan kerahasiaan dari wawancara itu.
Pelaksana kunjungan harus bersabar. Untuk sejumlah alasan – pengalaman atau kondisi emosi, kehilangan kebebasan dalam jangka panjang dapat menyebabkan hilangnya gagasan mengenai waktu, gangguan ingatan, pikiran-pikiran obsesif, dan sebagainya. Cara orang yang kehilangan kebebasannya mengekspresikan dirinya dapat agak membingungkan.
Pembicaraa pribadi harus dikelola sedemikian rupa untuk memperoleh informasi-informasi yang penting, menghormati kebutuhan-kebutuhan tahanan, dan memanfaatkan waktu yang tersedia dengan baik.
Penting untuk menyeimbangkan antara:
Kebutuhan pelaksana kunjungan untuk mengumpulkan informasi yang penting untuk menilai kondisi tahanan, dan kebutuhan tahanan unutk mengekspresikan kekhawatiran mereka. Segala sesuatu yang mirip dengan suatu interogasi harus dihindari dengan risiko apa pun.
Sikap berempati terhadap orang dan jarak emosional diperlukan bagi pelaksana kunjungan untuk dapat menjaga pembicaraan. Poin equilibrium (keseimbangan) juga akan tergantung pada kondisi emosinal dari orang yang dikehilangan kebebasannya.
Distribusi waktu antara orang yang membutuhkan komunikasi dan kebutuhan pelaksana kunjungan akan informasi tergantung pada jangak waktu yang diperkirakan tersedia sebagaimana telah diperhitungkan sebelumnya.
Melakukan wawancara dengan seorang yang disangka melakukan penyiksaan merupakan proses yang sangat sulit. Melakukan wawancara dengan seseorang di tahanan membutuhkan perhatian khusus. Spesialis kesusastraan mengenai subjek yang telah tersedia, yang dapat menjadi rujukan dari anggota mekanisme kunjungan dan yang dapat dipergunakan untuk training:
Bacaan Lanjutan
Giffard, Camille: The Torture Handbook – How to document and respon to the allegations of torture within the international system for the protec-tion of human rights, Human Rights Centre, University of Essex, United Kingdom, 2000, Part II – Documenting Allegations, hlm. 29 -51.
United Nations Office of the High Commissioner for Human Rights, Professional training Series No. 8, The Istanbul Protocol, Manual on the Effective Investigation and Documentation of Torture and other Cruel,
Inhuman, or Degrading Treatment or Punishment, New York, Geneva, 2001, Chapter IV – General Consideration for interviews. Lihat Lampiran 5 untuk cara memperoleh informasi-informasi ini dan dalam bahasa apa saja publikasi ini tersedia.
4.4.4. Berbicara dengan Staf yang Bertugas atas Orang yang Dirampas Kebebasannya
Staf biasanya dibagi dalam dua kategori: mereka yang semata-mata hanya bertanggung-jawab untuk pengawasan dan membekan pelayanan pada para tahanan – makanan, obat-obatan, atau urusan sosial, pendidikan, kerja dll. Berbicara pada yang belakangan dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan terhadap kondisi penahanan.
Berbicara dengan personel keamanan, bagaimanapun merupakan suatu hal penting dalam kehidupan sehari-hari orang yang dirampas kebebasannya. Dengan demikian penting untuk melakukan pembicaraaan dengan mereka dengan siapa tim pelaksana kunjungan menjelaskan mandat mereka dan alasan-alasan kerjanya, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan mendengarkan pandangan mereka. Hal ini akan membentuk dasar yang baik bagi kerja mekanisme selanjutnya.
Pelaksana kunjungan dapat juga melakukan pembicaraan secara pribadi dengan sejumlah staf, tanpa didengar atau diawasi oleh personel lain, apabila mereka meminta.