BAGAIMANA MEMONITOR TEMPAT- TEMPAT-TEMPAT PENAHANAN
1. Kerangka Kerja Monitoring
Monitoring kondisi tempat penahanan mencakup pemeriksaan untuk melihat apakah kondisi tempat-tempat ini sesuai dengan stan-dard hak asasi nasional dan Internasional, dan apakah mereka yang menderita perampasan kebebasan diperlakukan dengan hormat, berkaitan dengan martabat mereka yang inheren dan penghargaan mereka sebagai manusia. Standard umum yang berkaitan dengan perampasan kebebasan terdapat dalam hampir seluruh bagian instrumen internasional yang terkait (Lihat bab IV) dan kebijakan nasional.
Prinsip-Prinsip Dasar PBB untuk perlakukan pada tahanan merupakan kerangka kerja umum penentuan standard bagi perampasan kebebasan. Mereka dapat diterpakan pada setiap or-ang yor-ang menderita perampsan kebebasan di mana pun dia ditahan, dan menyediakan referensi penting untuk badan-badan yang melakukan kunjungan.
Prinsip-prinsip dasar tentang perlakuan terhadap tahanan
Diadopsi oleh Majelis Umum PBB dalam resolusinya No. 45/111 pada 14 Desember 1990
1. Semua tahanan harus diperlakukan dengan hormat karena martabat mereka yang inheren dan karena penghargaan mereka sebagai manusia
2. Tidak boleh terdapat diskriminasi berdasarkan pada ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, keyakinan politik atau pandangan, asal usul kewarganegaraan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status yang lainnya.
3. Meskipun demikian, diperlukan penghormatan terhadap keyakinan religius dan kepercayaan kultural dari suatu
kelompok yang diikuti oleh para tahanan, kapan pun kondisi lokal memerlukannya.
4. Penjara bertanggung-jawab atas pemeliharaan para tahanan dan atas perlindungan terhadap masyarakat dari kejahatan harus dilaksanakan untuk memelihara tujuan sosial negara yang lainnya, dan tanggung-jawabnya yang fundamental dalam memajukan kesejahteraan dan perkembangan seluruh anggota masyarakat.
5. Kecuali terhadap batasan-batasan yang dapat ditunjukkan kebenarannya melalui pemenjaraan, seluruh tahanan harus mempertahankan hak asasi dan kebebasan dasar seperti yang diatur dalam Deklarasi Umum Hak asai manusia, dan di mana negara yang bersangkutan merupakan negara pihak, Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dan Kovenan Hak Sipil dan Politik beserta Protokol Opsionalnya. Demikian juga dengan hak-hak lainnya yang diatur dalam kovenan PBB yang lainnya. 6. Seluruh tahanan harus memiliki hak untuk mengambil bagian
dalam aktivitas kulturalnya dan kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk pengembangan kepribadian manusia yang seutuhnya.
7. Upaya-upaya yang ditujukan untuk pengahpusan pengurungan tersendiri sebagai sebuah hukuman, atau untuk membatasi penggunaannya, harus dilakukan dan didukung.
8. Kondisi-kondisi harus diciptakan untuk memungkinkan para tahanan untuk melakukan pekerjaan yang dibayar secara layak, yang dapat memudahkan proses integrasi merkea kembali ke pasar tenaga kerja di negara tersebut, dan memungkinkan mereka untuk memperoleh dukungan finansial mereka dan bagi keluarganya.
9. Seluruh tahanan harus memiliki akses pada sarana layanan kesehatan yang tersedia di negara tersebut tanpa diskriminasi yang didasarkan pada status hukum mereka
10. Dengan partisipasi dan bantuan dari masyarakat dan lembaga-lembaga sosial, dan dengan tetap menghormati kepentingan para korban, kondisi-kondisi yang baik harus diciptakan untuk proses re-integrasi dari bekas tahanan tersebut ke masyarakat pada situasi-situasi yang paling mungkin.
11. Prinsip-prinsip tersebut di atas harus di terapkan secara imparsial.
Monitoring dengan demikian harus didasarkan pada empat tahapan proses:
a) Dokumentasi yang objektif dan profesional atas kondisi
tempat penahanan
b) Analisis atas kesesuaian mereka dengan
standard-stan-dard nasional dan internasional
c) Perumusan dan rekomendasi
d) Tindak lanjut atas pelaksanaan dari
rekomendasi-rekomendasi tersebut.
a). Dokumentasi yang objektif dan profesional atas kondisi tempat penahanan
Badan pelaksana kunjungan menentukan, sedapat mungkin, situasi yang menyangkut kondisi tempat penahanan – sebagai contoh, dalam praktik – dengan meringkas:
Pandangan dari pihak-pihak yang berwenang, staf, dan para ahli berbeda, yang berhubungan dengan orang yang mengalami perampasan kebebasan.
Pandangan dari orang yang menderita perampasan kebebasan Pandangan dari sumber-sumber lain yang tersedia (pengacara,
keluarga dari para tahanan, asosiasi, NGO)
Hal-hal yang diamati oleh anggota tim di tempat-tempat penahanan tersebut.
Penting untuk menyalurkan pengaduan ke otoritas yang lebih tinggi, dan sebelum menyusun kesimpulan, anggota-anggota badan pelaksana kunjungan mempertimbangkan seluruh sumber-sumber informasi ini. Hal ini penting untuk badan tersebut dapat mencapai analisis yang komprehensif terhadap kondisi tempat penahanan dan membuat rekomendasi yang berarti. Tuduhan adanya tindakan sewenang-wenang yang serius dan penyiksaan, bagaimanapun juga harus diteruskan ke pihak yang berwenang secepatnya dan pada tingkat yang tidak membahayakan orang atau orang yang terkait dengan tuduhan tersebut. (lihat Bab IV, Penyiksaan dan tindakan yang sewenang-wenang).
b). Analisis atas kesesuaian mereka dengan standard-standard nasional dan internasional
Pada tahap kedua, mekanisme junjungan menganalisis apakah kondisi penjara sesuai dengan standard nasional dan internasional yang relevan.
Mekanisme kunjungan seharusnya tidak membatasi dirinya hanya untuk mencatat apakah aspek-aspek yang dievaluasi sesuai dengan standard-standard tersebut (sebagai contoh, apa yang sesungguhnya ada dibandingkan dengan apa yang seharusnya ada) namun mencoba untuk menjelaskan, setidaknya sebagian, penyebab dari penyimpangan terhadap standard tersebut.
Hal ini biasanya disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor:
Kebijakan nasional yang tidak sesuai dengan standard
internasional
Standard tidak diterapkan atau diterapkan hanya sebagian,
sebagai contoh, karena:
- Isinya tidak dikembangkan secara memadai untuk dapat
menyediakan kerangka kerja yang sesungguhnya untuk pekerjaan staf yang bertanggung-jawab terhadap orang yang menderita perampasan kebebasan
- Training staf kurang memadai, berkaitan dengan beberai aspek pekerjaan mereka, sebagai akibatnya, kultur profesional mereka bertentangan denga standard tersebut.
- Sumber daya manusia atau sumber material yang tersedia
tidak memungkinkan penerapan standard tersebut. c) Perumusan dan rekomendasi
Analisis tersebut di atas dapat dipergunakan unutk merumuskan rekomendasi yang lebih substansial dan pragmatis, lebih daripada hanya menjelaskan kembali mengenai standard-standard itu.
Lebih dari hal itu, pemahaman akan persoalan dan penyebabnya berarti bahwa seseorang dapat juga:
Mengidentifikasi wilayah-wilayah sensitif dari masalah-masalah pokok
Mengintegrasikan faktor waktu dalam rekomendasinya (sebagai contoh, apa yang dapat dilakuakan dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang)
Mengusulkan solusi yang orisinil pada persoalan-persoalan tertentu
Menyumbang pada perkembangan standard-standard
d) Tindak Lanjut atas Pelaksanaan dari Rekomendasi-Rekomendasi Tersebut
Tujuan akhir dari monitoring tempat-tempat penahanan adalah untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk memperbaiki perlakuan terhadap para tahanan dan kondisi tempat penahanan. Kunjungan ke tempat-tempat penahanan dan pembuatan laporan hanyalah sarana untuk mencapai tujuan ini. Maka, menindaklanjuti pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi yang telah dibuat mungkin merupakan langkah paling penting dalam proses monitoring. Ketika perbaikan-perbaikan telah dilakukan, hal tersebut seharusnya disambut/diterima. Ketika tidak ada tindakan-tindakan yang
dilakukan, mekanisme kunjungan harus mencari jalan lain untuk menekan adanya implementasi.