• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan Pengelolaan Sumber Air Minum

Dalam dokumen Pengelolaan Sumber Air Minum Lintas Wila (Halaman 43-46)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Kelembagaan Pengelolaan Sumber Air Minum

Kelembagaan atau institusi12 merupakan suatu sistem yang kompleks, rumit, dan abstrak yang mencakup ideologi, hukum, adat istiadat, aturan dan kebiasaan yang tidak terlepas dari lingkungan. Institusi mengatur apa yang dilarang dikerjakan oleh individu atau dalam kondisi bagaimana individu dapat mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, institusi adalah instrumen yang mengatur hubungan antar individu. Institusi juga berarti seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat, yang mana masyarakat tersebut telah mendefinisikan kesempatan-kesempatan yang tersedia, mendefinisikan bentuk-bentuk aktifitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung-jawab yang harus mereka lakukan (Kartodihardjo et al., 2000). Institusi dalam prakteknya dapat merupakan gabungan dari kebijakan dan tujuan, hukum dan regulasi, rencana dan prosedur organisasi, mekanisme insentif, mekanisme akuntabilitas, norma, tradisi, dan adat istiadat (Bandaragoda, 2000; Kliot dan Shmueli, 2001).

Institusi sebagai modal dasar masyarakat (social capital) dapat dipandang sebagai aset produktif yang mendorong individu-individu anggotanya untuk

12 Pengertian institusi perlu dibedakan dengan organisasi. Organisasi juga menyediakan mekanisme yang

mengatur hubungan antar individu. Aturan dalam institusi dipergunakan untuk menata aturan main dari pemain-pemain atau organisasi-organisasi yang terlibat, sedangkan aturan organisasi ditujukan untuk memenangkan permainan tersebut. Institusi juga dapat dilihat sebagai behavioral rules that govern pattern of action and relationship, sedangkan organisasi didefinisikan sebagai the decision making units-families, firms, bureaus - that exercise control of resources (Kartdodihardjo et al., 2000).

bekerjasama menurut aturan perilaku tertentu yang disetujui bersama untuk meningkatkan produktifitas anggotanya dan produktifitas masyarakat secara keseluruhan. Ikatan institusi masyarakat yang rusak secara langsung akan menurunkan produktifitas masyarakat dan menjadi faktor pendorong percepatan eksploitasi sumberdaya alam di sekitarnya (Kartodihardjo et al., 2000). Institusi yang berjalan baik dalam pengelolaan air memiliki fungsi yang penting, misalnya untuk memfasilitasi resolusi konflik (Bandaragoda, 2000).

Dua aspek penting dalam analisis kelembagaan sumber air minum yang perlu diperhatikan meliputi hukum dan adat, serta regulasi dan pengaturan organisasi yang terkait dengan pengelolaan sumber air (Bandaragoda, 2000). Hukum dan adat yang berlaku di tengah masyarakat mengatur tentang hak-hak air, prinsip-prinsip alokasi air diantara berbagai pengguna, penilaian harga air (water pricing), dan partisipasi sektor swasta. Sarwan et al. (2003) menyatakan bahwa struktur property rights dalam air akan memfasilitasi alokasi air yang efisien.

Hak-hak air umumnya berasal dari penggunaan air secara historis dan telah berjalan di tengah masyarakat sepanjang waktu, bahkan ada diantaranya yang telah diakui oleh suatu keputusan legislatif atau konstitusi. Namun dalam banyak kasus, hak-hak air masih samar-samar (vague). Di Amerika Serikat dikenal adanya riparian rights dan appropriation-rights dalam pengelolaan sumberdaya air. Novotny dan Olem (1994) mendefinisikan konsep riparian rights dan

appropriation rights sebagai berikut :

a. The owner of land adjacent to a stream is entitled to receive the full natural flow of the stream undiminished in quantity and unimpaired in quality. The riparian owner has a legal previlege to use the water at any time, subject only to the limitation that the use is reasonable. The right is a natural right that cannot be transferred, sold, or granted to another person as property. The legal body owning this right is then called a riparian owner and the property adjacent to the water body is the riparian land.

b. Law of appropriation which is best stated as : First in Time first in Right.

The basic tenets of the system are :

1. A water right can be acquired only by acquiring party diverting the water from the water course and applying it to beneficial use.

2. In accordance with the date of acquisition, an earlier acquired water right shall have priority over later acquired water rights. Water in excess of that needed to satisfy existing use is viewed as unappropriated water, available for appropriation and application of the water to beneficial use.

Di Indonesia hak guna air (water right) diatur berdasarkan konstitusi, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan13. Hak guna air dibagi menjadi hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memanfaatkan air. Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air. Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada dalam sistem irigasi. Hak guna pakai air memerlukan izin apabila : (a) cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air, (b) ditujukan untuk kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar, atau (c) digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada. Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Hak guna usaha air merupakan hak guna yang baru secara eksplisit dinyatakan dalam peraturan perundangan-undangan yang mengatur masalah air, sehingga dalam pengesahan undang-undangnya menuai sejumlah kekhawatiran terhadap terjadinya privatisasi sumberdaya air di Indonesia. Privatisasi air dikhawatirkan akan memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat yang selama ini menganggap bahwa air adalah barang publik. Sarwan et al. (2003) menyatakan bahwa pandangan umum masyarakat di Indonesia yang mempersepsikan air sebagai barang publik dilatarbelakangi oleh hukum Islam tentang air, dimana mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim. Naff dan Dellapenna (2002) menyebutkan bahwa air dalam pandangan hukum Islam tentang air (urf) dipandang sebagai sumber kehidupan.14 Pandangan Islam menegaskan bahwa hak

13

Hak guna air di Indonesia bukan merupakan hak kepemilikan atas air, tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan sejumlah (kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air (Penjelasan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air).

14

Ayat dalam Al-Qurán yang menyebutkan air merupakan sumber kehidupan tertulis dalam Surah Al-Anbiya ayat 30 dan Surah Al-Furqon ayat 48-49 sebagai berikut :

(a) Surah Al-Anbiya ayat 30 : Dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

mengakses air merupakan hak dasar manusia, merupakan karunia Alloh, serta menegaskan adanya kewajiban yang sama untuk melakukan konservasi dan berbagi air sesuai prioritas kebutuhannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, air untuk binatang dan air untuk irigasi. Selain air, padang penggembalaan (pasture) dan api (fire) dalam pandangan Islam juga dikategorikan sebagai barang

milik bersama (collective property). Dengan demikian air, padang

penggembalaan, dan api berdasarkan pandangan hukum Islam tidak dapat diperjual-belikan, tetapi upaya-upaya untuk melakukan konservasi sumber air diwajibkan (Sarwan et al., 2003). Upaya konservasi sumber air terkait dengan kelestarian kawasan sumber airnya (Acreman, 2004). Dengan demikian regulasi tentang perlindungan kawasan sumber air merupakan regulasi penting yang terkait dengan upaya mempertahankan kesinambungan pasokan air di suatu wilayah, misalnya regulasi tentang upaya pengaturan ruang dari kawasan sumber air tersebut.

Dalam dokumen Pengelolaan Sumber Air Minum Lintas Wila (Halaman 43-46)