III. METODE PENELITIAN
9 Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan
Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Dalam penelitian ini selain menentukan mekanisme alokasi air minum lintas wilayah yang sesuai, juga dilakukan kajian tentang penentuan harga air yang efisien diantara dua wilayah ditentukan dengan metode yang dikembangkan oleh Roumaset dan Smith (2001). Mata air yang dijadikan sampel untuk alokasi ini adalah mata air Paniis yang aliran airnya memasok kebutuhan air minum masyarakat di Kota Cirebon. Responden adalah rumah tangga yang memanfaatkan air minum yang bersumber dari kawasan tersebut dengan jumlah sampel rumah tangga yang diambil adalah 80 orang, masing-masing 40 orang rumah tangga yang tinggal di Kabupaten Kuningan dan 40 rumah tangga di Kota Cirebon. Pelaksanaan penelitian meliputi : (a) pembuatan kuisioner; (b) wawancara langsung dan pengisian kuisioner; dan (c) tabulasi data dan analisis persamaan kurva permintaan air.
Untuk setiap wilayah terlebih dahulu dibuat kurva permintaan air minum untuk wilayah Kuningan (q1) dan Cirebon (q2) dengan variabel yang digunakan
adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan 1 m3 air (x1), pendapatan per
fungsi dari x1, x2, dan x3. Untuk menganalisis data digunakan perangkat lunak
MINITAB versi 14.0 b. Analisis Data
Keluaran hasil pengolahan data oleh perangkat lunak HIPRE3+ dianalisis untuk menentukan prioritas mekanisme alokasi air minum lintas yang sesuai untuk diterapkan di kawasan Gunung Ciremai. Berdasarkan urutan prioritas tersebut maka tipe mekanisme yang berada di prioritas teratas adalah tipe mekanisme alokasi air minum lintas wilayah yang sebaiknya diterapkan di kawasan tersebut.
Model regresi untuk kurva permintaan air minum yang cocok dipilih dengan memperhatikan nilai nilai koefisien determinasi (R2) dan hasil uji F. Dari kurva permintaan masing-masing wilayah (q1 dan q2) selanjutnya dibuat kurva
permintaan gabungan DD. Interseksi kurva DD terhadap kurva penawaran (S) mendapatkan harga air yang efisien (P*). Dengan diketahui P*, maka alokasi air air minum wilayah Kuningan (q1) dan Cirebon (q2) diketahui.
3.2.3. Analisis Kelembagaan Pengelolaan Sumber Air Minum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelembagaan dalam pengelolaan sumber air minum di kawasan Gunung Ciremai.
a. Metode Pengumpulan Data
Analisis kelembagaan pengelolaan sumber air dilakukan terhadap komponen-komponen kelembagaan sumber air minum di kawasan Gunung Ciremai. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dan pengisian kuisioner oleh responden. Masyarakat yang dijadikan responden adalah tokoh masyarakat di sekitar mata air terpilih (Darma, Cibulan, dan Paniis) yang memahami persoalan pengelolaan sumber mata air di wilayahnya. Untuk setiap lokasi tersebut dipilih 10 (sepuluh) orang responden yang dipandang sebagai tokoh masyarakat setempat dan memahami secara baik kegiatan pengelolaan sumber air di wilayah tinggalnya. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peraturan daerah-peraturan daerah yang terkait dengan pengelolaan kawasan sumber air minum, terutama peraturan daerah yang mengatur tata ruang kawasan tersebut. Data sekunder diperoleh dari instansi
pemerintah setempat, seperti Dinas Sumberdaya Air dan Pertambangan Kabupaten Kuningan serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan.
Pelaksanaan penelitian meliputi : (a) pembuatan kuisioner; (b) survey lapangan, wawancara langsung dengan responden, dan pengisian kuisioner; (c) tabulasi data ; dan (d) analisis data kelembagaan secara deskriptif.
Variabel kelembagaan sumber air minum yang dianalisis meliputi : (a) persepsi masyarakat terhadap hak-hak air dan sumber airnya; (b) manajemen pengelolaan sumber air pada tingkat lokal dan lintas wilayah; dan (c) kebijakan pemerintah setempat yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan dimana sumber air minum berada.
Hak-hak atas sumber air minum yang ditanyakan kepada responden menyangkut hak atas akses (right of access) dari sumber air, hak untuk pengambilan (right of withdrawal) air minum, dan hak manajemen (right of management) untuk mengelola sumber air. Persepsi masyarakat terhadap hak-hak air di satu tempat akan berbeda dengan tempat lainnya, sehingga latar belakang yang mempengaruhi perbedaan persepsi masyarakat terhadap hak air tersebut juga dikaji. Beberapa kebijakan pemerintah daerah yang terkait dengan pengelolaan kawasan sumber air minum dibutuhkan dalam penelitian ini, terutama kebijakan tata ruang di kawasan tersebut.
b. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap beberapa aspek kelembagaan sumber air minum yang meliputi hak-hak masyarakat atas sumber air, manajemen pengelolaan sumber air, dan kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengelolaan sumber air minum di kawasan Gunung Ciremai.
Kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan kawasan sumber air minum dianalisis untuk memperoleh gambaran tentang komitmen daerah dalam melindungi kawasan sumber air minum. Dalam hal ini kebijakan tata ruang di kawasan tersebut merupakan kebijakan utama yang akan dianalisis, termasuk implikasinya terhadap peningkatan apresiasi nilai pengguna air minum dalam
memberikan dana kompensasi konservasi untuk melindungi kawasan sumber air minum.
3.2.4. Estimasi Dana Kompensasi Konservasi Pengguna Air Minum Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai kompensasi konservasi dari pengguna air minum rumah tangga untuk melestarikan sumber air minum di kawasan Gunung Ciremai.
a. Metode Pengumpulan Data
Metode dalam penelitian ini adalah pendekatan pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services, PES) oleh pengguna jasa yang mendapatkan manfaatnya secara langsung. Metode penilaian manfaat dilakukan menggunakan metode penilaian kontingensi. Metode ini merupakan model pasar hipotetik untuk mengestimasi kesediaan pengguna air minum untuk memberikan sejumlah dana sebagai biaya tambahan (additional fee) yang digunakan secara khusus untuk membiayai kegiatan konservasi kawasan sumber air minum.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu berkas kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan untuk mengestimasi besarnya nilai kesediaan membayar dari pengguna air minum di Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon. Pengumpulan data dilaksanakan secara langsung terhadap responden melalui wawancara langsung beserta pengisian kuisionernya, sehingga diharapkan dapat mengungkap preferensi responden dengan mengungkapkan kesediaannya untuk membayar dana kompensasi konservasi kawasan sumber airnya dalam bentuk nilai uang. Sampel pengguna air (responden) adalah rumah tangga yang diambil secara purposif dengan pertimbangan bahwa responden terpilih dalam memenuhi kebutuhan air minumnya selalu menggunakan air yang bersumber dari mata air di kawasan Gunung Ciremai. Jumlah responden adalah 100 orang yang tersebar di Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon yang dipilih secara purposif. Selain data primer, data sekunder lainnya diperoleh dari penelusuran hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian, misalnya data kependudukan dan jumlah pelanggan air minum (PDAM) di Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon.
b. Analisis Data
Pengguna air minum yang memanfaatkan sumber air minumnya dari Kawasan Gunung Ciremai baik di daerah hulu dan hilir pada prinsipnya bertanggung-jawab terhadap upaya rehabilitasi dan konservasi kawasan tersebut. Kepedulian pengguna air terhadap manfaat hidrologis dari kawasan tersebut dapat dinilai dari kesediaannya untuk memberikan sejumlah dana kompensasi konservasi untuk melestarikan kawasan sumber air minumnya. Dalam hal ini sebagian orang mungkin bersedia mengeluarkan uang banyak untuk konservasi kawasan tetapi sebagian lain tidak bersedia, sehingga preferensi antar individu berbeda-beda.
Perhitungan nilai kompensasi konservasi dari pengguna air minum rumah tangga ini dilakukan dengan metode penilaian kontingensi (contingent valuation method, CVM) (ADB, 2001). Metode ini biasanya digunakan dalam penilaian komoditas sumberdaya alam dan lingkungan yang non-marketable. Metode kontingensi ini adalah metode pendekatan langsung untuk mengestimasi nilai ekonomi dari manfaat lingkungan. Pada dasarnya pendekatan ini menanyakan secara langsung tentang kesediaan individu/masyarakat untuk membayar atas sesuatu manfaat yang diperolehnya (Cruz et al., 2000).
Nilai WTP untuk upaya konservasi kawasan resapan air merupakan
additional fee yang diberikan oleh pengguna air untuk mempertahankan kelestarian kawasan hulu sebagai resapan air. Estimasi dana yang terkumpul selanjutnya dibandingkan dengan kebutuhan biaya konservasi sumber air minum, sehingga akan diketahui apakah jumlah dana yang diestimasikan mampu menutupi kebutuhan biaya untuk konservasi atau tidak.