• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia telah berhasil mengembangkan kerangka hukum yang diperlukan untuk menjawab persoalan ketimpangan gender dan telah merasakan perbaikan dalam mempersempit kesenjangan gender di beberapa bidang penting seperti kapasitas dasar, peluang, suara, dan perwakilan. Paritas gender telah tercapai pada semua tingkat pendidikan. Kesehatan ibu telah sangat membaik. Tidak ada lagi disparitas gender yang mencolok pada tingkat kematian bayi dan balita, demikian pula dengan hasil kesehatan yang lain. Tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan terus meningkat dan perempuan yang berpendidikan tinggi menikmati manfaat ekonomi dari pendidikan pada taraf yang lebih baik daripada laki-laki. Representasi perempuan di DPR, dan hampir semua DPRD tingkat I dan II, juga telah meningkat. Indonesia juga telah meratifi kasi konvensi internasional yang penting dan telah menghasilkan sejumlah besar undang-undang mengenai kesetaraan gender, seperti undang-undang mengenai kekerasan dalam rumah tangga, kesetaraan gender dalam pembangunan, dan undang-undang pemilihan umum, serta strategi nasional untuk meningkatkan akses terhadap keadilan. Komitmen politik yang kuat untuk kesetaraan gender juga telah dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) untuk 2010-2014. Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang memiliki kementerian khusus untuk pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Namun, masih ada tantangan terutama dalam tingkat kematian ibu, representasi politik di tingkat nasional dan daerah, akses terhadap keadlian, serta suara dan perwakilan di tingkat masyarakat. Indonesia masih menghadapi tantangan dalam Tingkat Kematian ibu (228 per 100.000 kelahiran pada 2010), HIV/AIDS (Indonesia memiliki epidemi AIDS yang tumbuh paling cepat di Asia), dan juga kekerdilan dan kekurangan gizi akut. Kesenjangan dalam peluang ekonomi juga masih besar. Sebagai contoh, partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja baru sekitar 50% jika dibandingkan dengan 80% untuk laki-laki; kesenjangan gender dalam upah juga masih merupakan salah satu yang paling besar di negara-negara Asia Pasifi k; usaha yang dipimpin perempuan cenderung lebih kecil, lebih rentan, kurang modal, dan kurang produktif dengan akses keuangan yang terbatas; hampir 80% dari pekerja migran ke luar Indonesia adalah perempuan yang sering kali hanya memiliki akses terbatas ke layanan keuangan dan terpapar pada eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Indonesia juga masih tertinggal di bidang lainnya seperti akses terhadap keadilan hukum, representasi politik, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan kebijakan utama. Tantangan itu pun masih ditambah lagi dengan tantangan yang mulai timbul dalam bentuk perubahan iklim dan manajemen risiko bencana karena perempuan lebih rentan terhadap risiko tersebut dibandingkan laki-laki.

GENDER PENCAPAIAN INDONESIA MASIH MENJADI TANTANGAN INDONESIA

KAPASITAS

• Indonesia telah mencapai paritas gender dalam angka pendaftaran sekolah di semua tingkat pendidikan • Tidak ada lagi disparitas gender yang mencolok pada

tingkat kematian bayi dan balita, demikian pula dengan hasil kesehatan yang lain.

• Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia masih rendah

• Pengarahan gender dalam pendidikan: anak laki-laki dan perempuan cenderung mendaftar ke bidang yang sesuai dengan peran gender tradisional.

• Tingkat kematian ibu sebesar 228 per 100.000 kelahiran pada 2010 masih merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Pasifi k

• Prevalensi kekerdilan dan kurang gizi akut masih cukup mengkhawatirkan baik untuk anak laki-laki maupun perempuan

• Indonesia dipandang sebagai salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan epidemi AIDS tercepat di Asia.

PELUANG

• Dalam tujuh tahun terakhir, pertumbuhan tahunan rata-rata perempuan yang memasuki pasar tenaga kerja jauh lebih tinggi daripada laki-laki

• Akses perempuan ke pekerjaan yang lebih baik dan upah yang lebih tinggi

• Partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia (52% pada 2010) masih rendah menurut standar kawasan Asia Pasifi k

• Kesenjangan gender dalam upah di Indonesia juga lebih besar daripada di negara-negara Asia Pasifi k lainnya—perempuan hanya memperoleh sekitar 70% dari penghasilan laki-laki, sebagian karena pengarahan gender dalam pilihan bidang pendidikan tinggi... • ...namun paling banyak karena pekerja perempuan

cenderung memiliki jaminan kerja yang lebih lemah dan lebih sering merupakan wiraswasta, melakukan pekerjaan tanpa dibayar untuk keluarga, atau bekerja di sektor informal

• Usaha yang dipimpin perempuan cenderung lebih kecil, lebih rentan, kurang modal, dan kurang produktif • Perempuan pengusaha mengambil porsi pinjaman

UMKM yang jauh lebih kecil daripada yang semestinya dapat mereka peroleh jika ditilik dari jumlah perempuan pengusaha

• Hampir 80% dari pekerja migran ke luar Indonesia, yang seluruhnya berjumlah lebih dari 6 juta orang, adalah perempuan yang sering kali kurang mendapat perlindungan keuangan dan perlindungan lainnya, serta rentan mengalami eksploitasi

SUARA DAN PERWAKILAN

• Produk perundang-undangan untuk meningkatkan suara dan perwakilan perwakilan seperti mengenai partisipasi politik perempuan (Undang-Undang Pemilihan Umum No. 10/2008), anti kekerasan dalam rumah tangga (Undang-Undang No. 23/2004), kesetaraan gender dalam pembangunan (Inpres No. 3/2010)

• Representasi perempuan dalam politik telah meningkat dari 11 persen pada 2004-2009 menjadi 18 persen pada 2009-2014 dengan kenaikan serupa di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.2

Akses Terhadap Keadilan

• Pengembangan strategi nasional untuk Akses Terhadap Keadilan: akses perempuan terhadap keadilan merupakan salah satu dari 8 elemen utama dalam strategi tersebut – yang menjadikan keadilan hukum sebagai hal yang wajib, tanpa dikenakan biaya, dan terjangkau bagi perempuan

• Kerangka hukum untuk akses terhadap keadilan dan penerbitan sejumlah undang-undang yang progresif, yang memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak-anak

• Fasilitas pendukung bagi akses terhadap keadilan, seperti Prodeo - pengadilan bebas biaya, fasilitas pendukung untuk perempuan korban kekerasan

• Trend yang berkembang di antara pemerintah daerah untuk mengeluarkan peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung mendiskriminasikan perempuan

• Representasi politik perempuan masih rendah—jumlah perempuan hanya 18% dari anggota DPR tahun 2009—kemungkinan ini disebabkan karena hampir 70% laki-laki dan bahkan mayoritas (51%) perempuan di Indonesia berpandangan bahwa laki-laki akan menjadi pemimpin politik yang lebih baik

• Perempuan juga kurang terwakili dalam ranah kebijakan—pada 2011, jumlah perempuan hanya 9% dari pejabat eselon 1 dalam Pemerintah Indonesia • Akses perempuan terhadap sistem keadilan formal

masih terbatas, demikian pula dengan peran mereka dalam sistem keadilan tradisional

Akses Terhadap Keadilan

• Akses perempuan terhadap sistem keadilan formal masih terbatas, demikian pula dengan peran mereka dalam sistem keadilan tradisional

• Meskipun berbagai undang-undang tentang kepemilikan properti tidak diskriminatif, Undang- Undang Perkawinan hanya mengakui laki-laki sebagai kepala rumah tangga