• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan iklim dikenali sebagai tantangan utama terhadap pembangunan Indonesia, terutama bagi kaum miskin yang juga terpengaruh secara tidak proporsional. Indonesia sangat lemah terhadap dampak perubahan iklim – peningkatan permukaan air laut, perubahan pola cuaca, dan peningkatan ketidakpastian. Pada saat yang bersamaan, emisi gas rumah kaca Indonesia cukup signifi kan secara global. Perubahan penggunaan lahan, konversi hutan dan gambut, dan kebakaran adalah sumber-sumber utama emisi, dengan kontribusi lebih dari dua per tiga dari jumlah emisi secara rata-rata setahun.

Rencana induk/masterplan pembangunan ekonomi jangka panjang kini menitikberatkan bagaimana “pertumbuhan lingkungan” masuk ke dalam kebutuhan pembangunan berkelanjutan. Namun cakupan tantangan itu sangatlah besar dan keberhasilan akan membutuhkan tindakan lintas kepentingan ekonomi dan mandat hukum dari bidang kehutanan, pertanian, pertambangan, peruntukkan lahan dan pemerintah lokal. Pilihan-pilihan dengan manfaat jangka panjang masih akan memiliki biaya jangka pendek yang harus ditanggung. Para pendukung di dalam dan di luar pemerintah harus memiliki latar belakang ekonomi, sosial dan lingkungan bagi kebijakan yang mereka usulkan.

Setelah menjadi tuan rumah untuk COP 13 di Bali, Indonesia telah memberikan prioritas kepada tindakan-tindakan perubahan iklim, dengan komitmen untuk menurunkan emisi sebesar 26 persen pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan rencana aksi nasional dan membentuk Dewan Nasional Perubahan Iklim dengan tingkat setara kabinet. Indonesia menggunakan sejumlah pilihan pendanaan iklim internasional, tetapi harus memadukan kesempatan-kesempatan itu ke dalam agenda pembangunan. Indonesia telah mencapai kata sepakat dengan Norwegia tentang prakarsa 1 miliar dolar AS yang berbasis kinerja, terkait politik untuk mempercepat tindakan pada REDD+. Australia, Inggris, Jepang, AS, Jerman dan para mitra pembangunan lainnya juga memberikan kontribusi hingga ratusan juta dolar.

Keterlibatan Grup Bank Dunia diperkirakan akan mendukung hasil-hasil pembangunan yang akan membantu penerapan strategi REDD+ Indonesia dan meningkatkan perlindungan bagi sumber daya terumbu karang dan kelautan. Bantuan teknis dari Bank Dunia telah diminta untuk membantu merancang arsitektur kelembagaan dan mekanisme pendanaan untuk penerapan REDD+, dan juga membantu Indonesia untuk menyiapkan aliran iklim keuangan yang lebih besar. Pada tahun fi skal 2015 diperkirakan bahwa Fasilitas Pendukung REDD+ telah terbentuk dengan Bank Dunia bertindak sebagai penasihat, dan bukan pada peran tradisionalnya sebagai pengelola dana perwalian. Bank Dunia juga akan siap untuk menerapkan pembayaran berbasis kinerja atau karbon menurut Dana Karbon FCPF, pendanaan Norwegia Tahap 3, atau melalui kemitraan bilateral. IFC telah mendukung praktik kehutanan berkelanjutan melalui layanan advisori. Pada salah satu proyek tersebut, IFC akan membantu sebuah perusahaan sektor swasta di Kalimantan untuk melakukan penilaian karbon hutan, yang memungkinkan perusahaan untuk membangun potensi aliran penerimaan REDD+ dari operasi kehutanan berkelanjutannya. IFC telah memberikan dana kepada Bio-Carbon, suatu dana ekuitas yang ditetapkan untuk mengambil alih dan meningkatkan operasi kehutanan berkelanjutan.

Gerakan menuju pemikiran ekonomi yang ramah lingkungan menciptakan kesempatan strategis untuk membangun dan menyampaikan nasihat kebijakan, bantuan teknis dan pembangunan kapasitas yang lebih terpadu kepada badan-badan utama pemerintah. Penyertaan upaya iklim kepada rencana pembangunan dan anggaran nasional akan mengaitkan kebijakan dan pendekatan itu ke

untuk memberikan bantuan dan analisis teknis terhadap masalah kebijakan dan kebutuhan pendanaan bagi prakarsa ekonomi lingkungan yang lebih luas. Sesuai bagiannya, IFC menjalankan peran sebagai katalisator dalam keterlibatan sektor swasta ke dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui pekerjaan advisori dan analisis. IFC mencari investasi pada proyek panas bumi dan efi siensi energi, termasuk menggerakkan dukungan pendanaan bagi proyek-proyek yang tepat; membantu meningkatkan hasil realisasi sosial dan lingkungan seperti kelapa sawit; dan mendukung praktik kehutanan yang berkelanjutan untuk memungkinkan Indonesia untuk turut serta di dalam pasar karbon dunia. IFC memberikan layanan advisori dan pendanaan untuk membangun proyek-proyek keuangan energi berkelanjutan pada sektor UKM. IFC bekerja bersama kota-kota besar, untuk memperkenalkan aturan gedung hemat energi yang mengharuskan sektor swasta untuk membangun gedung-gedung dengan penggunaan energi dan air yang efi sien. Aturan demikian pertama kali diterbitkan oleh Gubernur Jakarta pada bulan April 2010. WBI mendukung pembangunan kapasitas dalam pasar karbon dan pembakaran gas.

Pelestarian keanekaragaman hayati juga merupakan bagian dari agenda pro-lingkungan yang mana Bank Dunia memiliki sejumlah investasi strategis. Pendanaan bersama dari Fasilitas Lingkungan Global (Global Environment Facility/GEF) diperkirakan akan mendukung program yang berjalan untuk manajemen dan rehabilitasi terumbu karang (COREMAP), suatu komitmen selama 15 tahun untuk tata kelola dan dukungan pengaturan pada tingkat desa, kabupaten/kota dan nasional. Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (Aceh Forest and Environment Project/AFEP), yang mendekati penyelesaian, mendukung daerah hutan yang berkesinambungan di Sumatra. Keterlibatan lebih lanjut akan mendukung Pemerintah Indonesia dan para mitra LSM dalam memberikan akses dana hibah atau pendanaan lunak bagi kegiatan pelestarian dan lingkungan, termasuk pembangunan proyek keanekaragaman hayati yang didanai oleh GEF untuk melindungi harimau dan habitatnya di Sumatra.

KOTAK 15: KEMITRAAN BARU UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN LINGKUNGAN

Dalam suatu kemitraan pengetahuan yang inovatif, Bank Dunia memberikan dukungan nasihat dan analisis kepada Pemerintah Indonesia untuk membantu menetapkan dan mengelola dana 1 miliar dolar AS bagi REDD+ (Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan/Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Indonesia kini merupakan penghasil gas rumah kaca nomor tiga terbesar di dunia, dengan sebagian besar emisi yang berasal dari deforestasi. Suatu badan REDD+ yang baru dan Dana untuk REDD+ di Indonesia akan mendukung Pemerintah Indonesia untuk menyalurkan sumber daya ke kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan Strategi Nasional tahun 2012 untuk menurunkan emisi. Norwegia telah menetapkan dana 1 miliar dolar AS kepada program bertahap yang berkaitan dengan kemampuan Pemerintah untuk mengatur dan mendistribusikan sumber daya REDD. Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan Global dan Program Investasi Hutan, bersama dengan Swiss, juga mendukung pendekatan ini.

Dukungan advisori REDD+ ini juga merupakan contoh yang baik dari potensi peran baru bagi Bank Dunia untuk membantu negara-negara berpenghasilan menengah dalam memberikan keahlian pengetahuan dan keahlian berdasarkan praktik terbaik dunia. Dukungan itu juga merupakan perubahan dari pola yang umum sebelumnya dalam pengelolaan dana hibah oleh Bank Dunia dan bukan oleh Pemerintah yang menjadi wali amanat. Model ini, jika berhasil, dapat menjadi pendekatan bagi banyak negara yang mau dan mampu secara kelembagaan untuk membangun kelembagaan lokal untuk menangani pendanaan iklim. Untuk melaksanakan peran advisorinya, Bank Dunia telah mengumpulkan “tim virtual” lintas sektor untuk membawa pengetahuan dan keahlian dunia tentang praktik terbaik internasional dan juga pengaturan teknis dan kelembagaan, guna membantu membangun instrumen pendanaan milik Indonesia untuk REDD+. Pendekatan ini membantu memberikan kepercayaan kepada Pemerintah dan para donor bahwa dana itu akan digunakan sebaik mungkin.

perlindungan bagi sumber daya terumbu karang dan kelautan

Pendanaan/Hibah Pengetahuan dan Pengadaan Mitra Pembangunan

Berjalan:

Proyek penutupan HCFC (Protokol Montreal)

Investasi panas bumi (GEF) Pelestarian Halmahera COREMAP II (GEF)

Investasi IFC di Medco Power Usulan:

Chiller Energy Effi ciency (GEF) COREMAP III (GEF)

Keanekaragaman hayati Sumatra (GEF)

Dalam pembicaraan:

Investasi IFC dalam sektor panas bumi dan pembangkit listrik tenaga air

Fasilitas kemitraan karbon hutan (FCPF), Program investasi hutan (FIP)

Dana perwalian hutan dan iklim Indonesia TA untuk REDD/FREDDI

AAA mengenai Pembagian Manfaat TA pendorong deforestasi

Fasilitas pendukung pertumbuhan lingkungan

Kemitraan DP untuk kesiapan pasar Pendanaan karbon

Layanan advisori IFC untuk kelapa sawit dan kehutanan berkelanjutan

Layanan advisori IFC dalam perbankan lingkungan, aturan gedung ramah lingkungan dan pendanaan energi berkelanjutan dan juga dalam sektor energi panas bumi

AusAID, AfD, CIDA, Denmark, Jerman (GIZ), Finlandia, JICA, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, SECO, USAID