• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia telah berhasil meningkatkan akses ke layanan kesehatan dan membuat kemajuan yang signifi kan dalam sejumlah hasil realisasi kesehatan penduduk pada beberapa dekade terakhir. Namun kaum miskin pada khususnya mencatat angka kematian persalinan yang sulit diturunkan, tingkat kekurangan gizi yang kronis, peningkatan infeksi HIV dan ketidaksetaraan akses terhadap layanan berkualitas. Rasio kematian persalinan Indonesia terakhir diperkirakan sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dari India dan Vietnam, walaupun terdapat tingkat layanan kesehatan pra- persalinan dan jumlah bidan persalinan terampil yang relatif cukup tinggi, dan berada di bawah target

Millennium Development Goal (MDG) sebesar 102 kematian akibat persalinan pada tahun 2015. Sementara

Indonesia berada di jalur yang tepat untuk meraih MDG yang berkaitan dengan gizi yang berhubungan dengan penurunan prevalensi anak balita dengan berat badan yang terlalu ringan, tinggi badan 36 persen anak-anak Indonesia berada di bawah standar tinggi badan untuk usia mereka dan diperkirakan bahwa 42 persen dari rumah tangga pedesaan memiliki anak yang terhambat pertumbuhannya. Indonesia tidak berada pada jalur yang tepat untuk MDG yang berkaitan dengan HIV. Sekitar 25 persen penderita adalah perempuan dan pada propinsi Papua dan Papua Barat virus itu telah menjadi hal yang umum. Belanja pemerintah untuk kesehatan hanya mencapai 1,3 persen dari PDB di Indonesia, sangat kontras dibanding Thailand (2,9 persen) dan China (2,7 persen). Rasio dokter adalah 0,2 per 1.000, salah satu yang paling rendah di wilayahnya. Rasio

Pemerintah Indonesia telah membuat lompatan yang signifi kan dalam komitmen untuk meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas bagi semua orang dengan mencapai jaminan kesehatan universal (universal health coverage/UHC). Tingkat cakupan jaminan kesehatan rumah tangga penduduk telah meningkat pada dekade yang lalu tapi sekitar 40 persen dari populasi masih tetap tidak terlindung oleh jaminan apapun dan porsi biaya yang harus ditanggung sendiri masih cukup tinggi, sebesar 40 persen dari jumlah biaya kesehatan. Hampir 2,3 juta rumah tangga Indonesia tergelincir ke dalam kemiskinan setiap tahun karena besarnya belanja kesehatan.

Untuk mendukung sasaran Pemerintah, Bank Dunia hendak membantu mencapai hasil pembangunan dengan memperkuat kebijakan yang mengatur pendidikan profesi kesehatan dan meningkatkan akses ke air bersih dan sanitasi. Keterlibatan Bank Dunia dalam kesehatan akan semakin mengaitkan layanan pengetahuan dengan kegiatan-kegiatan pada bidang keterlibatan yang lain, seperti pendidikan (ECED), dan pembangunan komunitas (hambatan pertumbuhan). Pada hambatan pertumbuhan, Bank Dunia membantu Pemerintah Indonesia dalam menyusun Proyek Kesehatan dan Nutrisi Berbasis Komunitas untuk Menurunkan Hambatan Pertumbuhan (Community-Based Health and Nutrition to Reduce

Stunting Project), untuk mendukung komitmen utamanya kepada pergerakan Peningkatan Nutrisi (Scaling Up

Nutrition/SUN) global, dengan pendanaan hibah dari Millennium Challenge Corporation (MCC) sejumlah 131,5 juta dolar AS. Dukungan pengetahuan yang signifi kan juga akan diberikan sesuai dengan reformasi jaminan sosial, dengan penelitian harus dilakukan untuk mendukung kesiapan, dengan penilaian sisi penawaran, termasuk ketersediaan sumber daya manusia. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan profesi kesehatan akan terus dituju dengan Proyek Pendidikan Profesi Kesehatan Berkualitas (Health Professional Education Quality

Project/HPEQ), yang memperkuat kebijakan jaminan kualitas yang berkaitan dengan pendidikan medis. Bank

Dunia akan terus memberikan dukungan untuk memperkuat pembangunan kebijakan dan program HIV nasional, termasuk analisis tentang aspek epidemiologis dan ekonomi dari HIV. Proyek HPEQ itu menargetkan, antara lain, meningkatkan kualitas bidan dan pemberi layanan kesehatan lainnya untuk berkontribusi kepada kemajuan dalam mencapai realisasi kesehatan utama. Hal yang sama juga berlaku untuk Proyek Kesehatan dan Nutrisi Berbasis Komunitas untuk Menurunkan Hambatan Pertumbuhan yang bertujuan untuk meningkatkan layanan kesehatan persalinan untuk jangka panjang. Keterlibatan IFC dengan perusahaan sektor swasta dalam sektor bahan pangan olahan hendak mencapai tingkat nutrisi yang sehat bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah.

Akses kepada air bersih dan sanitasi juga merupakan faktor utama dalam kesehatan dan kesejahteraan penduduk Indonesia secara keseluruhan. Pertumbuhan akses kepada air bersih relatif berhenti sejak tahun 2001 pada sekitar setengah dari jumlah penduduk. Bersama-sama dengan buruknya sanitasi, hal ini diperkirakan menyebabkan pengeluaran tahunan sebesar 6,3 miliar dolar AS untuk biaya kesehatan, hilangnya produktivitas, kematian prematur, kerusakan sumber daya air dan perikanan, penurunan nilai tanah dan kunjungan wisata. Bersama-sama dengan cepatnya urbanisasi, rendahnya investasi telah menyebabkan penurunan aktual dalam cakupan perkotaan dari 60 persen menjadi sekitar 50 persen pada tahun 2009. Akses terhadap fasilitas sanitasi berada di kisaran 54 persen, lebih rendah secara signifi kan dibanding negara-negara tetangga, seperti Filipina dan Vietnam. Sekitar 60 juta penduduk Indonesia masih membuang hajatnya tidak pada tempat yang khusus. Sistem pembuangan kotoran sangat minim, dengan hanya 2 persen daerah perkotaan memiliki akses ke sistem yang terpusat. Dari seluruh limbah padat yang dihasilkan oleh penduduk perkotaan Indonesia yang berjumlah 110 juta jiwa, hanya sekitar 40 persen berakhir pada tempat pembuangan akhir (TPA), yang sebagian besar merupakan TPA terbuka. Di daerah pedesaan, sementara jumlah skema air ledeng yang dikelola oleh masyarakat telah meningkat, cakupannya masih kurang dari 20 persen jumlah penduduk dan tidak ada sistem resmi pengumpulan limbah padat yang sesungguhnya.

Grup Bank Dunia hendak mendukung hasil pembangunan yang akan meningkatkan cakupan air dan sanitasi pada daerah perkotaan dan pedesaan. Keterlibatan yang dilakukan termasuk sejumlah kegiatan untuk mendukung prakarsa sektor itu. Bank Dunia mendanai Proyek Pasokan Air dan Sanitasi Perkotaan (Urban Water Supply and Sanitation Project/UWSSP), yang membantu tiga perusahaan daerah air

minum (PDAM) untuk meningkatkan dan memperluas cakupan layanan pasokan air ke lebih dari 90.000 rumah tangga. IFC mendukung Pemerintah Indonesia dalam penawaran tender Proyek Air Umbulan, yang akan memasok air berkualitas baik ke sekitar 3 juta penduduk di Jawa Timur, dengan menggerakkan 100 juta dolar AS dalam bentuk investasi swasta. Kegiatan yang didanai oleh hibah, seperti Program Air dan Sanitasi

(Water and Sanitation Program/WSP), memberikan dukungan bagi kegiatan pembangunan kelembagaan

untuk memperkuat kebijakan nasional, dan juga kapasitas daerah. Proyek percontohan Kemitraan Global untuk Bantuan berbasis Output (Global Partnership on Output-based Aid/GPOBA) di Jakarta dan Surabaya untuk menghubungkan penduduk miskin perkotaan ke layanan air dan sanitasi telah ditingkatkan dengan pendanaan dari donor-donor lain, yang menghasilkan lebih dari 70.000 sambungan untuk rumah tangga miskin pada 35 kota. Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (Indonesia Sanitation Sector Development

Program/ISSDP), yang diterapkan pada enam kota percontohan di bawah WSP, memprakarsai pengembangan

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Nasional.

Untuk memfasilitasi peningkatan layanan pasokan air dan sanitasi perkotaan, Bank Dunia telah mendanai Program Air dan Sanitasi Perkotaan (Rural Water and Sanitation Program/PAMSIMAS), yang merupakan program andalan yang beroperasi di 5.000 desa dan menggunakan pendanaan dari donor untuk memperluas cakupan ke lebih banyak desa di bagian timur Indonesia. Pada tahun 2015, program ini diperkirakan akan memberikan pasokan air ledeng kepada 7 juta penduduk perkotaan di Indonesia dan sekitar 3,4 juta tempat sanitasi yang telah ditingkatkan. Selain itu, proyek Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi (Total Sanitation and Sanitation Marketing/TSSM) yang didanai oleh hibah di Jawa Timur, diterapkan oleh WSP dengan penekanan kepada pemberian bantuan teknis kepada 29 pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung investasi mereka di dalam bidang sanitasi. Melalui proyek ini, 1,4 juta jiwa telah menerima akses terhadap sanitasi yang telah ditingkatkan. Sebagian besar program yang telah disinggung tersebut telah sadar akan masalah gender dan dilengkapi dengan rencana aksi gender, dan juga kerangka hasil dan/atau strategi dengan indikator pemisahan jenis kelamin di mana relevan.

KOTAK 14: MENINGKATKAN HASIL KESEHATAN, INSTRUMEN DAN MITRA

Hasil Realisasi Pembangunan Peningkatan Kesehatan Pro rakyat miskin: Memperkuat kebijakan yang mengatur pendidikan tenaga kesehatan profesional dan meningkatkan akses ke air bersih dan sanitasi

Pendanaan/Hibah Pengetahuan dan Pengadaan Mitra Pembangunan

Berjalan:

Kualitas pendidikan tenaga profesional kesehatan

Proyek pasokan air dan sanitasi perkotaan (PAMSIMAS I dan II) proyek rekonstruksi pemukiman komunitas Aceh

Water and Sanitation Program; WASAP Pasokan air & sanitasi perkotaan

Fasilitas hibah untuk pengelolaan air Mitigasi banjir yang mendesak di Jakarta Proyek air OBA Jakarta, Proyek air OBA Surabaya Usulan:

PAMSIMAS (AF)

Peningkatan limbah padat pada regional dan kota metropolitan

Dalam pembicaraan:

Fasilitas pendanaan air dan sanitasi Investasi IFC dalam perusahaan kesehatan sektor swasta

Investasi IFC dalam perusahaan air dan sanitasi

Dialog dan analisis kebijakan tentang cakupan kesehatan universal (UHC) Ketersediaan dan kesiapan sisi penawaran

Sumber daya kesehatan manusia Survei HIV/AIDS

Analisis ekonomi HIV/AIDS Beban ganda malnutrisi

Sanitasi total dan pemasaran sanitasi TA manajemen limbah cair perkotaan Program pendanaan air dan sanitasi Politik ekonomi tarif air

Penilaian struktur bagi fasilitas pendanaan air

TA proyek air Lampung

Layanan advisori IFC bagi proyek air Umbulan AusAID, Belanda, Singapura Cooperation Enterprise (SCE), UNAIDS, UNICEF, USAID/MCC, WHO

Grup Bank Dunia tetap mendukung prakarsa Pemerintah Indonesia dengan bergeser ke pendekatan yang lebih terpadu dan terprogram menuju sektor pasokan air dan sanitasi, pengelolaan limbah padat dan drainase dan pengendalian banjir perkotaan. Bagi daerah-daerah perkotaan, Bank Dunia telah mulai bekerja bersama Pemerintah Indonesia untuk potensi pengembangan Fasilitas Pendanaan Air dan Sanitasi Indonesia (Indonesian Water and Sanitation Financing Facility/IWSFF) dengan pembangunan kapasitas, bantuan teknis dan kesempatan investasi yang ditargetkan kepada sejumlah besar PDAM. Bersamaan dengan itu, Bank Dunia akan melanjutkan pertimbangan untuk mendukung proyek-proyek spesifi k pasokan air dan sanitasi, dengan pendekatan baru dan intensif TA (seperti pada usulan transaksi KPS Lampung) atau besar dan rumit secara terknis. Serupa dengan itu, Bank Dunia telah mulai bekerja bersama Pemerintah Indonesia dalam potensi pengembangan program investasi limbah padat nasional. IFC tetap membuka pintu untuk membantu Pemerintah Indonesia dengan layanan advisori transaksi bagi proyek-proyek yang memobilisasi sumber daya sektor swasta, dan akan mempertimbangkan pemberian pendanaan jangka panjang untuk operasi sektor swasta yang berkelanjutan. MIGA masih tetap terbuka untuk mendukung investasi swasta di sektor ini.

PRO-LINGKUNGAN – Memastikan Pembangunan Berkelanjutan dan