• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada dekade yang lalu, Pemerintah Indonesia telah mencatat keberhasilan langkah menuju peningkatan akuntabilitas publik. Pemerintah dan reformasi anti korupsi telah ditetapkan dalam program- program pemerintah selanjutnya. Kebebasan pers telah ditingkatkan; kewenangan telah diberikan kepada daerah; pemeriksaan dan periksa ulang antara pihak eksekutif, legislatif dan yudisial semakin diperkuat; peran angkatan bersenjata didefi nisikan ulang; pemilihan langsung kepada Presiden dan kepala daerah lain telah dimandatkan; dan kerangka kelembagaan, seperti pembentukkan Komisi Anti Korupsi (KPK) telah dilakukan. Masyarakat sipil berperan penting dalam mendorong perubahan tersebut. Indonesia juga telah mencatat penetapan UU fi skal dan pengaturan ulang kementerian ekonomi utama, yang mana memiliki dukungan Grup Bank Dunia, yang dirancang untuk meningkatkan sistem manajemen keuangan dan anggaran (termasuk pengadaan publik, peraturan usaha, audit dan pemantauan dan evaluasi). Namun masalah lama tetap bertahan. Lembaga-lembaga pemerintah pusat berjuang keras untuk mencapai koordinasi yang efektif, sementara insentif birokrasi tidak searah dan kapasitasnya lambat. Pada sektor swasta para pemain yang telah ada menjaga kekuatan pasar dan menggunakannya untuk mempengaruhi proses politik. Selain itu, tantangan-tantangan baru sedang meningkat; politik uang yang meningkat, sementara desentralisasi

Pendekatan pengaturan (governance) dan anti-korupsi di dalam Strategi Kemitraan Negara (Country Partnership Strategy/CPS) dipimpin oleh Tim Pengaturan dan Anti Korupsi (Indonesia Governance and Anti-Corruption/IGAC), yang terdiri dari pemimpin keterlibatan dari seluruh sektor dan sekertariat GAC Indonesia. Tim IGAC akan bertanggung jawab untuk menyusun dan memandu pendekatan strategis yang secara efektif memadukan pengaturan di dalam karya Grup Bank Dunia di Indonesia.

Mekanisme akuntabilitas internasional menjadi faktor yang meningkat di dalam pengaturan (governance) di Indonesia. Kepemimpinan Kemitraan Pengaturan Terbuka, yang diambil dari Prakarsa Transparansi Industri Ekstraktif (Extractive Industries Transparency Initiative/EITI), Penurunan Emisi melalui Deforestasi dan Degradasi (Reducing Emissions through Deforestation and Degradation/REDD+), dan juga Konvensi PBB Anti Korupsi (UN Convention Against Corruption/UNCAC) merupakan langkah-langkah yang signifi kan dalam meningkatkan transparansi komitmen Pemerintah Indonesia untuk tata kelola yang baik dan peningkatan fokus pada pemantauan. Bank Dunia akan mendukung upaya-upaya itu sebagai bagian dari keterlibatan pengaturan kami karena mereka memberikan dukungan yang sangat diperlukan untuk lembaga dan komunitas lokal. Program pengaturan negara diorganisasikan pada empat pilar: 1) meningkatkan transparansi dan efi siensi manajemen keuangan pemerintah, 2) meningkatkan efi siensi penyampaian layanan masyarakat, 3) memperkuat pemeriksaan dan periksa ulang, dan 4) mendukung persaingan yang terbuka dan transparan. Fokus lintas sektor ini akan digunakan untuk meningkatkan koordinasi dan memberikan fokus strategis. Di dalam manajemen keuangan publik fokusnya adalah pada sistem perpajakan dan anggaran yang efektif dan transparan (SPIRIT, SPAN, PINTAR). Keterlibatan pada peningkatan penyampaian layanan masyarakat memfokuskan kepada peningkatan sistem (termasuk pengadaan) dan mekanisme umpan balik dari penduduk (DAK, PNPM, BOS). Pada bidang pemeriksaan dan periksa ulang, tim GAC bermitra dengan lembaga-lembaga Indonesia yang memimpin pemberantasan korupsi (seperti KPK) dan terlibat dengan para CSO untuk memperkuat upaya tersebut. Untuk mendukung persaingan yang terbuka dan transparan, Bank Dunia memfokuskan kepada sumber daya, termasuk melalui EITI dan REDD+, dukungan untuk kerangka peraturan perundangan dan reformasi pada sektor keuangan.

Pendekatan pengaturan Bank Dunia akan menggunakan Kemitraan Pemerintahan Terbuka (Open Government Partnership/OGP) Pemerintah Indonesia sebagai landasan. OGP akan menjadi alat pengaturan yang ampuh untuk mendukung transparansi, meningkatkan partisipasi warga negara, meningkatkan penyampaian layanan, menurunkan korupsi dan menggunakan teknologi-teknologi baru untuk membuat pemerintah agar menjadi lebih terbuka, efektif dan bertanggung jawab. Pada bulan September 2012 Indonesia menjadi salah satu ketua bersama dari prakarsa ini. Keterlibatan Bank Dunia pada PFM dan peningkatan statistika dirancang dengan data sebagai barang publik, sementara pembangunan yang didorong oleh komunitas, pembangunan daerah, kesehatan, pendidikan, air dan sanitasi, memiliki unsur-unsur tanggung jawab sosial yang besar. Bank Dunia akan menggerakkan keterlibatan yang berjalan untuk menciptakan ruang bagi partisipasi warga negara melalui Kemitraan Global untuk Akuntabilitas Sosial (Global Partnership for Social Accountability/GPSA) yang baru diumumkan.

IFC mendukung peningkatan standar pengaturan (governance) pada operasi sektor swasta di Indonesia. Untuk sasaran ini, IFC meluncurkan suatu prakarsa layanan advisori pengaturan perusahaan yang baru di Indonesia pada tahun 2012. Strateginya adalah bekerja dengan badan-badan peraturan perundangan guna membentuk model praktik pengaturan perusahaan untuk perusahaan-perusahaan sektor swasta demi meningkatkan kinerja mereka, dan juga untuk menjadi tuan rumah acara-acara yang menyoroti praktik pengaturan perusahaan yang ditingkatkan.

Sebagai pengamanan terhadap risiko korupsi di dalam operasi Bank Dunia sendiri, dibutuhkan rencana aksi anti korupsi. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2005, ACAP bersifat wajib di dalam rancangan dan implementasi proyek. Pada akhir tahun 2011, komponen tradisional ACAP (akses terhadap informasi, mitigasi kolusi, mitigasi fraud, partisipasi pengawasan pihak eksternal, penanganan keluhan, dan sangsi/perbaikan) berkembang secara bertahap. Penekanan yang lebih besar terutama diberikan kepada peningkatan pengawasan dan pelaporan; peningkatan penanganan keluhan masyarakat dengan upaya program Bank Dunia menjadi dasar untuk prakarsa-prakarsa kementerian (seperti setelah proyek selesai).

CPS ini adalah merupakan kelanjutan dari keterlibatan jangka panjang Bank Dunia di dalam pembangunan Indonesia. CPS ini menekankan pada dan konsisten dengan agenda Pemerintah. Program Indonesia diatur pada serangkaian bidang keterlibatan dan disampaikan melalui gabungan produk pengetahuan dan pinjaman yang umumnya didukung dengan kolaborasi yang erat dengan para mitra pembangunan.

Pendanaan

Jasa pendanaan IBRD bagi program-program prioritas masyarakat diperkirakan akan mencapai jumlah rata-rata sebesar 1,1 miliar dolar AS per tahun selama masa CPS, sesuai dengan kinerja ekonomi makro, momentum reformasi utama dan kualitas implementasi program, dan kapasitas pinjaman IBRD. Pemberian pinjaman akan semakin menurun dalam perbandingannya dengan PDB Indonesia dan jumlah keseluruhan kebutuhan pendanaannya. Jumlah pinjaman sesungguhnya untuk suatu tahun tertentu akan ditentukan oleh permintaan peminjam dan bervariasi tergantung jumlah paparan, tetapi akan tetap berada di bawah batas peminjam tunggal. Keseluruhan paparan akan ditentukan tidak hanya melalui tingkat pemberian pinjaman (komitmen) tetapi juga laju pencairan, pilihan tentang manajemen paparan, keputusan tentang kemungkinan peningkatan pendanaan kontingensi yang diberikan oleh PERISAI DPL DDO sebesar 2 miliar dolar AS, dan kemungkinan penyesuaian kepada volume pinjaman dari usulan operasi berdasar kebijakan tanpa mempengaruhi integritas dan tujuan dari CPS.

IFC akan melanjutkan strateginya untuk membantu Indonesia menurunkan dampak perubahan iklim, menciptakan pekerjaan berkualitas tinggi, meningkatkan pendapatan pedesaan dan mendorong urbanisasi yang terkendali. Termasuk di dalam strategi itu adalah program-program untuk memperluas akses terhadap layanan keuangan bagi penduduk yang kurang mendapat pelayanan, menetapkan

sebesar 300 hingga 500 juta dolar AS per tahun dengan layanan advisori sebesar 23 hingga 25 juta dolar AS per tahun. Dukungan layanan advisori IFC untuk transaksi KPS akan terus berlanjut sesuai kebutuhan.

MIGA telah mulai meningkatkan kegiatan-kegiatannya untuk mendukung Indonesia. Pendekatan MIGA terhadap operasi di Indonesia akan konsisten dengan fokus strategi globalnya, yang menekankan kepada ekonomi yang rapuh dan terpengaruh oleh konfl ik; transaksi Selatan-Selatan; negara-negara IDA; dan proyek-proyek infrastruktur dan industri ekstraktif. Saat ini terdapat dua proyek yang aktif di Indonesia, dengan jaminan yang berjumlah 257 juta dolar AS, pada bidang tenaga listrik dan pertambangan. Operasi Nikel Teluk Weda mendukung investasi ekstraktif yang rumit yang secara cermat menangani keprihatinan sosial dan lingkungan. Selain itu, proyek itu merupakan upaya yang inovatif untuk melibatkan operasi pertambangan hulu pada tahap eksplorasi guna mendukung manfaat sosial dan pengaman lingkungan yang lebih baik.