• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah semakin memberi perhatian kepada ketahanan pangan dan dampak negatif gejolak harga bahan pangan terhadap tingkat kemiskinan secara keseluruhan. Karena lebih dari tiga per empat kaum miskin adalah konsumen pangan bersih, lonjakan harga bahan pangan membawa dampak besar yang tidak proporsional kepada penduduk termiskin di Indonesia. Diperkirakan bahwa peningkatan harga beras sebesar 10 persen akan menyebabkan peningkatan sebesar 1,3 persen dalam tingkat kemiskinan. Kemiskinan dan pengangguran desa juga merupakan masalah kritis yang dihadapi Indonesia. sekitar 50 persen penduduk hidup di pedesaan dan umumnya hanya bergantung kepada sektor pertanian sebagai sumber nafkahnya. Sementara pembangunan pertanian adalah kontributor utama bagi kinerja ekonomi dan sosial Indonesia dari akhir tahun 60an hingga 90an, sektor itu telah menurun pada lima belas tahun terakhir. Investasi pertanian selama ini juga tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan produktivitas dan faktor yang signifi kan di belakang penurunan kinerja sektor pertanian adalah penurunan jumlah dan kualitas investasi publik, seperti ditunjukkan pada Tinjauan Belanja Pertanian Pemerintah yang baru diterbitkan oleh Bank Dunia. Walaupun memiliki kekayaan sumber daya pertanian dan ekologi, Indonesia mengimpor buah-buahan

Bank Dunia diperkirakan akan mendukung hasil pembangunan yang akan memberikan akses dari petani ke pembeli dan perluasan berdasar pasar dan layanan pemasaran, dan meningkatkan ketahanan air untuk irigasi. Dialog ketahanan pangan telah membantu memfokuskan pada kebutuhan revitalisasi pertanian dan keterlibatan Bank Dunia yang lebih besar. Pada CPS yang lalu, rendahnya komitmen dan dukungan reformasi Pemerintah kepada sektor itu telah menurunkan peran Bank Dunia, dibanding periode-periode sebelumnya.

Dalam kolaborasi dengan donor-donor lainnya, dukungan Bank Dunia kepada masalah ketahanan pangan Pemerintah termasuk layanan pengetahuan. Bank Dunia, dengan dukungan dari mitra-mitra pembangunan, memfasilitasi dialog kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan mekanisme impor beras untuk menurunkan gejolak harga pada pasar dalam negeri. Bank Dunia mendukung Pemerintah untuk menetapkan sarana untuk memperkuat koordinasi kebijakan untuk menangani tantangan-tantangan ketahanan pangan secara terpadu, yang termasuk (i) revitalisasi produktivitas pertanian, (ii) mengelola gejolak harga dalam negeri, dan (iii) melindungi kaum miskin dan lemah. Suatu program bantuan teknis yang didanai oleh hibah dari Program Tanggap Krisis Pangan Dunia (Global Food Crisis Response Program/GFRP) membantu Pemerintah Indonesia untuk menentukan arah kebijakan yang akan datang sehingga dapat mencapai sasaran-sasaran yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Selain itu, bantuan teknis yang didanai dari Dana Multi-Donor bagi Perdagangan dan Industri (Multi-Donor Fund for Trade and Industry/MDFTIC) membantu Kementerian Perdagangan dalam merancang rencana aksi yang bertujuan untuk memperkuat daya saing, keberlanjutan dan nilai tambah dari rantai nilai coklat, kopi dan teh dan posisi strategisnya di pasar internasional.

Bank Dunia membantu Indonesia menerapkan reformasi kelembagaan pada sistem penelitian dan pengembangan pertanian untuk membangun sistem layanan pertanian berorientasi pasar yang didorong oleh permintaan, terutama bagi para petani kecil. Proyek Pemberdayaan Petani melalui Informasi dan Teknologi Pertanian (Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information

Project/FEATI) membantu upaya-upaya untuk meningkatkan penyampaian layanan pendukung kepada

para petani. Melengkapi FEATI dengan penekanan kepada penelitian adalah proyek yang baru disetujui, Proyek Pengelolaan Berkelanjutan Penyebaran Penelitian dan Teknologi Pertanian (Sustainable Management

of Agricultural Research and Technology Dissemination Project/SMART-D), yang akan memperkuat kapasitas

untuk membangun dan menyebarkan teknologi-teknologi praktik terbaik bagi peningkatan produktivitas, profi tabilitas dan keberlanjutan pertanian untuk melakukan penelitian pertanian, yang tertinggal di Indonesia dibanding sebagian besar kompetitornya. Sebagian besar penerima manfaat proyek itu adalah kaum perempuan. Pada SMART-D yang lalu, lebih dari 60 persen yang dilatih adalah perempuan.

Bank Dunia berkolaborasi dengan donor-donor lain mendukung Indonesia dalam meningkatkan ketahanan air bagi pertanian dengan reformasi kelembagaan, peningkatan infrastruktur dan modernisasi pengelolaan irigasi. Program Sumber Daya Air dan Irigasi (Water Resources and Irrigation

Sector Program/WISMP) yang mendapat dana dari Bank Dunia mendukung Pemerintah dalam penerapan

agenda reformasinya, dengan memberikan lebih banyak partisipasi dan akuntabilitas pemangku kepentingan dalam manajemen sumber daya air dan irigasi. Kegiatan-kegiatan itu didukung oleh sarana pengaturan multi- pemangku kepentingan yang baru, asosiasi pengguna air dan peningkatan sarana dan infrastruktur untuk meningkatkan ketahanan air, produktivitas pertanian dan mata rantai nilai. Melalui Program Peningkatan dan Keamanan Operasi Bendungan (Dam Operation Improvement and Safety Program/DOISP) efektivitas ketersediaan air dan penggunaan dalam penampungan ditingkatkan, sehingga menurunkan risiko dan menyesuaikan dengan perubahan iklim sehingga juga mendukung pasokan yang lebih andal ke pertanian dengan meningkatkan standar keamanan dan operasi dan dengan meningkatkan praktik manajemen resapan air yang berkelanjutan. Suatu dialog strategis yang berkelanjutan dengan pemerintah bertujuan untuk pembangunan Kebijakan Irigasi untuk periode tahun 2014-2025 dalam konteks ketahanan air bagi ketahanan pangan, mengantisipasi cepatnya perubahan di dalam ekonomi, semakin meningkatnya persaingan untuk sumber daya alam (terutama tanah dan air) dan transisi mendatang dari pertanian kecil yang hanya mencari nafkah menjadi pertanian komersial yang berkelanjutan.

KOTAK 13: HASIL PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN DAN PEDESAAN, INSTRUMEN DAN MITRA

Hasil Pembangunan Ketahanan Pangan dan Pedesaan Pro rakyat miskin: Peningkatan aset oleh petani kepada pembeli dan perluasan berorientasi pasar dan layanan pemasaran, dan peningkatan ketahanan air untuk irigasi

Pendanaan/Hibah Pengetahuan dan Pengadaan Mitra Pembangunan

Berjalan: FEATI SMARTD WISMP II DOISP

Investasi IFC pada perusahaan agribisnis sektor swasta (Wings Group, Ecogreen)

TA tentang Ketahanan Pangan TA tentang Tanaman Minuman Modernisasi manajemen irigasi Pelatihan tentang manajemen risiko Penelitian atas konektivitas desa

(menghubungkan kaum miskin dan daerah tertinggal untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan pedesaan) Layanan advisori IFC untuk agribisnis

ADB, AusAID, FAO, SECO

IFC terlibat di dalam sektor agribisnis untuk memberdayakan dan memperkuat komunitas, terutama petani miskin dan marginal. IFC telah mulai bekerja dengan lembaga keuangan swasta untuk mendukung perluasan mereka ke kredit pedesaan/pertanian, dan juga melanjutkan karyanya dengan membangun hubungan yang lebih kuat dengan petani dan meningkatkan keberlanjutan pasokan hasil pertanian mereka untuk sejumlah komoditas pertanian yang penting seperti kopi, kakao dan karet. Serupa di industri kelapa sawit, IFC hendak membangun skema pendanaan petani dengan akses terhadap bahan dan nasihat teknis, dan untuk meningkatkan pembagian manfaat antara komunitas dan perkebunan kelapa sawit. Pada industri kopi, IFC memberikan pelatihan bagi petani marginal untuk meningkatkan hasil panen dan praktik usaha mereka. IFC juga mencari kesempatan untuk memberikan pendanaan jangka panjang bagi mereka yang memiliki komitmen untuk memperkuat standar-standar dan praktik sosial dan lingkungan hidup mereka.