• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN TATA USAHA

NEGARA

( BESCHIKKING )

Keputusan Tata Usaha Negara merupakan salah satu ben tuk perbuatan hukum pemerintahan. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Un dang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradi lan Tata Usaha Negara, didefinisikan sebagai berikut:

―Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang

menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.‖

Rumusan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tersebut memiliki elemen-elemen utama sebagai berikut:

a. Penetapan tertulis;

Pengertian penetapan tertulis adalah keputusan tersebut harus dalam bentuk tertulis untuk kemudahan pembuktian. Kua lifikasi penetapan tertulis, bukan dalam bentuk formalnya me lainkan dari segi isi atau materinya (Ridwan HR, 2011).

b. Dikeluarkan (oleh) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;

Pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diru muskan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 5 Ta hun 1986, yang menyatakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penjelasan atas Pasal 1 angka 1 menyatakan yang dimak sud dengan urusan pemerintahan adalah kegiatan yang bersifat eksekutif. Artinya pemerintahan merupakan bagian dari organ dan fungsi pemerintahan, selain organ dan fungsi pembuatan undang-undang dan peradilan (Ridwan HR, 2011).

Dalam melaksanakan fungsinya, aparat pemerintah selain melaksanakan undang-undang juga dapat melaksanakan perbua tan-perbuatan lain yang tidak diatur dalam undang-undang. Me ngenai hal ini Philipus M. Hadjon (2008) menerangkan bahwa

pada dasarnya pemerintah tidak hanya melaksanakan undang-undang tetapi atas dasar fries ermessen dapat melakukan perbua tan-perbuatan lainnya meskipun belum diatur secara tegas da lam undang-undang.

c. Tindakan hukum Tata Usaha Negara;

Dasar bagi pemerintah untuk melakukan perbuatan hu kum publik adalah adanya kewenangan yang berkaitan dengan suatu jabatan. Jabatan memperoleh wewenang melalui tiga sum ber yakni atribusi, delegasi dan mandat akan melahirkan kewena ngan (bevogdheit, legal power, competence). Dasar untuk melakukan perbuatan hukum privat ialah adanya kecakapan bertindak (bek waamheid) dari subyek hukum (orang atau badan hukum).

d. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada asas legalitas yang berarti bahwa pemerintah harus tunduk pada unda ng-undang. Pembuatan dan penerbitan keputusan harus didasar kan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan (M. Hadjon, 2008).

e. Konkret, individual dan Final;

Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 3 UnU Nomor 5 Tahun 1986, konkret memiliki arti tidak abstrak tetapi berwu jud, tertentu atau dapat ditentukan. Sedangkan individual memi liki arti tidak umum tertentu berdasarkan apa yang dituju oleh

keputusan itu. Sedangkan final memiliki arti sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.

f. Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Akibat hukum yang dimaksudkan adalah munculnya hak, kewajiban, kewenangan, atau status tertentu (M. Hadjon, 2008).

Elemen terakhir yaitu menimbulkan akibat hukum bagi sese orang atau badan hukum perdata membawa konsekuensi bahwa penggugat haruslah seseorang atau badan hukum perdata.

Badan hukum perdata adalah badan atau perkumpulan atau or ganisasi atau korporasi dan sebagainya yang didirikan menurut ketentuan hukum perdata Badan atau pejabat tertentu tidak mu ngkin menjadi penggugat terhadap badan atau pejabat lainnya.

Pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 1986 menentukan bahwa tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut:

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;

c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;

d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasar kan ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana atau peratu ran perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;

e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Ten tara Nasional Indonesia;

g. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat maupun di dae rah, mengenai hasil pemilihan umum.

Secara umum, syarat-syarat untuk sahnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut (Tutik, 2010):

a. Syarat Materiil:

1) Keputusan harus dibuat oleh alat engara yang berwe nang;

2) Karena keputusan itu suatu pernyataan kehendak maka pembentukan kehendak itu tidak boleh memuat kekurangan yuridis;

3) Keputusan harus diberi bentuk yang ditetapkan dalam peraturan dasarnya dan pembuatan harus memperhati kan cara pembuatan keputusan itu;

4) Isi dan tujuan keputusan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturna dasar;

b. Syarat Formil:

1) Syarat-syarat yang berhubung dengan persiapan di buatnya keputusan dan berhubung dengan cara dibuat nya keputusan harus dipenuhi;

2) Keputusan harus diberi bentuk yang ditentukan;

3) Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan dila kukannya keputusan harus dipenuhi;

4) Jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya keputusan dan diumum kannya keputusan itu tidak boleh dilewati.

Suatu Keputusan Tata Usaha Negara harus memenuhi apa yang menjadi syarat-syaratnya, baik syarat materiil maupun syarat formil. Apabila salah satu syarat (baik syarat materiil maupun formil) tidak dipenuhi, maka akan membawa akibat hukum. Pada praktik Peradilan Tata Usaha Negara pengujian Hakim Tata Usaha Negara terhadap Surat Keputusan Tata Usaha Negara meliputi 3 aspek, yaitu (Tutik, 2010):

a. Aspek Kewenangan, meliputi hal berwenang atau tidak berwenang atau melanggar kewenangan.

b. Aspek Substansi/Materi, meliputi pelaksanaan atau penggu naan kewenangannya sesuai atau tidak dengan ketentuan hukum atau aturan peraturan perundang-undangan.

c. Aspek Prosedural, meliputi prosedur yang disyaratkan dalam pelaksanaan kewenangan tersebut telah ditempuh atau tidak. []

BAB IV HAK

PENGELOLAAN