PENGEMBANGAN KOTA BATAM SEBAGAI KAWASAN
B. SEJARAH PENGEMBANGAN KOTA BATAM SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
5. Periode persiapan penetapan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dalam Free Trade and Port Zone
Sekitar Tahun 2006 Batam telah dikaji secara komprehensif berkenaan dengan kesiapan untuk ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus (Hadiyati, 2019) hingga pada akhirnya rencana ini dikaji lebih lanjut oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekono
mian bersama Dewan Free Trade and Port Zone (Lavinda, 2018).
Namun, tidak semua wilayah di Pulau Batam menjadi Kawasan Ekonomi Khusus yang mana hal ini berbeda dengan Kawasan Per dagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang berlaku menyeluruh di seluruh pulau utama di Pulau Batam (Lavinda, 2018). Kawasan Ekonomi Khusus telah diatur oleh Pemerintah dengan menerbit kan Undang-Undang Kawasan Ekonomi Khusus pada Tahun 2009 dan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah pada Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekono mi Khusus. Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu (Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Kawasan Ekonomi Khusus (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, 2009)). Melalui Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus disampai kan bahwa pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dimaksud kan untuk percepatan pembangunan perekonomian nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, ke mandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan ke satuan ekonomi nasional (Peraturan Pemerintah Republik Indone sia Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus, 2015). Pembentukan kawasan
Ekonomi Khusus yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pemerintah harus memenuhi syarat memiliki keunggulan geoekonomi dan geos trategis sehingga dapat memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagaimana diatur di dalam Pasal 2 (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, 2009).
Dengan rencana penetapan Kawasan Ekonomi Khusus di beberapa Wilayah Pulau Batam diharapkan mampu meningkatkan penanaman modal pada kawasan ekonomi khusus yang dapat menunjang pengembangan ekonomi nasional dan pengembangan ekonomi di wilayah tertentu serta untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, perlu memberikan fasilitas dan kemudahan di kawa san ekonomi khusus sebagaimana diatur pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus, 2015) berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, lalu lintas barang, ketenagakerjaan, keimigrasian. Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Eddy Putra Irawadi, menyatakan bahwa terdapat dua Kawasan Ekonomi Khusus di Batam segera diresmikan, yaitu Kawasan Ekonomi Khusus Hang Nadim Logis tics Airport (sebagai hub regional perdagangan e-commerce bagi produk dan platform) dan Kawasan Ekonomi Khusus Nongsa Digital Park (sebagai sarana untuk melayani kebutuhan ekonomi digital dan start up di Batam) (Jpnn.com, 2019). Namun, saat ini
pemerintah pusat tengah merampungkan peraturan pemerintah yang akan menjadi payung hukum penetapan dua kawasan khusus tersebut (Jpnn.com, 2019). Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus ini untuk memaksimalkan potensi ekonomi di Pulau Batam yang tetap menjadi Kawasan Free Trade and Port Zone dengan segala fasilitas bebas pajaknya. Hal ini pun sebagaimana disampaikan oleh Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie yang menilai Free Trade and Port Zone masih terbaik untuk Batam (Jpnn.com, 2019).
Berikut adalah tabel yang dapat secara singkat dan rinci menjelaskan sejarah pengembangan Kota Batam beserta masing-masing undang-undang dan peraturan lainnya yang pernah berlaku khusus untuk pembangunan Kota Batam sehingga dapat menggam barkan arah kebijakan masing-masing undang-undang dan terlihat perkembangan tujuan yang ingin di capai Pemerintah dalam pembangunan di Kota Batam.
Tabel. 6.2
Sejarah Pengembangan Kota Batam
Tahun Dasar
Hukum Produk
Hukum Subtansi dan Tujuan Penjelasan 1968 s/d dan eksploitasi minyak dan gas bumi, sebagaimana telah direncanakan dan telah dimulai pelaksanaannya oleh Pertamina.
1971 Ordonansi
Di awal tahun 1970-an minyak dan gas adalah primadona
41/73 Pencabutan Keppres 74/1971 guna dengan adanya Keppres ini juga memunculkan ketentuan pemberian Hak Pengelolaan atas seluruh areal tanah Pulau Batam kepada Ketua Otorita Batam.
4) Menjamin kelancaran dan ketertiban tata-cara perizinan dan pemberian
jasa agar menumbuhkan di bidang pabean, yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea cukai dan atau pungutan negara lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor,
broad-based Industri Akhir dasawarsa 1970-an minyak dan gas tidak lagi menjadi primadona ekonomi
41/1978 Seluruh Pulau Batam, ditambah dengan lima
OB 1979 Rencana Induk
Dep.PU Penetapan 4 fungsi
utama Batam sebagai kawasan industri, free-trade zone, alih kapal, dan pariwisata
1986 Penugasan
OB 1986 Rencana Induk
Lem Tek-UI Revisi rencana Induk Batam tetap sebagai kawasan industri, free-trade zone, alih-kapal, dan
pariwisata.
1990 s/d
1992 PP 14/1990 jo.
PP 22/1986
Keppres
28/1992 Wilayah Kerja Daerah Industri Pulau Batam luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean Indonesia bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya, yang
impor untuk tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesia lainnya, Kawasan Berikat, atau direekspor tanpa adanya pengolahan.
Pasal 2 : Barang impor yang dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat, yang mendapat fasilitas penangguhan bea masuk dan bea cukai; dan tidak terkena pungutan PPN,
PP 39/1998 Perlakuan PPN.
PPnBM, BM Perlakuan PPN, PPnBM dan BM di Daerah Industri Pulau Batam mulai 1 april 1998.
PP 45/2000 Penundaan Perlakuan
PPN, PPnBM, BM Penundaan perlakuan PPN, PPnBM, dan BM di Daerah Indistri Pulau Batam hingga 1 Januari 2001.
PP 13/2001 Penundaan Perlakuan
PPN, PPnBM, BM Penundaan PPN, PPnBM, dan BM di Daerah Industri Pulau Batam hingga 31 desember 2001.
2000-2005 Perpu Nomor
1 Tahun 2000 UU Nomor
36 Tahun 2000 Penetapan peraturan terkait Kawasan yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai.
Tahun 2003 Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan
telah diubah dengan PP Nomor 30 Tahun 2005
PMK Nomor
Tahun 2007 Perubahan beberapa Pasal dari UU Nomor 36 Tahun 2000. Hal ini
Tahun 2007 Pembentukan dan pengaturan kawasan
Tidak semua wilayah di Pulau Batam menjadi Kawasan Ekonomi Khusus yang mana hal ini berbeda dengan Kawasan
Tahun 2011 Perubahan dari PP Nomor 46 Tahun 2007 Janda Berias dan gugusannya.
Sumber : Data Sekunder, diolah oleh Penulis, 2020.
Berdasarkan uraian tahapan pengembangan Kota Batam sejak awal (1969) hingga saat ini maka dapat penulis dapat simpul kan bahwa pemerintah telah memprioritaskan Pulau Batam sebagai daerah industri yang mempunyai arti bagi kehidupan ekonomi nasional. Sejak semula pembentukan Pulau Batam dengan penama an yang berbeda baik sebagai entreport partikelir, Bonded Warehouse maupun bonded zone, Batam telah mengkokohkan dirinya sebagai kawasan khusus di dalam perekonomian Indonesia yang saat ini dikenal juga dengan sebutan Special Economic Zone.
C. PENGATURAN PERTANAHAN DI KOTA