• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN DALAM HAK PENGELOLAAN

PENGELOLAAN ATAS TANAH

D. KEWENANGAN DALAM HAK PENGELOLAAN

Wewenang hak pengelolaan diatur di berbagai peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan, yaitu: Pasal 6 Peratu ran Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965, Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974, Pasal 1 dan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977, Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1997, Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000, Pasal 1 Peraturan Peme rintah Nomor 112 Tahun 2000 (LN. Tahun 2000 Nomor 214, TLN. Nomor 4031). Berdasarkan beberapa peraturan perundang-undangan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkup wewenang pemegang hak pengelolaan, yaitu:

1) Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersang kutan.

Peruntukkan dan Penggunaan ini harus disesuaikan de ngan Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) yang telah ditetap kan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan Peraturan Daerah Kota/Kabupaten tentang Rencana Tata Ruang wilayah (Santoso, 2013). Wewenang ini berseifat publik.

2) Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugas/usahanya.

Penggunaan ini bertujuan untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, misalnya: perumahan, perkantoran, pabrik, dan perto koan. Wewenang ini bersifat privat.

3) Menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pe megang hak.

Tanah hak pengelolaan dapat digunakan oleh pihak ke tiga atas persertujuan dari pemegang hak pengelolaan.

Berdasarkan kewenangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hak pengelolaan mengandung 2 sifat kewenangan yaitu ke wenangan publik dan kewenangan privat. Kedua sifat ini yang membuat keliru memahami hakikat HPL sebagai pranata hukum pertanahan di kalangan praktisi, akademisi maupun pegiat pertana han. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Boedi Harsono (2007), meskipun isi kewenangan hak pengelolaan ada yang bersifat privat, yakni menggunakan tanah tersebut, kewenangan itu bukanlah yang utama dalam hak pengelolaan. Tujuan utamanya adalah bahwa tanah yang bersangkutan disediakan bagi penggunaan oleh pihak-pihak lain yang memerlukan.

Dengan demikian, kewenangan hak pengelolaan yang ber sifat privat yakni menggunakan tanah bagi pelaksanaan tugas hanya bisa dilakukan dalam rangka untuk melaksanakan atau mendukung pelaksanaan tujuan utama dari hak pengeloaan itu sendiri yakni menyediakan tanah untuk kawasan tertentu bagi pihak lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa di dalam hak pengelolaan sifat kewenangan publiklah yang lebih menonjol dari pada kewenangan privat sehingga Boedi Harsono mengatakan bahwa hakikat HPL

adalah ―gempilan‖ dari HMN dan Maria menyatakan sebagai bagi an dari hak menguasai tanah Oleh negara dimana hal ini juga tercer min di dalam kewenangan yang dimiliki oleh hak pengelolaan.

Hal ini berbeda seperti yang telah diutarakan oleh Urip Santoso (2013) yang lebih cenderung pada penggolongan hak pe ngelolaan merupakan hak atas tanah. Hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu per mukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran pan jang dan lebar (Harsono, 2007). Hak atas tanah tersebut diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA yang menyebutkan bahwa:

―Atas dasar hak menguasai dari negara atas tanah sebagai mana yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya ma cam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-ora ng, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-ora ng lain serta badan-badan hukum.‖

Pasal 4 ayat (1) UUPA tersebut menjelaskan bahwa hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara terhadap tanah yang dapat diberikan kepada perseorangan baik warga Nega ra Indonesia maupun warga negara asing, sekelompok orang secara bersama-sama, dan badan hukum.

Wewenang terhadap hak-hak atas tanah dibagi menjadi 2, yaitu wewenang umum dan wewenang khusus (Santoso, 2013).

Wewenang umum merupakan wewenang pemegang hak atas tanah tidak hanya untuk mempergunakan sebagian tanah melainkan juga

tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya hanya terbatas yang diperlukan untuk kepentingan yang berhubungan langsung dengan penggunaan tanah dalam batas menurut UUPA dan peraturan hukum lainnya. Sedangkan wewe nang khusus merupakan wewenang pemegang hak atas tanah terba tas dengan macam hak atas tanahnya yang telah ditentukan oleh UUPA dan peraturan lainnya.

Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam Hukum Agraria Nasional terbagi menjadi dua bentuk, yaitu hak-hak atas tanah bersifat primer dan hak hak atas tanah yang bersifat sekun der. Hak-hak atas tanah primer adalah hak-hak atas tanah yang dimiliki atau dikuasai secara langsung oleh seorang atau badan hu kum yang mempunyai waktu lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau ahli warisnya (Supriadi, 2008).

Hak-hak atas tanah primer terdiri atas hak milik atas tanah, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. Sedangkan hak-hak atas tanah sekunder merupakan hak-hak atas tanah yang bersifat sementara karena hak-hak tersebut dinikmati dalam waktu terbatas dan hak tersebut dimiliki orang lain. Hak milik atas tanah sekunder terdiri atas hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menum pang, dan hak menyewa atas tanah pertanian.

Wewenang hak atas tanah tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) UUPA, yaitu menggunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air, serta ruang yang berada di atasnya se kedar dibutuhkan untuk kepentingan yang langsung berhubungan

dengan penggunaan tanah tersebut dalam batas-batas menurut undang-undang dan peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Berdasarkan ketentuan tersebut, menunjukkan bahwa:

a) Wewenang Hak Pengelolaan untuk merencanakan perun tukan dan penggunaan tanahnya termasuk wewenang da lam hak atas tanah karena seorang/badan hukum yang me miliki atau menguasai tanah mempunyai wewenang untuk merencanakan tanahnya digunakan untuk apa dan diperun tukkan bagi kepentingan siapa.

b) Wewenang pemegang Hak Pengelolaan berupa mengguna kan tanah untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya terma suk wewenang dalam hak atas tanah, yaitu tanah Hak Pengelolaan dapat digunakan untuk pendirian kantor, ru mah, pasar/kota, atau pabrik.

c) Wewenang Hak Pengelolaan untuk menyerahkan bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga dan/

atau bekerja sama dengan pihak ketiga termasuk wewenang dalam hak atas tanah.

Menurut Sudikno Mertokusumo (1988), wewenang yang dipunyai pemegang hak atas tanah dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Wewenang Umum, yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya (Pasal 4 ayat (2) UUPA);

b. Wewenang Khusus, yaitu pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai de ngan macam hak atas tanahnya.

Sedangkan berdasarkan sifatnya, wewenang pemegang hak pengelolaan terhadap tanahnya dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Wewenang Internal, yaitu merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah dan menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

b) Wewenang Eksternal, yaitu menyerahkan bagian-bagian ta nah Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga dan/atau bekerja sama dengan pihak ketiga (Santoso, 2013).

Terkait perbedaan pandangan tersebut, penulis tidak akan lebih jauh membahas kedudukan hak pengelolaan. Namun, dapat ditarik kesimpulan bahwa kedudukan hak pengelolaan ditinjau ber dasarkan wewenangnya masih terjadi perbedaan pandangan. De ngan demikian, dalam penulisan buku ini, penulis fokus pada wewe nang hak pengelolaan yang telah diberikan pada peraturan perun dang-undangan.