• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

Konflik yang terjadi antara pemerintah, swasta, dan masya rakat terkait pengelolaan hutan dan pengukuhuan hutan disebab kan karena tidak jelasnya batas-batas kewenangan sebagai pedoman

oleh pihak-pihak yang terkait. Sehingga pemerintah membentuk undang-undang untuk memberikan kepastian hukum terhadap kawasan hutan, yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (LN. Tahun 1999 Nomor 167, TLN Nomor 3888 ), selanjutnya disebut UU Kehutanan.

UU Kehutanan telah mengatur terkait pengukuhan kawa san hutan diatur dalam Pasal 14 UU Kehutanan yang menyebutkan bahwa:

―(1) Berdasarkan inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, pemerintah menyelenggara kan pengukuhan kawasan hutan. (2) Kegiatan penguku han kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk memberikan kepastian hukum atas kawasan hutan.‖

Penyelenggaraan pengukuhan kawasan hutan yang dimak sud dalam Pasal 14 UU Kehutanan dilaksanakan oleh Pemerintah yaitu Menteri. Menteri bertanggung jawab terkait pelaksanaan pengukuhan kawasan hutan untuk memberikan kepastian hukum mengenai status, fungsi, letak, batas dan luas kawasan hutan. Hal ini telah diatur dalam Pasal 15 UU Kehutanan yang menyebutkan bahwa:

― (1) Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan melalui proses sebagai berikut:

a. penunjukan kawasan hutan, b. penataan batas kawasan hutan, c. pemetaan kawasan hutan, dan d. penetapan kawasan hutan.

(2) Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan ren cana tata ruang wilayah.‖

Berdasarkan Pasal 15 UU Kehutanan dapat diketahui bah wa pengukuhan kawasan hutan melalui beberapa proses yang harus dilakukan yaitu dengan penunjukan kawasan hutan, penataan batas, pemetaan, dan penetapan kawasan hutan. Penunjukan kawasan hutan dalam proses pengukuhan kawasan hutan telah ditentukan dalam UU Kehutanan yaitu dalam Penjelasan Pasal 15 ayat (1) UU Kehutanan yang menyebutkan bahwa:

―Penunjukan kawasan hutan adalah kegiatan persiapan pengukuhan kawasan hutan, antara lain berupa:

a. pembuatan peta penunjukan yang bersifat arahan ten tang batas luar;

b. pemancangan batas sementara yang dilengkapi dengan lorong-lorong batas;

c. pembuatan parit batas pada lokasi-lokasi rawan; dan d. pengumuman tentang rencana batas kawasan hutan,

terutama di lokasi-lokasi yang berbatasan dengan tanah hak.‖

Penunjukkan hutan berdasarkan Penjelasan Pasal 15 ayat (1) UU Kehutanan untuk pengukuhan kawasan hutan merupakan kegiatan yang berkaitan sangat erat dalam pelaksanaan perencanaan kehutanan. Oleh karena itu, penunjukkan hutan guna untuk pengu kuhan hutan harus tetap mengacu kepada rencana tata ruang wila yah agar tidak ada pihak yang dirugikan. Hal ini sesuai dengan ke tentuan dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (LN. Tahun 2004 Nomor 146 , TLN. Nomor 4452 ,selanjutnya disebut PP Perencanaan Ke hutanan) yang menyebutkan bahwa:

―Penunjukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2) huruf a dilaksanakan sebagai proses awal suatu wilayah tertentu menjadi kawasan hutan.‖

Terkait penunjukan kawasan hutan, terdapat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 32/Kptsn-II/2001 tentang Kriteria dan Standar Pengukuhan kawasan Hutan yang mengatur lebih lanjut kriteria status areal yang dapat ditunjuk sebagai kawasan hutan (Pasal 5 ayat 2), yaitu:

a. belum pernah ditunjuk/ditetapkan Menteri sebagai kawasan hutan;

b. tidak dibebani hak atas tanah;

c. tergambar dalam peta kawasan hutan dan peraturan provinsi.

Berdasarkan Pasal 17 PP Perencanaan Kehutanan dapat diketahui bahwa penunjukkan kawasan hutan merupakan proses awal untuk menunjuk suatu wilayah menjadi kawasan hutan.

Sehingga tidak semua wilayah menjadi kawasan hutan melainkan sudah ada ketentuan-ketentuan yang menjadikan suatu wilayah menjadi wilayah kawasan hutan. Hal ini sesuai dengan Pasal 18 PP Perencanaan Kehutanan yang menyebutkan bahwa:

(1) Penunjukan kawasan hutan meliputi:

a. Wilayah provinsi; dan

b. Wilayah tertentu secara partial.

(2) Penunjukan kawasan hutan wilayah provinsi sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan atau pemadu serasi an TGHK dengan RTRWP .

(3) Penunjukan wilayah tertentu secara partial menjadi kawasan hutan harus memenuhi syarat- syarat seba gai berikut:

a. usulan atau rekomendasi Gubernur dan atau Bupati/Walikota;

b. secara teknis dapat dijadikan hutan.

(4) Penunjukan wilayah tertentu untuk dapat dijadikan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilakukan oleh Menteri.

(5) Penunjukan kawasan hutan wilayah provinsi dan atau secara partial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri.

(6) Penunjukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dilampiri peta penunjukan kawasan hutan.

Berdasarkan Pasal 18 PP Perencanaan Kehutanan maka dapat diketahui wilayah yang ditunjuk sebagai kawasan hutan yaitu wilayah provinsi dan wilayah tertentu secara partial. Penunjukkan kawasan hutan yang termasuk wilayah tertentu secara partial harus memenuhi syarat-syarat yaitu usulan atau rekomendasi gubernur dan atau bupati/walikota dan secara teknis dan dapat dijadikan hutan. Penunjukan kawasan hutan di wilayah provinsi dan wilayah tertentu secara partial untuk dapat dijadikan kawasan hutan dila kukan oleh Menteri dengan tetap memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTWP).

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penelitian Berita Acara Tata Batas, Biro Hukum, dan organisasi, Departemen Kehutanan menyiapkan dan memproses penetapan kawasan hutan yang telah ditata batas dan diketahui pasti luasnya dengan suatu produk hu kum berupa Keputusan penetapan kawasan hutan tetap dengan fungsi tertentu atau tanpa fungsi. Konsep Keputusan Menteri Ke hutanan yang dipersiapkan bersama-sama dengan berkas Berita Acara Tata Batas serta peta tata batas disampaikan kepada Sekre

taris Jenderal, dan kemudian diteruskan kepada Menteri Kehutanan untuk ditandatangani konsep keputusan tersebut menjadi keputu san yang sah, dan ditandatangani/disahkan Berita Acara Tata Batas dan peta Tata Batas. Berita Acara ini merupakan tak terpisahkan dari keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan kawasan hutan (Salim,H.S, 2006).[]

BAB VI

PENGEMBANGAN KOTA