Leverage of Attributes
2. Keragaan Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Skala Usaha
Menurut tingkat/besarnya usaha atau armada yang digunakan, rumah tangga perikanan tangkap diklasifikasikan sebagai rumah tangga yang:
1. Tidak menggunakan perahu, 164 384 199 6 350 0 100 200 300 400
Budidaya Laut Tambak Budidaya Air Tawar Unit Pembenihan Rakyat Nelayan 132 29 3 0 20 40 60 80 100 120 140
Rumput laut Teripang Kerapu
Ju
m
la
h (
2. Menggunakan perahu tanpa motor, yaitu: jukung, perahu papan, perahu kecil (panjang kurang dari 7 m), perahu sedang (perahu yang panjangnya antara 7-10 m), dan perahu besar (perahu yang panjangnya lebih dari 10 m),
3. Menggunakan perahu motor tempel, dan
4. Menggunakan kapal motor. Rumah tangga yang menggunakan kapal motor ini menurut tonasenya dapat dikelompokkan menjadi: kurang dari 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 30-50 GT, 50-100 GT, 100-200 GT, 200- 300 GT, 300-500 GT, 500-1000 GT, dan lebih dari 1000 GT. Keragaan sarana alat tangkap pada RTP nelayan disajikan pada Gambar 38. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah RTP tanpa perahu, Jukung, perahu tanpa motor sedang dan RTP Kapal Motor jumlahnya semakin berkurang pada tahun 2014. Penurunan yang paling ekstrim adalah RTP perahu tanpa motor sedang dengan jumlah 88 dan RTP Kapal motor dengan jumlah 18 pada tahun 2010 menjadi 0 pada tahun 2014. Namun khusus untuk RTP dengan perahu tanpa motor kecil dan RTP motor tempel jumlahnya masih meningkat.
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Tahun 2014
Gambar 37 RTP nelayan di Kecamatan Pomalaa berdasarkan skala usaha. 3. Produksi Perikanan
Produksi perikanan di Kecamatan Pomalaa dibagi menjadi empat subsektor yaitu perikanan budidaya, tambak, kolam dan perikanan laut dan disajikan pada Gambar 38. Tanpa Perahu Jukung Perahu Tanpa Motor Kecil Perahu Tanpa Motor Sedang Motor
Tempel Kapal Motor
2010 28 48 40 88 192 18 2011 30 45 39 27 195 2 2012 18 33 61 0 224 2 2013 18 30 61 0 233 1 2014 8 35 62 0 245 0 0 50 100 150 200 250
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Tahun 2014 Gambar 38 Produksi perikanan pada di Kecamatan Pomalaa.
Berdasarkan Gambar 38 dapat dilihat bahwa terdapat dua sektor yang produksinya terus meningkat yaitu tambak dan kolam, sedangkan subsektor perikanan budidaya dan perikanan laut produksinya mengalami fluktuasi disetiap tahunnya. Dalam usaha budidaya perikanan, baik tambak maupun kolam, kualitas air budidaya merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan budidaya. Penurunan kualitas air berupa pencemaran perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian pada komoditas yang dibudidayakan yang dapat berakibat pada kegagalan panen. Produksi perikanan budidaya berasal dari usaha budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba dan budidaya jaring apung. Produksi budidaya tambak selengkapnya disajikan pada Gambar 39.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Tahun 2014 Gambar 39 Produksi tambak di Kecamatan Pomalaa.
Berdasarkan Gambar 39 dapat dilihat bahwa produksi tambak pada tahun 2004-2009 untuk semua komoditas mengalami fluktuasi disetiap tahunnya. Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Perikanan Bididaya 189,1 506,84 439,44 556,63 254,85 739 803 338 658 338 Tambak 394 405,8 428,3 449,7 463,2 792 955 910,3 1.146 1623,5 Kolam 98,1 101,04 11,14 106,93 61,65 170,6 102,7 204,1 245 384,7 Perikanan Laut 3.269,60 3.349,30 3.377,30 3.396,10 2.970,30 3.704,00 3.686,10 3.051,50 3.213,30 3.359,80 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 P ro d u k si (to n /ta h u n 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Bandeng 366,4 160,6 184 53,3 134,8 718,2 1.036, 959,5 967,5 964 972,6 Udang Vaname 44,7 7,6 20,5 10,4 483,6 383,6 385,6 397,1 486,2 Udang Windu 70,3 19 306,9 76,1 17,7 36 234,2 273,3 274,7 274 164,7 0 200 400 600 800 1000 1200 P ro duks i ( to n/ ta hun)
2011-2014 komoditas bandeng dan udang vaname mengalami peningkatan produksi sedangkan udang windu mengalami penurunan.
Produksi kolam di Kecamatan Pomalaa untuk cukup baik terutama untuk komoditas ikan mas, lele dan ikan nila. Gambar 40 dapat dilihat pada tahun 2004-2013 ada peningkatan produksi disetiap tahunnya.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Tahun 2014 Gambar 40 Produksi kolam di Kecamatan Pomalaa
Secara kecil-kecilan, kegiatan budidaya laut di Kecamatan Pomalaa sudah dilakukan sejak tahun 2006. Kegiatan ini dilakukan awalnya dilakukan sekitar 100-200 meter dari garis pantai sekitar pemukiman penduduk. Namun pada tahun 2010, seiring dengan semakin masifnya pembukaan lahan untuk eksploitasi tambang nikel yang berdampak pada menurunnya kualitas air di perairan pesisir, maka keramba-keramba yang awalnya berada dekat dengan pemukiman dipindahkan agak ketengah yang berjarak sekitar 1,5 km dari garis pantai dengan harapan produktivitasnya terus meningkat. Komoditas budidaya laut yang sudah banyak diusahakan ada beberapa jenis ikan laut yaitu jenis ikan kerapu, kakap, teripang dan rumput laut. Produktivitas budidaya laut di Kecamatan Pomalaa disajikan pada Gambar 41. 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ikan Mas 88,9 105,6 45,2 65,2 21,1 38,4 561,4 661,5 693,7 1.622 163,7 Ikan Lele 81,1 6,4 30,1 11,4 32,8 452,5 608,6 618 1.068 141,8 Ikan Nila 28 110,5 42,9 38,8 18,8 85,5 359,9 328,6 346,5 1.222 79 0 400 800 1200 1600 2000 P ro duks i ( to n/ ta hu n)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Tahun 2014
Gambar 41 Produksi budidaya laut (teripang, ikan kerapu) di Kecamatan Pomalaa.
Berdasarkan Gambar 41 dapat dilihat bahwa mulai tahun 2009, produksi kerapu terus meningkat, sedangkan produksi teripang terjadi penurunan. Turunnya produksi teripang ini erat kaitannya dengan semakin menurunnya kualitas air tempat teripang tersebut dibudidayakan. Umumnya teripang hidup pada dasar periaran berpasir atau pasir berlumpur. Hal lain yang menyebabkan semakin menurunnya produksi teripang adalah sistem panen yang mengabaikan kaidah-kaidah budidaya. Teripang yang dipanen mestinya beratnya sekitar 200-250 gram atau panjang 15-20 cm. Pada kenyataanya, panen teripang yang dilakukan oleh masyarakat jauh dari syarat-syarat tersebut.
Rumput laut, kebetulan saat ini didominasi di daerah Kec. Pomalaa. Rumput laut yang dibudidayakan adalah euchema cottonii, biasanya sebelum menebar di laut terlebih dahulu rumput laut dipasang/ikat di tali yang dilakukan 2-6 orang. Pemeliharaan biasanya di lakukan selama empat puluh hari sampai dua bulan. Panen yang bagus terdapat pada bulan-bulan januari-maret kadang juga bulan oktober di mana pada bulan-bulan itu cuaca agak membaik. Musim paceklik sering terjadi pada bulan juni-juli. Selain itu, harga rumput laut saat ini mulai turun dari harga 18.000 rupiah turun sampai harga 16.500 rupiah (harga dalam kondisi kering). Rumput laut di jual ke pengumpul desa yang selanjutnya di bawa ke Makassar.
Musim budidaya yang baik itu pada bulan mei, juni dan bulan juli. Pada bulan tersebut arus bagus dan ada gelombang, selain itu cuaca tidak terlalu panas dan terdapat hujan. Pada bulan sembilan arus kurang baik ditambah cuaca panas membuat rumput laut menjadi kurus, selain itu juga dipengaruhi oleh banyak lumut yang menempel di rumput laut, sehingga pada bulan september-oktober, petani rumput laut hanya fokus untuk pembibitan dan menunggu sampai kualitas air bagus. Sistem penanaman yaitu metode tali bentang (long line), kedalaman 15-25 meter dari dasar perairan, jarak antar simpul satu depa. Rata-rata memelihara rumput laut sebanyak 20-30 gulung tali, sehingga dalam sebulan biasanya mereka
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Teripang 39 23 11 16 13 13 12 6 13 Kerapu 5,2 2,3 5,6 37 55,4 55,8 57,4 48,5 51,1 0 10 20 30 40 50 60 70 P ro duks i ( to n/ ta hu n)
memperoleh 100-300 kilogram rumput laut (Euchema cottoni) kering. Produksi rumput laut di Kecamatan Pomalaa cukup baik yang ditandai dengan terus meningkatnya produksi pada setiap tahunnya disajikan pada Gambar 42.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kolaka Tahun 2014 Gambar 42 Produksi rumput laut di Kecamatan Pomalaa
Analisis Sektor Unggulan LQ dan DLQ Sektor dan Subsektor Perikanan
Pembangunan perikanan sebagai bagian penting dari pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan untuk mewujudkan 4 (empat) pilar pembangunan nasional, yaitu pro-poor (penanggulangan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), pro-growth (pertumbuhan ekonomi), dan pro-enviroment (pemulihan dan pelestarian lingkungan). Pengembangan ekonomi lokal bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan yang bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja baru, peningkatan dan pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu diperlukan kejelian dalam menentukan dan mengembangkan keunggulan komparatif dan kompetitif.
Sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sector di Kecamatan Pomalaa, diperoleh melalui analisis LQ. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ tersebut selanjutnya berupa jumlah produksi subsektor perikanan atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria. Hasil analisis LQ subsektor perikanan di Kecamatan Pomalaa disajikan pada Tabel 29.
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rumput Laut 8,7 746,7 541,1 2.365, 3.458, 1.295, 13.52615.31619.07921.15724.515 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 P roduk si ( ton /ta hu n)
Tabel 29 Hasil analisis LQ sektor dan subsektor perikanan di Kecamatan Pomalaa periode tahun 2007-2014.
Sektor Perikanan Nilai PDB
Kec. Pomalaa (ton) Kab. Kolaka (ton) LQ
Perikanan Budidaya 19.633,76 207.749,86 0,83
Tambak 7.173,80 114.487,14 0,55
Kolam 1.387,86 18.049,30 0,68
Perikanan Laut 30.107,70 172.209,60 1,54
Sumber: BPS Kab. Kolaka Tahun 2007-2014 (diolah).
Hasil perhitungan LQ Kacamatan Pomalaa terhadap Kabupaten Kolaka, pada subsektor perikanan terdapat satu subsektor dengan nilai LQ>1 yaitu subsektor perikanan tangkap dengan nilai LQ sebesar 1,54. Ini artinya bahwa subsektor perikanan tangkap adalah sektor basis dan unggulan yang potensial untuk dikebangkan sebagai penggerak perekonomian. Adapun subsektor tambak, kolam dan perikanan budidaya merupakan sektor kurang potensial/non basis dengan sektor sejenis di daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor unggulan. Namun demikian, setelah dilakukan analisis LQ untuk masing-masing komoditas pada subsektor perikanan didapatkan bahwa untuk komoditas teripang, kerapu dan bandeng memiliki nilai LQ>1. Subsektor ini berarti bahwa komoditas tersebut memiliki keunggulan komparatif dan masuk dalam komoditas sektor basis yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Karena perhitungan LQ memiliki keterbatasan dan bersifat statis dan hanya digunakan untuk mengestimasi perubahan sektor unggulan pada tahun tertentu saja, maka untuk mengatasinya, dilakukan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) yang mampu mengakomodasi perubahan struktur ekonomi wilayah dalam kurun waktu tertentu. Tabel 30 merupakan klasifikasi subsektor perikanan di lihat dari nilai LQ dan DLQ.
Tabel 30 Hasil analisis LQ dan DLQ komoditas subsektor perikanan di Kecamatan Pomalaa Periode Tahun 2007-2014.
Subsektor
Perikanan Komoditas LQ DLQ
Ket
Subsektor kolam Ikan Mas 1,0028 0,9934 Basis-Non Basis
Ikan Lele 1,0124 1,0045 Basis-Basis
Ikan Nila 0,9815 1,0022 Non Basis-Basis
Subsektor perikanan
Teripang 1,2753 (0,0000) Basis-Non Basis Kerapu 1,6495 0,0135 Basis-Non Basis
budidaya Rumput Laut 0,9985 52,8077 Non Basis-Basis
Subsektor tambak Bandeng 1,0008 0,2632 Basis-Non Basis Udang Vaname 1,1010 192,0348 Basis-Basis Udang Windu 0,8688 0000 Non Basis-Non Basis
Selanjutnya nilai LQ dan DLQ digabungkan untuk mengetahui tingkat keunggulan saat ini dan potensi keunggulan dimasa masa depan suatu subsektor di Kecamatan Pomalaa seperti terlihat pada Tabel 31.
Tabel 31 Klasifikasi sektor berdasarkan nilai LQ dan SLQ di Kecamatan Pomalaa.
Kriteria LQ>1 LQ<1
DLQ>1 Ikan lele, udang vaname Ikan mas, teripang, kerapu, bandeng DLQ<1 Ikan nila, rumput laut, Udang windu
Berdasarkan Tabel 31, yang masuk dalam kategori sektor unggulan yakni yang memperoleh nilai DLQ>1 dan LQ>1 adalah subsektor ikan lele dan udang vaname. Subsektor ini selain unggulan, juga tetap berpotensi unggul pada beberapa tahun ke depan. Untuk subsektor andalan dengan syarat DLQ>1 dan LQ<1, adalah ikan mas, teripang, kerapu dan bandeng. Subsektor ini yang pada saat ini belum unggul tapi dalam beberapa waktu ke depan berpotensi unggul. Untuk subsektor prospektif yaitu ikan nila dan rumput laut dengan DLQ<1 dan LQ>1, merupakan sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan tetapi tidak berpotensi unggul pada beberapa waktu ke depan. Sedangkan subsektor tertinggal yaitu udang windu dengan nilai LQ<1 dan DLQ<1, merupakan subsektor yang dinyatakan tidak unggul untuk saat ini dan pada beberapa waktu ke depanpun belum berpotensi untuk menjadi subsektor unggulan. Secara prinsip, tidak ada perbedaan antara komoditas andalan dan komoditas unggulan. Namun, antara keduanya dapat diberi definisi sedikit berbeda. Komoditas andalan adalah sejumlah komoditas yang telah dkembangkan di suatu wilayah berdasarkan kesesuaian ekologi serta menjadi sumber pendapatan utama petani setempat. Sebaliknya, komoditas unggulan adalah beberapa komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan pada suatu wilayah, mempunyai prospek pasar, mampu meningkatkan pendapatan petani dan keluarga, mempunyai potensi sumber daya lahan yang cukup luas, memiliki sifat-sifat genetik unggul dan karakteristik lainnya.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa potensi subsektor perikanan pada kawasan pesisir Kecamatan Pomalaa sangat besar yang ditandai dengan semakin meningkatnya produksi beberapa komoditas perikanan. Berdasarkan hasil analisis gabungan LQ dan DLQ didapatkan beberapa komoditas unggulan subsektor perikanan di kawasan pesisir Kecamatan Pomalaa yaitu komoditas ikan lele dan udang vaname. Komoditas sektor andalan adalah ikan mas, teripang, kerapu dan ikan bandeng. Komoditas prospektif adalah ikan nila dan rumput laut. Sedangkan komoditas tertinggal adalah udang windu.
6 STRATEGI PENGEMBAGAN MASYARAKAT PESISIR