• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 STRATEGI PENGEMBAGAN MASYARAKAT PESISIR DI KAWASAN PERTAMBANGAN NIKEL POMALAA

Leverage of Attributes

6 STRATEGI PENGEMBAGAN MASYARAKAT PESISIR DI KAWASAN PERTAMBANGAN NIKEL POMALAA

Pendahuluan

Pengelolaan kawasan pesisir seyogyanya melibatkan para stakeholders di kawasan pesisir sehingga tujuan pembangunan kawasan pesisir dapat dengan mudah tercapai. Hal ini telah dibahas dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Nasuchon dan Charles (2010), Mikalsen dan Jentoft (2001) dan Imron (2012). Namun demikian, Human dan Davies (2010) mengemukakan bahwa keterlibatan stakeholders dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam pesisir harus dilakukan dengan hati-hati dan jelas dalam tingkat keterlibatan mereka. Hal tersebut dikemukakan karena prioritas yang ditentukan oleh stakeholders tidak layak dilaksanakan yang disebabkan oleh perbedaan pengetahuan dan keterbatasan pengetahuan secara teknis. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kecamatan Pomalaa merupakan salah satu peluang dan sekaligus dilema dalam meningkatkan ekonomi wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Karena potensi ekonomi masyarakat di Kecamatan Pomalaa relatif banyak dan beragam, namun terbatas dalam pengelolaannya yang diakibatkan oleh adanya aktifitas tambang yang berdampak langsung pada masyarakat yaitu menurunnya kualitas air. Hal lain yang ikut mempengaruhi minimnya aksesibilitas terhadap sumberdaya perikanan adalah kurangnya infrastuktur pendukung, persoalan manajemen usaha dan dukungan keuangan yang masih kurang, serta pola dan orientasi kegiatan ekonomi masyarakat atau yang sebagian besar masih beroritensi pada pemenuhan untuk kehidupan sehari-hari. Tujuan utama dari penyusunan strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kecamatan Pomalaa adalah untuk menggagas strategi utama yang perlu diambil untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Kecamatan Pomalaa. Hal ini juga dapat memberikan arahan dalam pemanfaatan sumberdaya kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan guna peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Pomalaa.

Metodologi Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa dat primer dan data sekunder. Data primer berupa wawancara langsung dengan berbagai pihak terutama stakeholder yang bersentuhan langsung dengan berbagai aktivitas perusahaan (pemerintah/dinas terkait, akademisi, LSM, pihak perusahaan pertambangan dan masyarakat). Total jumlah responden yang digunakan dalam analisis AHP sebanyak sembilan responden yang terdiri dari dua responden dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan serta Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kolaka, satu responden dari lembaga swadaya masyarakat, dua responden dari akademisi dan dua responden dari Tokoh Masyarakat. Data sekunder diperoleh dari dokumen dan atau berbagai laporan penelitian yang terkait langsung dengan lokasi penelitian ini.

Metode Analisis Data Analisi Isu Strategis

Penentuan isu-isu strategis dilakukan dengan mengidentifikasi dan menggali permasalahan-permasalahan yang ada dengan menggunakan metode curah pendapat (brain storming) dan sekaligus menganalisis keterkaitan masing-masing isu strategis dengan isu strategis yang lainnya.

Analisis AHP

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor ataupun multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty (1994), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan/fokus, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Menurut Marimin (2004), AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.

Tahapan operasional AHP dalam pengembangan masyarakat pesisir lokasi pertambagan nikel Pomalaa, sebagai berikut:

- Membuat dan menyusun struktur hirarki, meliputi; tujuan, aktor, faktor dan alternatif strategi.

- Mendefinisikan fokus/tujuan/goal, yakni; alternatif pengembangan masyarakat pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa.

- Mendefinisikan faktor yakni; faktor ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan.

- Mendefinisikan aktor yakni; pemerintah daerah, perusahaan tambang, masyarakat, LSM dan perguruan tinggi.

- Menentukan alternatif/arahan strategi, yakni; didasarkan pada hasil RapFish (leverage attribute/atribut pengungkit) dan hasil analisis prospektif.

- Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.

- Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2], dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

- Me-runsoftware Expert Choice 2000.

Skala penilaian kriteria berbasis pada penilaian pakar dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (Marimin, 2004). Skala penilaian perbandingan berpasangan disajikan pada Tabel 32.

Tabel 32 Skala penilaian AHP Intensitas

Kepentingan

Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain

5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak penting dari elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua nilai pertimbangan yang

berdekatan Sumber: Saaty (1994)

Hasil dan Pembahasan Isu-isu Strategis

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pengembangan masyarakat pesisir di Kawasan Tambang Nikel Pomalaa. Pengidentifikasikan isu strategis merupakan jantung dari proses perencanaan strategis. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pengembangan masyarakat karena dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Isu strategis juga diartikan sebagai suatu kondisi/kejadian penting /keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.

Dalam rangka pengembangan masyarakat pesisir di kawasan tambang nikel Pomalaa, isu strategis dielaborasi dalam lima dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan dan selanjutnya diuraikan sebagai berikut : Dimensi Ekologi

Dalam dimensi ekologi, isu strategis yang penting untuk dicarikan solusinya adalah sebagai beikut:

1. Tingginya sedimentasi di perairan pesisir yang berdampak pada: - Relokasi hampir semua keramba apung lebih ke tengah laut.

- Budidaya teripang kebanyakan dipanen pada ukuran yang sangat kecil. - Produktivitas hasil budidaya rumput laut milik masyarakat tidak optimal. - Semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh nelayan tradisional dalam

upaya menangkap ikan.

- Pada saat pasang maksimum, turbulensi dan pengadukan di perairan pesisir menyebabkan air laut menjadi keruh dan berwarna coklat kemerahan sehingga penggantian air pada tambak harus menggunakan saringan.

- Siklus penggantian air dalam tambak sangat terganggu akibat kualitas air yang tidak memadai. Umumnya air berwarna coklat kemerahan yang berdampak pada berkurangnya produktivitas.

2. Terlantarnya lahan bekas tambang milik perusahaan kecil akibat kebijakan pemerintah melalui melalui Permen ESDM No.70 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Logam. Kebijakan tersebut melarang pemilik IUP untuk melakukan ekspor raw material. Akibatnya ore yang sudah terlanjur di eksploitasi bertumpukan tidak teratur di ujung jetty masing-masing pemilik IUP. Jika hujan lebat, marerial tersebut hanyut dan menambah keruh perairan dikawasan pesisir.

3. Pemanfaatan slag sebagai material reklamasi pantai dianggap berbahaya bagi keamanan biota konsumtif.

Dimensi Ekonomi

Isu strategis yang penting untuk dipecahkan untuk dimensi ekonomi, adalah sebagai berikut:

1. Hasil tangkapan ikan makin sedikit yang berakibat pada semakin menurunnya pendapatan nelayan.

2. Kurangnya lembaga keuangan mikro yang memberikan fasilitas kredit usaha bagi nelayan.

3. Kurangnya pengetahuan tentang perlunya pengembangan komoditas unggul agar produktivitas budidaya semakin meningkat.

4. Masalah akses nelayan terhadap sumberdaya. Kemudahan akses pada sumberdaya tidak dibarengi dengan kualitas yang memadai. Akibatnya seberapapun mudahnya akses tersebut tidak berdampak signifikan pada peningkatan pendapatan nelayan.

Dimensi Sosial

Isu strategis pada dimensi sosial yang perlu dicarikan solusinya dalah: 1. Adanya potensi terjadinya konflik yang melibatkan perusahaan tambang

dengan masyarakat akibat menurunnya produktivitas budidaya laut yang dikembangkan masyarakat. Pada beberapa kasus, kekeruhan air dituding sebagai sebab kejadian kematian komoditas budidaya.

2. Semakin menurunya jumlah Rumah Tangga Nelayan (RTN) yang beralih profesi sebagai buruh kasar pada perusahaan tambang.

3. Tingkat pendidikan yang masih sangat minim menyebabkan kurangnya kemandirian dalam mengembangkan potensi diri serta mengelola unit-unit usaha.

Dimensi Teknologi

Isu strategis untuk dimesi teknologi adalah

1. Akibat kualitas air yang kurang optimal, maka diperlukan upaya agar kualitas air tidak semakin buruk dengan adanya aktivitas budidaya keramba

apung. Salah satu caranya adalah penerapan teknologi ramah lingkungan berupa integrated multi tropic aquaculture (IMTA).

2. Buruknya kualitas air yang masuk ke perairan umumnya dianggap kurang optimalnya fungsi dari checkdam.

Dimensi Kelembagaan

Isu strategis pada dimensi kelembagaan yang penting untuk pecahkan adalah keberadaan lembaga masyarakat. Keberadaan lembaga masyarakat seperti LKMD, kelompok nelayan atau kelompok usaha bersama menjadi penting untuk dikembangkan.

Analisis Strategi Pengembangan Masyarakat

Struktur hirarki pengembangan masyarakat pesisir di Kecamatan Pomalaa, terdiri dari tiga level. Level pertama merupakan fokus analisis yaitu strategi pengembangan masyarakat. Pada level kedua yaitu level faktor yaitu ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Level ketiga yaitu level aktor yang terdiri dari Pemerintah Daerah, masyarakat, perusahaan tambang, LSM/NGO, perguruan tinggi. Terakhir adalah level strategi pengembangan masyarakat yang terdiri dari pengendalian pencemaran, akses modal dan sumberdaya, penanganan konflik dan penguatan kelembagaan dan revitalisasi checkdam. Lebih rinci disajikan pada Gambar 43.

Usaha untuk memberdayakan ekonomi masyarakat yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia umumnya melibatkan tiga pihak, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Hasil analisis AHP pada level aktor dalam pengembangan masyarakat pesisir dikawasan tambang nikel Pomalaa menempatkan perusahaan pertambangan sebagai aktor utama dalam upaya pengembangan masyarakat dengan nilai 0,378 atau 37,8%. Hal ini dapat di pahami karena perusahaan pertambangan merupakan aktor yang secara kelembagaan melakukan ekstraksi sumberdaya alam berupa penambangan nikel yang berakibat pada semakin menurunya kualitas lingkungan terutama terkait dengan kualitas air di kawasan pesisir. Hal ini sejalan dengan amanat pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang ini secara jelas mewajibkan perusahaan pertambangan sebagai implementasi dari tanggungjawab sosial perusahaan atas berbagai dampak negatif yang ada, perusahaan melakukan program-program pemberdayaan masyarakat (Community Development) dalam berbagai sektor melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

Aktor kedua yang berperan dalam pengembangan masyarakat pesisir di kawasan Tambang Nikel Pomalaa adalah pemerintah daerah. Hasil analisis AHP pada level aktor pemerintah daerah yaitu sebesar 0,315 atau 31,5%. Ryaas Rasyid (1995) membagi fungsi pemerintahan menjadi empat bagian, yaitu pelayanan (public service), pembangunan (development), pemberdayaan (empowering), dan pengaturan (regulation). Fungsi pemerintah dalam kaitannya dengan pemberdayaan yaitu mengarahkan masyarakat kemandirian dan pembangunan demi terciptanya kemakmuran, tidak serta merta dibebankan oleh masyarakat. Perlu

adanya peran pemerintah yang secara optimal dan mendalam untuk membangun masyarakat. Peran pemerintah yang dimaksud antara lain:

1. Pemerintah sebagai regulator.

Peran pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan melalui penerbitan peraturan-peraturan. Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar kepada masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur segala kegiatan pelaksanaan pemberdayaan.

2. Pemerintah sebagai dinamisator

Peran pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakkan partisipasi masyarakat jika terjadi kendala-kendala dalam proses pembangunan untuk mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah. Pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan secara intensif dan efektif kepada masyarakat. Biasanya pemberian bimbingan diwujudkan melalui tim penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan pelatihan. 3. Pemerintah sebagai fasilitator.

Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan daerah. Sebagai fasilitator, pemerintah bergerak di bidang pendampingan melalui pelatihan, pendidikan, dan peningkatan keterampilan, serta di bidang pendanaan atau permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat yang diberdayakan.

Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan sekaligus diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan daerah.

Gambar 43 Struktur hirarki pengembangan masyarakat pesisir di Kecamatan Pomalaa Level-1 Faktor Level-2 Aaktor Level-3 Strategi Level 0 Fokus Ekologi (0,330) (1) Teknologi (0,194) (2) Ekonomi (0,165) (3) Sosial (0,146) (5) Kelembagaan (0,165) (4)

Strategi Pengembangan Masyarakat Pesisir

Pada Lokasi Tambang Nikel Pomalaa