• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Masyarakat Pesisir Di Kawasan Tambang Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Masyarakat Pesisir Di Kawasan Tambang Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

HAMZAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul Pengembangan Masyarakat Pesisir di Kawasan Tambang Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2016

(3)

Pomalaa-Sulawesi Tenggara. Supervised by HEFNI EFFENDI, ETTY RIANI, SAHARUDDIN, NASTITI SISWI INDRASTI.

Nickel demand worldwide continues to increase every year, encouraging mining companies to increase production which impact on the extent of land openings due to exploitation. This resulted in a further decline in the environmental quality of coastal waters in the district Pomalaa that directly affect people's lives mainly fishermen.

This study aims: 1) to analyze the characteristics and the existing condition of the environment of coastal waters mining location nickel Pomalaa-Southeast Sulawesi, 2) to analyze the quality status of water, the amount of pollution load and assimilation capacity of coastal waters mining location nickel Pomalaa-Southeast Sulawesi, 3) analyze the level of management coastal waters nickel mining location Pomalaa-Southeast Sulawesi, 4) analyzing the potential and the leading sectors of fisheries and drives the main economy of the community, 5) Determining the aquaculture development strategy in accordance with the characteristics of the coastal environment Pomalaa-nickel mining sites in Southeast Sulawesi.

The quality of coastal waters Pomalaa sebagain nickel mine already heavily polluted that some of the parameters of heavy metal pollution load has exceeded the capacity of assimilation. Due to the magnitude of the pressure on ecological conditions in coastal areas as a result of the exploitation of land mines, causing the dimensions of ecological, economic, social and technological less sustainable. By him the necessary efforts and strategies for the management of coastal areas can berkenjutan. As a community development effort in coastal areas nickel mine Pomalaa ecologically natural resources continue to experience pressure, strategic efforts are needed in order to be able to continue fishing life. The main approach taken is the development of the leading sectors in particular fisheries, aquaculture. The development strategy of coastal communities in the region are Pomalaa nickel mine pollution control, akases capital and resources, institutional strengthening, conflict resolution and revitalization checkdam

(4)

RINGKASAN

HAMZAH. Pengembangan Masyarakat Pesisir di Kawasan Tambang Nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara. Di bimbing oleh HEFNI EFFENDI, ETTY RIANI, SAHARUDDIN, NASTITI SISWI INDRASTI.

Permintaan nikel dunia yang terus meningkat setiap tahunnya, mendorong perusahaan tambang untuk meningkatkan produksi yang berdampak pada semakin luasnya bukaan lahan akibat eksploitasi. Hal ini berakibat pada semakin menurunnya kualitas lingkungan perairan pesisir di Kecamatan Pomalaa yang secara langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat utamanya nelayan. Sistem penambangan yang diterapkan pada perusahaan penambangan nikel Pomalaa adalah sistem tambang terbuka (open cut mining). Kelemahan utama dari sistem tambang terbuka adalah besarnya volume material. Akibatnya adalah akan memberikan dampak negatif pada siklus hidrologi, peningkatan erosi tanah dan sedimentasi, penurunan kualitas air serta gangguan terhadap biota perairan.

Karena aktivitas penambangan nikel di Pomalaa masih terus berlanjut dalam 30 tahun mendatang, maka dalam kerangka inilah penelitian ini dilakukan. Aktivitas penambangan bagaimanapun juga merupakan sumber devisa bagi negara, tetapi sedapat mungkin keberadaanya tidak merugikan masyarakat yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, agar aktivitas pertambangan terus berlanjut dan kegiatan masyarakat nelayan juga tidak terganggu, maka diperlukan langka-langkah strategis dalam pengembangan masyarakatnya.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah menyusun strategi pengembangan masyarakat pesisir di kawasan tambang nikel Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka rumusan tujuan operasionalnya adalah: 1) Menganalisis karakteristik dan kondisi eksisting lingkungan perairan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara, 2) Menganalisis status mutu perairan, besarnya beban pencemaran dan kapasitas asimilasi perairan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara, 3) Menganalisi tingkat pengelolaan perairan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara, 4) Menganalisis potensi dan sektor unggulan perikanan yang menjadi penggerak utama perekonomian masyarakat, 5) Menentukan strategi pengembangan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik lingkungan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan, berupa hasil pengukuran, pengambilan sampel, pengisian kuesioner dan hasil observasi lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya seperti dokumen, peraturan dan laporan hasil penelitian yang terkait dengan topik penelitian.

(5)

Pomalaa adalah ikan lele dan udang vaname. Sementara ikan mas, teripang, kerapu dan bandeng merupakan komoditas andalan yang berpeluang menjadi komoditas unggulan.

Dengan analisis AHP, penyusunan strategi pengembangan masyarakat pesisir di Kawasan Tambang Nikel Pomalaa dikembangkan dari isu-isu strategis yang dikaji dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan dimensi kelembagaan serta melibatkan berbagai stakeholders yaitu pemerintah daerah, perusahaan pertambangan, LSM, perguruan tinggi serta masyarakat. Hasilnya adalah pada pada level aktor, urutan skala prioritasnya adalah perusahaan tambang, pemerintah daerah, masyarakat, LSM dan perguruan tinggi. Pada level faktor, dimensi ekologi menempati prioritas utama yang diikuti oleh dimensi teknologi, ekonomi, kelembagaan dan sosial. Sementara pada level strategi, pengendalian pencemaran menjadi strategi prioritas utama yang diikuti oleh akses terhadap sumberdaya modal dan sumberdaya, penguatan kelembagaan, penanganan konflik dan revitalisasi checkdam.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)
(8)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT PESISIR

DI KAWASAN TAMBANG NIKEL POMALAA

SULAWESI TENGGARA

H A M Z A H

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Penguji luar komisi pada ujian tertutup : 1. Prof Dr Ir Suprihatin DiplEng 2. Dr Ir Widiatmaka DEA

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas kasih dan sayang-Nya sehingga penulisan diserasi dengan judul “Pengembangan Masyarakat Pesisir Lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara” dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr Ir Hefni Effendi MPhil sebagai ketua komisi pembimbing, Ibu Dr Ir Etty Riani MS, Bapak Dr Ir Saharuddin MS dan Ibu Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti sebagai anggota Komisi Pembimbing atas curahan waktu, perhatian, motivasi dan pikiran dalam menyelesaikan disertasi ini.

2. Bapak Prof Dr Ir Cecep Kusmana MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan beserta staf atas bimbingan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

3. Bapak Prof Dr Ir Suprihatin DiplEng dan Bapak Dr Ir Widiatmaka DEA selaku penguji luar komisi pada ujian tertutup dan ujian terbuka atas segala saran dan masukan untuk kesempurnaan disertasi ini.

4. Bapak Alm. Burhan SPd MPd dan Ibu Tity Ilminah SPd MPd selaku pimpinan di unit kerja SMP Negeri 2 Samaturu Kabupaten Kolaka atas segala motivasi, doa dan kebesaran hati dalam mengizinkan penulis untuk melanjutkan pendidikan. Kepada teman-teman staf pengajar di SMP Negeri 2 Samaturu saya juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dalam menyelasaikan segala urusan adminstrasi kepegawaian selama penulis menempuh pendidikan.

5. Terimakasih yang tak terhingga kepada Ibunda Alm Wa Muha dan Alm Wa Ema. Doaku untukmu selalu, segalanya, selamanya. Kepada Bapak La Ndaga, Bapak Abdullah B, Kakak Sadaria, Laode Galimu, Yusuf, Hermin, Wa Kaba, SPd, Drs Amiluddin. Kepada adik Laode Irdat, SSos, Ade Irma, Agiando SHut, Waode Sitti Saharia AmKl, Brigadir Hasim, Waode Muliana SKM, Brigadir Mahmut, Waode Asmaryati SPd serta segenap keluarga atas segala doa, dukungan dan motivasi yang tiada henti selama penulis menempuh studi. 6. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan tahun 2010 Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan atas kebersamaan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran senantiasa diharapkan. Akhirnya, semoga karya ini dapat bermanfaat dan hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga amal dan ibadah kita senantiasa mendapat ridho-Nya, Amin.

Bogor, Januari 2016

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Pemikiran ... 4

Novelity Penelitian ... 6

2. KARAKTERISTIK DAN KONDISI EKSISTING KAWASAN PESISIR LOKASI TAMBANG NIKEL POMALAA Pendahuluan ... 6

Metodologi ... 7

Jenis dan Sumber Data ... 7

Metode Analisis Data ... 7

Hasil dan Pembahasan ... 12

Iklim ... 12

Curah Hujan ... 13

Oceanografi ... 15

Batimetri ... 16

Arus dan Pasang Surut ... 16

Gelombang ... 21

Topografi ... 22

Geologi ... 24

Tanah ... 25

Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 26

Tata Guna Lahan ... 28

Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 30

Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 30

Fasilitas Pendidikan ... 32

Fasilitas Sosial ... 33

Peraturan dan Kelembagaan ... 33

Simpulan ... 36

3. BEBAN PENCEMARAN DAN KAPASITAS ASIMILASI PERAIRAN PESISIR DI KAWASAN TAMBANGAN NIKEL POMALAA Pendahuluan ... 36

Metodologi ... 38

(13)

Metode Pengambilan dan Analisis Sampel Air ... 38

Metode Analisis Data ... 39

Hasil dan Pembahasan ... 41

Beban Pencemaran ... 40

Kapasitas Asimilasi ... 42

Simpulan ... 43

4. KAJIAN TINGKAT PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR LOKASI PERTAMBANGAN NIKEL POMALA Pendahuluan ... 43

Metodologi ... 45

Jenis dan Sumber Data ... 45

Metode Pengumpulan Data ... 45

Metode Analisis Data ... 46

Hasil dan Pembahasan ... 56

Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekologi ... 56

Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekonomi ... 61

Analisis Keberlanjutan Dimensi Sosial ... 63

Analisis Keberlanjutan Dimensi Teknologi ... 66

Analisis Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan ... 69

Analisis Prospektif ... 71

Simpulan ... 72

5. KOMODITAS UNGGULAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN MASYARAAKAT KAWASAN PESISIR DI KAWASAN TAMBANG NIKEL POMALAA Pendahuluan ... 73

Metodologi ... 75

Lokasi Penelitian ... 75

Jenis dan Sumber Data ... 75

Metode Analisis Data ... 75

Hasil dan Pembahasan ... 77

Potensi Sumberdaya Perikanan ... 77

Analisis Sektor Unggulan ... 84

Simpulan ... 86

6. STRATEGI PENGEMBANGAN MASYARAKAT PESISIR DI KAWASAN TAMBANG NIKEL POMALAA SULAWESI TENGGARA Pendahuluan ... 87

Metodologi ... 87

Jenis dan Sumber Data ... 87

Metode Analisis Data ... 88

Hasil dan Pembahasan ... 89

Isu-isu Strategis ... 89

Analisis Strategi Pengembangan Masyarakat ... 91

(14)

7. PEMBAHASAN UMUM

Pengelolaan Perairan Pesisir Lokasi Pertambangan Nikel ... 96

Pemeliharaan Sungai ... 98

Pengembangan Sektor Unggulan Perikanan Budidaya Sebagai Alternatif Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 99

8 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 100

Saran ... 101

PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber data karakteristik dan kondisi kawasan pesisir lokasi Tambang Nikel Pomalaa ... 7

2 Metode analisis data ... 8

3 Wilayah pasang surut di Kecamatan Pomalaa ... 21

4 Luas topografi di Kecamatan Pomalaa ... 22

5 Formasi geologi di Kecamatan Pomalaa ... 23

6 Klasifikasi tanah di Kecamatan Pomalaa ... 25

7 Luas penggunaan/penutupan lahan di Kecamatan Pomalaa ... 28

8 Luas wilayah Kecamatan Pomalaa menurut desa/kelurahan ... 30

9 Penduduk Kecamatan Pomalaa menurut desa/kelurahan ... 31

10 Kepadatan penduduk Kecamatan Pomalaa tahun 2013 ... 32

11 Jumlah sekolah, guru dan murid menurut jenjang pendidikan di Kecamatan Pomalaa...32

12 Fasilitas sosial di wilayah Kecamatan Pomalaa ... 33

13 Daftar peraturan dan kelembagaan yang berperan dalam pengelolaan perairan pesisir kawasan Pertambangan Nikel Pomalaa ... 34

14 Alat dan metode analisis pengukuran karakteristik fisika-kimia air ... 39

15 Beban pencemar yang masuk ke perairan ... 40

16 Hubungan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi ... 42

17 Jenis dan sumber data kajian tingkat pengelolaan perairan pesisir kawasan Pertambangan Nikel Pomalaa ... 45

18 Metode pengumpulan data ... 46

19 Metode analisis data ... 47

20 Dimensi keberlanjutan ekologi ... 49

21 Dimensi keberlanjutan ekonomi ... 50

22 Dimensi keberlanjutan sosial ... 51

23 Dimensi teknologi ... 52

24 Dimensi keberlanjutan kelembagaan ... 53

25 Kategori indeks keberlanjutan ... 54

(15)

27 Klasifikasi subsektor berdasarkan nilai LQ dan DLQ ... 77

28 Potensi sumber daya perikanan dan tingkat pemanfaatannya di Kabupaten Kolaka Tahun 2014...78

29 Hasil analisis LQ sektor dan subsektor perikanan di Kecamatan Pomalaa periode tahun 2007-2014. ... 85

30 Hasil analisis LQ dan DLQ komoditas subsektor perikanan di Kecamatan Pomalaa periode tahun 2007-2014 ... 85

31 Klasifikasi sektor berdasarkan nilai LQ dan SLQ di Kecamatan Pomalaa... 86

32 Skala penilaian AHP ... 89

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran ... 5

2 Tahapan analisis tutupan lahan dengan data citra (inderaja) ... 9

3 Diagram curah tahunan 2003-2013 ... 14

4 Diagram rata-rata curah hujan bulanan 2003-2013 ... 14

5 Diagram hari hujan tahunan 2003-2013 ... 15

6 Peta batimetri perairan pesisir Kecamatan Pomalaa ... 16

7 Pola arus hasil simulasi menuju pasang pada musim barat... 17

8 Pola arus hasil simulasi saat pasang pada musim barat ... 18

9 Pola arus hasil simulasi menuju surut pada musim barat ... 18

10 Pola arus hasil simulasi saat surut pada musim barat ... 19

11 Pola arus hasil simulasi menuju pasang pada musim timur ... 19

12 Pola arus hasil simulasi saat pasang pada musim timur ... 20

13 Pola arus hasil simulasi menuju surut pada musim timur ... 20

14 Pola arus hasil simulasi saat surut pada musim timur ... 21

15 Peta topografi Kecamatan Pomalaa ... 23

16 Peta geologi Kecamatan Pomalaa ... 24

17 Peta jenis tanah Kecamatan Pomalaa ... 25

18 Peta DAS Kecamatan Pomalaa ... 27

19 Peta tutupan lahan Kecamatan Pomalaa ... 29

20 Peta adminitrasi Kecamatan Pomalaa ... 31

21 Grafik pengaruh dan ketergantungan variabel ... 55

22 Status keberlanjutan dimensi ekologi... 57

23 Leverage atribute dimensi ekologi ... 58

24 Peta blok Izin Usaha Pertambangan Nikel Pomalaa ... 60

25 Status keberlanjutan dimensi ekonomi... 61

26 Leverage atribute dimensi ekonomi ... 62

27 Status keberlanjutan dimensi sosial ... 64

28 Leverage atribute dimensi sosial ... 65

29 Status keberlanjutan dimensi teknologi ... 66

30 Leverage atribute dimensi teknologi ... 67

31 Status keberlanjutan dimensi kelembagaan ... 69

32 Leverage atribute dimensi kelembagaan ... 70

(16)

34 Luas area budidaya perikanan pada kawasan pesisir Kecamatan

Pomalaa ... 78

35 Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) di Kecamatan Pomalaa ... 79

36 Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) budidaya laut di Kecamatan Pomalaa ... 79

37 RTP nelayan di Kecamatan Pomalaa berdasarkan skala usaha ... 80

38 Produksi perikanan pada di Kecamatan Pomalaa ... 81

39 Produksi tambak di Kecamatan Pomalaa ... 81

40 Produksi kolam di Kecamatan Pomalaa ... 82

41 Produksi budidaya laut (teripang, ikan kerapu) di Kecamatan Pomalaa ... 83

42 Produksi rumput laut di Kecamatan Pomalaa ... 84

43 Struktur hirarki pengembangan masyarakt pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa ... 93

44 Hasil analisis AHP mengenai aktor pengembangan masyarakat pesisir Pomalaa ... 94

45 Hasil analisis AHP mengenai faktor pengembangan masyarakat pesisir Pomalaa ... 95

46 Hasil analisis AHP mengenai strategi pengembangan masyarakat pesisir Pomalaa... 96

DAFTAR LAMPIRAN

1 RapEst dimensi ekologi ... 109

2 RapEst dimensi ekonomi ... 110

3 RapEst dimensisosial ... 111

4 RapEst dimensi kelembagaan ... 112

5 RapEst dimensi teknologi ... 113

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak dihasilkan di Indonesia dan berada di urutan keempat sebagai produsen nikel dunia setelah Australia, Kanada dan New Caledonia. Keempat negara ini menguasai sekitar 65% permintaan nikel dunia, sedangkan Indonesia sendiri menyumbang sekitar 8,6%. Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. Aneka Tambang (ANTAM) dan PT. Inco (INCO). Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (2013), Indonesia saat ini memiliki cadangan nikel 3,2 miliar ton dan menurut perkiraan, cadangan nikel Indonesia masih bisa digali hingga 50 tahun ke depan.

Dalam dekade terakhir, permintaan nikel dunia meningkat dari 1.104 juta ton di tahun 2001 menjadi 1.572 juta ton di tahun 2011, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 4,2%. Permintaan ini mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, salah satu daerah penghasil nikel adalah Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Hingga saat ini terdapat dua perusahaan raksasa yang melakukan operasi penambangan nikel Pomalaa yaitu PT. Aneka Tambang UBPN Sulawesi Tenggara dan PT. INCO serta beberapa perusahaan swasta berskala kecil. Sebagai dampak permintaan nikel di pasar global yang semakin meningkat, menyebabkan perusahaan-perusahaan penambangan nikel di Pomalaa juga berlomba-lomba meningkatkan produksi. Akibatnya, pembukaan lahan semakin masif dilakukan.

Disamping pertambangan sebagai penggerak utama ekonomi masyarakat, Kecamatan Pomalaa juga terkenal sebagai sentra produksi budidaya perikanan yang potensial. Perkembangan produksi berbagai jenis komoditi perikanan tersebut secara statistik mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Minat masyarakat mengelola sektor perikanan dan kelautan selalu berhadapan dengan semakin masifnya aktivitas penambangan dan pembukaan lahan pertambangan yang berdampak pada semakin tingginya sedimentasi dikawasan pesisir. Berdasarkan laporan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Sulawesi Tenggara tahun 2009, akibat semakin luasnya bukaan lahan tambang, menyebabkan semakin tingginya sedimentasi di kawasan pesisir. Menurut hasil analisis yang telah dilakukan, sedimentasi lumpur tambang yang masuk melalui sungai-sungai di perairan laut Pomalaa menyumbang 1.330.281 m3/tahun dengan laju pendangkalan 0,507 m/tahun. Prediksi tahun 2019 mendatang, kontur kedalaman 1-3 meter bakal berubah menjadi daratan seluas 923,4 hektar. Sehingga luas perairan Pomalaa pada saat itu tinggal 197,1 hektar. Menurut Widiatmaka et al., (2010), berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan metode USLE besarnya erosi tanah pada pada beberapa titik di lokasi pertambangan nikel Pomalaa telah berada pada ambang batas kategori berat.

(18)

tercemar sampai pada tingkat beracun bagi organisme perairan. Menurut Hamzah (2009), berdasarkan hasil pengujian berbagai parameter kualitas air seperti total suspended solid (TSS), besi (Fe), seng (Zn), khrom (Cr), timbal (Pb) dan nikel (Ni), ditemukan bahwa kosentrasi beban pencemar telah melampaui batas kapasitas asimilasinya.

Secara teknis, aktivitas tambang yang ada di Kecamatan Pomalaa terdiri dari dua kegiatan yaitu penambangan dan pengolahan. Proses pengolahan menghasilkan limbah padat berupa slag (terak) dan limbah cair berupa air pendingin slag dan limbah minyak. Slag adalah residu/limbah yang berupa gumpalan padat yang terdiri dari mineral-mineral yang merupakan agregat sisa hasil buangan dari pembakaran dapur listrik. Menurut Widiatmaka (2010) dari dua jenis terak feronikel yaitu terak tanur listrik didominasi oleh Si dan Mg dan terak tanur pengubah didominasi oleh Fe, Ca, dan Si. Bila dibandingkan dengan terak baja, terak feronikel (terak tanur listrik) mengandung lebih banyak Si dan Mg, tetapi mengandung lebih sedikit Ca, Fe, P, dan Mn.

Dalam hal penambangan karena sifatnya open cut mining, maka keberadaan volume material tanah dan batuan (overburden) akan sangat mempengaruhi kondisi ekologi daerah sekitarnya. Hal ini akan semakin parah apabila terjadi hujan lebat karena material tersebut akan tererosi dan masuk ke laut sehingga dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi serta perubahan kualitas air laut pada wilayah pesisir (Arsyad, 2010).

Perumusan Masalah

Sistem penambangan yang diterapkan pada perusahaan penambangan nikel Pomalaa adalah sistem tambang terbuka (open cut mining). Kelemahan utama dari sistem tambang terbuka adalah besarnya volume material. Akibatnya adalah akan memberikan dampak negatif pada siklus hidrologi, peningkatan erosi tanah dan sedimentasi, penurunan kualitas air serta gangguan terhadap biota perairan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2014, Kecamatan Pomalaa termasuk dalam kategori iklim basah, dimana curah hujannya lebih dari 2000 mm pertahun. Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi, apalagi lokasi pertambangan nikel Pomalaa berada pada wilayah berbukit dengan ketinggian antara 100 - 600 m d.p.l dengan kemiringan lahan antara 15 - 40 derajat.

(19)

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, pada saat hujan biasanya air yang melalui sungai-sungai berwarna pekat kemerah-merahan. Keadaan ini terjadi hampir di sepanjang pesisir laut Kecamatan Pomalaa. Kuat dugaan bahwa material yang terbawa bersama air tersebut berasal dari penumpukan overburden sisa aktivitas penambangan dan input limbah proses peleburan logam nikel (slag, oli bekas dan air pendingin slag) serta adanya input limbah domestik yang masuk ke perairan pesisir melalui sungai dan air limpasan permukaan di sekitar lokasi pertambangan. Karena limbah-limbah tersebut mengandung zat-zat berbahaya dan terakumulasi, maka apabila air tersebut masuk ke dalam tambak, dapat mengakibatkan peluang terjadinya kematian mendadak pada ikan yang ada di dalamnya. Demikian juga yang terjadi dengan budidaya teripang dan rumput laut. Faktor lain yang menyebabkan produksi budidaya komoditas perikanan di Kecamatan Pomalaa adalah pemilihan/penempatan lokasi budidaya yang tidak tepat. Hampir semua lokasi budidaya yang diusahakan nelayan selalu berada dalam jangkauan air keruh berwarnah coklat pekat kemerahan. Pemilihan lokasi hanya berdasarkan kebiasaan tanpa memperhitungkan faktor kerentanan/resiko lokasi apabila terjadi berbagai kondisi alam yang sifatnya tidak menentu.

Kondisi-kondisi tersebut di atas tentu saja dapat berpengaruh pada masyarakat setempat terutama masyarakat yang bermata pencaharian utama sebagai nelayan tangkap tradisional dan nelayan budidaya. Berdasarkan kondisi yang digambarkan di atas, maka untuk terarahnya penelitian ini perlu dirumuskan masalah yang akan menjadi obyek kajian yaitu:

1. Bagaimana kondisi eksisting lingkungan perairan pesisir di lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

2. Bagaimana besarnya beban pencemaran dan kapasitas asimilasi perairan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

3. Bagaimana tingkat pengelolaan perairan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

4. Bagaimanan potensi perikanan dan komoditas apa yang menjadi sektor unggulan perikanan penggerak ekonomi masyarakat pesisir di lokasi pertambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

5. Bagaimana strategi pengembangan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik lingkungan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan yang disampaikan sebelumnya, maka tujuan utama dari penelitian adalah menyusun strategi pengembangan masyarakat pesisir di kawasan tambang nikel Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Adapun rumusan tujuan operasionalnya adalah:

1. Menganalisis karakteristik dan kondisi eksisting lingkungan perairan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

2. Menganalisis besarnya beban pencemaran dan kapasitas asimilasi perairan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

(20)

4. Menganalisis potensi dan sektor unggulan perikanan yang menjadi penggerak utama perekonomian masyarakat.

5. Menentukan strategi pengembangan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik lingkungan pesisir lokasi penambangan nikel Pomalaa-Sulawesi Tenggara.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Kolaka dan perusahaan-perusahaan pertambangan nikel dalam merencanakan program pengembangan masyarakat serta menyelesaikan permasalahan lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat disekitar perusahaan.

Kerangka Pemikiran

Sebagaimana diuraikan pada bagian latar belakang, bahwa secara statistik permintaan nikel dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini memicu perusahaan-perusahaan penambangan nikel berlomba melakukan peningkatan produksi. Demikian juga halnya dengan perusahaan penambangan nikel yang beroperasi di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

(21)

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Dampak pada lingkungan pesisir:

• Perubahan ekologi

• Sedimentasi

• Perubahan kualitas air

• Menurunya produktivitas perairan khususnya perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

Dampak sosial ekonomi

• Perubahan pola mata pencaharian.

• Pendapatan masyarakat

• Konflik kepentingan

Degradasi Sumberdaya

Metode Tambang

Terbuka

Permintaan Nikel Dunia

AKTIFITAS PERTAMBANGAN

- - Produktifitas Ditingkatkan.

- - Pembukaan Lahan Masif.

Hasil dan arahan:

Pengembangan masyarakat yang berkelanjutan di kawasan pesisir lokasi tambang nikel Pomalaa berbasis kondisi eksisting dengan mempertimbangkan aspek ekologi,

ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan

Kondisi Eksisting

Isu-Isu Strategis Analisis

Kondisi Eksisting

Analisis Beban Pencemaran Dan Kapasitas

Asimilasi

Analisis Tingkat Keberlanjutan

Pengelolaan

Analisis Prespektif

Analisis Potensi dan Sektor

Unggulan

(22)

Novelty Penelitian

Kebaharuan dari penelitian ini terletak pada keluaran penelitian yaitu berupa strategi pengembangan masyarakat pesisir pada lokasi tambang nikel. Bentuknya berupa konsep rancangan strategi pengembangan masyarakat secara berkelanjutan dengan mengkaji aspek lingkungan, sosial ekonomi, dan kelembagaan yang disinergikan dengan aspek beban pencemaran dan kesesuian perairan secara holistik dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders).

2 KARAKTERISTIK DAN KONDISI EKSISTING

KAWASAN PESISIR LOKASI TAMBANG NIKEL POMALAA

Pendahuluan

Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP-PK) Pasal 1 Ayat (2) pengertian wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Selanjutnya, pada pasal 2 disebutkan bahwa: ”Ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut di ukur dari garis pantai”. Ruang lingkupnya meliputi daerah pertemuan antara pengaruh perairan dan daratan, ke arah daratan mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. Definisi wilayah pesisir seperti di atas memberikan pengertian bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Secara prinsip ekosistem pesisir mempunyai empat fungsi pokok bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai penyedia sumberdaya alam, penerima limbah, penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, dan penyedia jasa-jasa kenyamanan. Terkait fungsinya sebagai tempat penampung limbah, ekosistem pesisir memiliki kemampuan terbatas yang sangat tergantung pada volume dan jenis limbah yang masuk. Apabila limbah tersebut melampaui kemampuan asimilasi perairan pesisir, maka kerusakan ekosistem dalam bentuk pencemaran akan terjadi.

Di sisi lain, perairan pesisir juga sangat rentang terhadap pencemaran, baik yang bersumber dari daratan maupun yang berasal dari laut, terbawa melalui pasang. Tekanan terhadap perairan pesisir akibat limbah yang berasal dari buangan aktivitas rumah tangga (limbah organik dan limbah anorganik), aktivitas industri (limbah organik, anorganik, limbah air panas dan limbah B3), aktivitas pertanian dan pertambakan (pestisida dan sedimentasi) dan berbagai aktivitas domestik lainnya, akan memberikan tekanan secara langsung terhadap perairan estuaria dan sumberdaya di dalamnya.

(23)

implementasi pengembangan masyarakat. Kondisi eksisting yang akan dikaji dalam bab ini meliputi klimatologi dan oceanografi, Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tutupan lahan, demografi dan kependudukan (sosial ekonomi) serta kondisi eksisting peraturan dan kelembagaan.

Metodologi

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam kajian karakteristik dan kondisi eksisting kawasan pesisir lokasi tambang nikel Pomalaa, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan, berupa hasil pengukuran, pengambilan sampel, pengisian kuesioner dan hasil observasi lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya seperti dokumen, peraturan dan laporan hasil penelitian yang terkait. Jenis dan sumber data yang diperlukan lebih rinci disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data karakteristik dan kondisi kawasan pesisir lokasi tambang nikel Pomalaa

Aspek kajian Variabel Jenis data Sumber data Klimatologi

DAS, vegetasi, tata guna lahan

Jumlah penduduk Data sekunder BPS Kab. Kolaka Fasilitas pendidikan Data sekunder

Fasilitas ekonomi Data sekunder Fasilitas sosial Data sekunder Peraturan dan

kelembagaan

Peraturan pengelolaan Data sekunder Bappeda Kab. Kolaka Kelembagaan pengelola Data sekunder Bappeda Kab. Kolaka

Metode Analisis Data

(24)

Tabel 2 Metode analisis data

Tujuan Variabel Metode Analisis Output Analisis

Kajian kondisi

- Analisis SIG Deskriptif topografi, geologi, tanah,DAS,

Jumlah penduduk - Analisis deskriptif Fasilitas ekonomi - Analisis

deskriptif sosial pada 13 desa/ kelurahan

Analisis kondisi eksisting Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tutupan lahan dilakukan dengan pendekatan metode survei (ground check point/GCP) dan analisis sistem informasi geografis (SIG). Data tutupan lahan diperoleh dari akuisisi citra satelit (inderaja) Landsat 8 TM Path 113 Row 063 wilayah Kabupaten Kolaka tahun 2014.

Tahapan operasional analisis SIG sebagai berikut:

a. Pemulihan citra (image restoration) merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra kedalam bentuk yang lebih mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik dan koreksi geometrik. b. Penajaman citra (image enhancement) kegiatan ini dilakukan sebelum

abstracts citra digunakan dalam analisis visual, dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai tahapan langkah ini banyak meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara beheld dari data citra. c. Klasifikasi citra (image classification) dilakukan dengan pendekatan

(25)

dilakukan setelah melakukan ground check dengan panduan titik-titik koordinat yang telah diperoleh dari lapangan.

d. Klasifikasi terbimbing (supervised classification) membagi data citra yang digunakan kedalam delapan kelas penutupan lahan yakni; permukiman, kawasan industri, lahan pertanian, areal pertambakan, mangrove, semak belukar, lahan terbuka dan perairan. Tampilan true colour digunakan kombinasi kanal 5,4 dan 2 untuk layer red, green dan blue. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam klasifikasi terbimbing dengan bantuan software Erdas Imagine 8.5 sebagai berikut (Gambar 2)

- Pengenalan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra dengan berpedoman titik kontrol yang diambil pada lokasi penelitian menggunakan GPS.

- Pemilihan daerah (training area) yang diidentifikasi sebagai satu tipe penutupan lahan berdasarkan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra.

- Proses klasifikasi citra yang dilakukan secara otomatis oleh komputer berdasarkan pola-pola spektral yang telah ditetapkan pada saat proses pemilihan lokasi.

- Menggabungkan daerah-daerah yang memiliki tipe penutupan lahan yang sama (recode).

- Pengkoreksian citra hasil klasifikasi dengan membandingkannya dengan citra sebelum diklasifikasi.

Gambar 2 Tahapan analisis tutupan lahan dengan data citra (inderaja)

Jumlah Penduduk

Deskripsi jumlah penduduk dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kepadatan penduduk di wilayah penelitian. Kepadatan penduduk merupakan gambaran jumlah/rata-rata penduduk yang mendiami suatu wilayah per satuan luas

Citra Komposit (RGB: 542)

Penentuan Training Sampel

Uji keterpisahan masing-masing kelas

Klasifikasi Max Likelihood

Revisi Citra Hasil Klasifikasi

Peta Penutupan Lahan

Analisis Tutupan Lahan Data Lapangan

(26)

(km2). Kepadatan penduduk yang dianalisis dalam penelitian adalah kepadatan penduduk aritmatika yaitu kepadatan penduduk yang digambarkan dari jumlah penduduk rata-rata per satuan luas (km2) dari suatu wilayah/daerah tanpa memperhitungkan kualitas daerah maupun kualitas penduduk. Analisis kepadatan penduduk di wilayah penelitian dilakukan dengan pendekatan metode studi literatur dan analisis deskriptif.

1. Studi literatur (desk study)

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data jumlah penduduk dan luas wilayah pada tiga belas wilayah kelurahan yang merupakan wilayah administratif yang berada disekitar Kecamatan Pomalaa. Analisis kepadatan penduduk dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tingkat kepadatan penduduk disetiap wilayah administratif tersebut, sehingga akan diperoleh gambaran besaran tekanan terhadap sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan yang akan terjadi. Sumber data jumlah penduduk dan luas wilayah administratif diperoleh dari BPS Kabupaten Kolaka tahun 2014.

2. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis statistik sederhana yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan, gejala, atau persoalan yang ada dari suatu data. Analisis deskriptif untuk kepadatan penduduk dilakukan untuk melihat tingkat kepadatan penduduk pada 13 desa/kelurahan yang terdapat di Kecamatan Pomalaa. Persamaan analisis kepadatan penduduk sebagai berikut:

KP = Kepadatan penduduk kelurahan (i)

P = Jumlah penduduk kelurahan (i)

A = Luas wilayah administratif kelurahan (i)

Hasil analisis akan diperoleh gambaran kepadatan penduduk kelurahan (i) yang selanjutnya akan menjadi indikator tingkat kepadatan penduduk di wilayah tersebut.

Fasilitas Pendidikan

Analisis fasilitas pendidikan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang jumlah sarana pendidikan yang tersedia di suatu wilayah. Dalam penelitian ini, analisis fasilitas pendidikan dilakukan dengan pendekatan metode studi literatur dan analisis deskriptif.

1. Studi literatur (desk study)

(27)

2. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat pendidikan pada 13 wilayah kelurahan yang terdapat di Kecamatan Pomalaa. Pendekatan analisis yang dilakukan adalah membandingkan antara jumlah fasilitas pendidikan antar wilayah. Wilayah yang memiliki fasilitas pendidikan yang banyak memberikan indikasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lebih baik. Hal tersebut dipahami bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan ruang bagi pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, terutama dalam sosialisasi pengelolaan dan pengendalian pencemaran lingkungan.

Fasilitas Ekonomi

Analisis fasilitas ekonomi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang jumlah sarana ekonomi yang tersedia di suatu wilayah. Dalam penelitian ini, analisis fasilitas ekonomi dilakukan dengan pendekatan metode studi literatur dan analisis deskriptif.

1. Studi literatur (desk study)

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data fasilitas ekonomi pada 13 desa/kelurahan yang merupakan wilayah adminitratif Kecamatan Pomalaa. Sumber data jumlah sarana pendidikan diperoleh dari BPS Kabupaten Kolaka tahun 2014.

2. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi ekonomi dari aspek sarana pada 13 desa/kelurahan yang terdapat di Kecamatan Pomalaa. Pendekatan analisis yang dilakukan adalah membandingkan antara jumlah fasilitas ekonomi antar wilayah. Wilayah yang memiliki fasilitas ekonomi yang banyak memberikan indikasi ketergantungan terhadap sumberdaya alam (eksploitasi) akan semakin rendah, dimana banyak terdapat pilihan dalam mata pencaharian seperti berdagang. Namun disisi lain, keberadaan sarana ekonomi yang banyak juga menjadi sumber tekanan terhadap lingkungan berupa limbah yang dihasilkan apabila tidak dikelola dengan baik akan langsung masuk ke perairan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa.

Fasilitas Sosial

Analisis fasilitas sosial dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang jumlah sarana sosial yang tersedia di suatu wilayah. Dalam penelitian ini, analisis fasilitas sosial dilakukan dengan pendekatan metode studi literatur dan analisis deskriptif.

1. Studi literatur (desk study)

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data fasilitas sosail pada 13 (tiga belas) desa/kelurahan yang merupakan wilayah adminitratif Kecamatan Pomalaa. Sumber data jumlah sarana pendidikan diperoleh dari BPS Kabupaten Kolaka tahun 2014.

2. Analisis deskriptif

(28)

pertambangan nikel Pomalaa. Pendekatan analisis yang dilakukan adalah membandingkan antara jumlah fasilitas sosial antar wilayah. Wilayah yang memiliki fasilitas sosial yang banyak memberikan indikasi peluang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lebih baik, dengan semakin banyaknya media/wadah sosialisasi bagi masyarakat. Sosialisasi pengelolaan yang baik, akan mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.

Peraturan dan Kelembagaan

Analisis peraturan dan kelembagaan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang keberadaan peraturan dan kelembagaan pengelola dan pemanfaat sumberdaya alam dan lingkungan perairan kawasan pesisir lokasi pertambangan serta sejauh mana efektivitas peraturan dan fungsi kelembagaan yang ada tersebut. Analisis dilakukan pendekatan metode studi literatur dan analisis deskriptif. 1. Studi literatur (desk study)

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data tentang peraturan dan kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan perairan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa. Data peraturan dan kelembagaan diperoleh dari instansi terkait dan hasil wawancara dengan masyarakat.

2. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peraturan yang berlaku serta sejauh mana efektivitasnya serta memberikan gambaran tentang fungsi dan peran kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan periaran pesisir Kecamatan Pomalaa. Selain itu diharapkan dapat diperoleh gambaran tingkat konflik dan hak kepemilikan (property right) yang terjadi. Ketiadaan dan tidak efektifnya peraturan dan kelembagaan yang ada akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengelolaan yang dilakukan.

Hasil Dan Pembahasan Iklim

Menurut World Meteorological Organization (WMO), iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata dan ragam unsur-unsur fisika atmosfer seperti suhu, presipitasi, kecepatan dan arah angin pada periode yang panjang yaitu mulai dari bulanan hingga ribuan atau jutaan tahun. Berdasarkan ketentuan WMO, dibutuhkan periode data selama 30 tahun untuk menganalisis dan menentukan iklim di wilayah studi. Akan tetapi, berdasarkan penelitian Coumou (2011), durasi data iklim selama 10 tahun dinilai cukup untuk menggambarkan kondisi iklim di daerah tropis karena fluktuasi iklim yang relatif homogen. Oleh karena itu, penggambaran kondisi iklim di Kecamatan Pomalaa yang terletak di Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara dapat menggunakan data unsur-unsur iklim selama sepuluh tahun.

(29)

dari Stasiun Meteorologi Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan data klimatologi berupa curah hujan dan suhu, maka sistem klasifikasi iklim yang tepat di menggambarkan kondisi iklim di wilayah Kecamatan Pomalaa adalah klasifikasi iklim menurut Koppen. Berdasarkan data iklim berupa suhu udara dari curah huian, diketahui bahwa suhu udara rata-rata bulanan di lokasi-studi adalah 27,8 0C dengan suhu maksimum bulanan 31,4 0C dan suhu minimum bulanan 25,9 0C kemudian data curah hujan (CH) tahunan di lokasi penelitian mencapai 2.735 mm dan terdapat kecenderungan panjang musim kering yang jelas walaupun diperiode yang pendek. Dengan demikian, curah hujan di wilayah studi dapat digolongkan ke dalam klasifikasi iklim monsun tropis (Af) menurut klasifikasi iklim Koppen atau tipe iklim B menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson. Kondisi iklim Af di lokasi penelitian mengindikasikan wilayah dengan unsur iklim yang cenderung stabil dan basah karena jumlah bulan kering relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah bulan basah.

Curah Hujan

Data curah hujan selama periode 11 tahun (2003 - 2013) yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Pomalaa. Curah hujan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 1.482 mm dan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan tinggi curah hujan 3.951,8 mm (Gambar 3). Fluktuasi tinggi curah hujan tahunan tersebut sejalan dengan adanya fenomena ENSO di Samudera Pasifik sebagaimana dijelaskan oleh NOAA (2013) yang menyatakan bahwa tahun 2004 terjadi El Nino lemah (weak El Nino) dan pada tahun 2010 terjadi La Nina kuat (strong La Nina). Dengan kecenderungan fluktuasi curah hujan tahunan di Kacamatan Pomalaa yang sejalan dengan kejadian ENSO, mengindikasikan bahwa tinggi curah hujan, tahunan tersebut dipengaruhi oleh fenomena ENSO (El-Nino Southern Oscillation). Berdasarkan definisinya ENSO merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara antara Kepulauan Tahiti dan Kepulauan Darwin yang mengakibatkan terjadinya penurunan/peningkatan curah hujan pada wilayah tertentu. Pada kejadian El Nino, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami kekeringan, sebaliknya pada kejadian La Nina, sebagian wilayah Indonesia akan mengalami peningkatan intensitas curah hujan.

(30)

Sumber : BMKG Stasiun Pomalaa Tahun 2014

Gambar 3 Diagram curah tahunan 2003-2013

Sumber : BMKG Stasiun Pomalaa Tahun 2014

Gambar 4 Diagram rata-rata curah hujan bulanan 2003-2013

Berdasarkan pola curah hujan bulanan di Kacamatan Pomalaa (Gambar 4) diketahui bahwa pola curah hujan di Kacamatan Pomalaa adalah pola hujan monsun dengan musim hujan terjadi pada bulan Oktober - Mei dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni - September. Pada musim hujan, terdapat kecenderungan tinggi curah hujan lebih dari 150 mm dan pada musim kemarau, terutama pada bulan Agustus dan September, tinggi curah hujan bulanan kurang dari 150 mm. Akan tetapi secara menyeluruh curah hujan di Kacamatan Pomalaa cenderung tinggi. Kondisi tersebut dapat berfungsi sebagai pencuci polutan melalui proses washing out atau rain out (Yurekli, 2008; Furlan, 2010; Weng, 2008).

2.154,2

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

mm/

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

mm/

b

u

la

(31)

Berdasarkan data jumlah hari hujan selama 12 tahun yang diperoleh dari BMKG Kecamatan Pomalaa, diketahui bahwa peningkatan curah hujan di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara berbanding linier dengan jumlah hari hujan di daerah tersebut. Puncak kejadian hujan terjadi pada tahun 2010 seiring dengan menguatnya kejadian La Nina di Samudera Pasifik. Menguatnya kejadian La Nina pada tahun 2010, meningkatkan peluang hari hujan di Kecamatan Pomalaa. Peningkatan jumlah hari hujan ini diiringi dengan peningkatan tinggi curah hujan sebesar 3.951,8 mm.

Pada dasarnya, jumlah hari hujan bulanan di Kecamatan Pomalaa pada tahun normal (tahun tanpa pengaruh ENSO dan variabilitas iklim lain) berkisar antara 0 sampai 25 hari, tetapi pada tahun 2010, terjadi peningkatan jumlah hari hujan dari bulan Januari hingga Desember. Peningkatan jumlah hari hujan yang signifikan terjadi pada bulan September. Pada bulan September 2010 jumlah hari hujan mencapai 23 hari dari jumlah hari hujan pada tahun normal di bulan September selama 12 hari (Gambar 5).

Sumber: BMKG Stasiun Pomalaa Tahun 2014

Gambar 5 Diagram hari hujan tahunan 2003-2013

Oseanografi

Lokasi penelitian terletak di pesisir Kecamatan Pomalaa yang disebut dengan nama Teluk Mekongga. Teluk Mekongga merupakan salah satu teluk yang berada di Teluk Bone. Teluk Mekongga merupakan perairan semi tertutup dengan kepala teluk (bay head) berada di sisi timur laut - timur sekitar daerah Kolaka dan Pomalaa, dan mulut teluk (bay mouth) berada di sisi barat daya - barat yang menghadap langsung dengan perairan Teluk Bone. Di sekitar mulut teluk terdapat beberapa pulau besar dan kecil, seperti Pulau Padamarang yang merupakan pulau paling besar, Pulau Maniang, Pulau Buaya, Pulau Lemo, Pulau Lima, Pulau Lambasina Besar dan Pulau Lambasina Kecil. Kondisi dan posisi pulau-pulau tersebut sangat berperan dalam dinamika gerak air laut di sekitar perairan Teluk Mekongga.

191

150

79

42

173 175 182 216

173

195 195

0 50 100 150 200 250

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

h

a

(32)

Batimetri

Teluk Mekongga terletak di sisi timur - tenggara Teluk Bone. Kedalaman rata-rata di Teluk Mekongga tidak lebih dari 50 m, kecuali di beberapa lokasi, seperti di Utara Pulau Padamarang yang kedalamannya mencapai 66 m. Pada Semakin keluar dari Teluk Mekongga, kedalaman laut semakin bertambah. Isodeth 200 m berada di luar pulau-pulau kecil yang membentengi garis pantai Kolaka dan Pomala kira-kira berjarak 17,3 mil laut dari garis pantai Pomalaa. Isodepth 1.000 m hanya berada sedikit lebih jauh, kira-kira 23,7 mil laut dari garis Pomalaa. Kedalaman semakin bertambah ketika mencapai titik terdalam dari Teluk Bone, yaitu sekitar 2.420 m di daerah mulut Teluk Bone (Gambar 6).

Selat-selat yang memisahkan pulau-pulau yang berada di Teluk Mekongga memiliki karakteristik sempit dan dalam. Dengan tipe pantai dengan slope yang tajam, kedalaman 20-30 m hanya berjarak kurang dari 2 mil laut dari garis pantai. Konfigurasi pulau-pulau dengan selat yang sempit dan dalam akan memberikan kontribusi fisik yang signifikan dalam perambatan pasut yang masuk ke dalam teluk melalui mulut teluk yang dalam dan lebar.

Sumber: PT ANTAM Tbk.

Gambar 6 Peta batimetri perairan pesisir Kecamatan Pomalaa

Arus dan Pasang-Surut

(33)

yang tertutup arus dominan dibangkitkan oleh pasang surut dan perbedaan densitas karena adanya muara sungai. Bentuk basin suatu perairan, baik teluk maupun selat akan menjadi faktor selanjutnya terhadap kecepatan arus. Pola arus yang terjadi di perairan pantai Pomalaa dapat diketahui dengan dua cara, pertama melakukan pengukuran arus di lapangan dengan menggunakan current meter. Kedua dengan membuat model arus yang dibuat berdasarkan masukan data batimetri, angin dan pasang surut yang terjadi di lokasi dan sekitarnya. Dalam penelitian ini, model arus yang digunakan mengacu pada hasil kajian Proyek Perluasan dan Modernisasi Pabrik Ferronikel Pomalaa tahun 2014.

Pada hasil model hidrodinamika atau model arus yang dibuat musim dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang memungkin sebagai penyebab perubahan pola arus yang terjadi, sehingga simulasi dibuat baik pada saat musim barat dan musim timur. Di setiap musim juga dilakukan skenario, yakni pola arus pada saat muka laut di titik MSL (Mean Sea Level) menuju pasang pada saat pasang saat muka laut di MSL menuju surut terendah.

Gambar 7 sampai Gambar 10 adalah hasil model arus yang dibuat pada musim barat ketika muka laut berada di titik MLR (Muka Laut Rata-rata) menuju ke titik pasang maksimum. Panel kanan bawah dari gambar tersebut menunjukkan vektor arus dan skala warna. Panel kanan atas adalah kecepatan dan arah arus pada titik A, tengah adalah kecepatan dan arah angin, dan berikutnya adalah fluktuasi muka laut atau pasut.

Pola arus pada musim barat menunjukkan massa air dari lepas pantai terlihat telah memasuki pantai. Pada lokasi di sekitar pulau-pulau kecil, pola arus terlihat termodifikasi oleh konfigurasi pulau-pulau tersebut. Pada lokasi tersebut, terlihat arus menyusur mengikuti bentuk garis pantai dan terlihat memiliki panjang vector yang lebih panjang bila dibandingkan dengan tempat yang lain. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kecepatan arus pada lokasi tersebut lebih kuat dibandingkan dengan area yang bukan selat dan lebih luas.

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

(34)

Ketika muka laut mencapai titik pasang tertinggi (Gambar 8), masih terlihat pola arus yang bergerak menuju ke pantai dan bergerak menyusuri pantai ke arah utara dengan kekuatan lebih kecil dibandingkan dengan ketika menjelang pasang.

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

Gambar 8 Pola arus hasil simulasi saat pasang pada musim barat

Ketika muka laut bergerak menuju surut pola gerakan arus secara total berbalik arah keluar teluk dan menjauhi pantai (Gambar 9). Bersama-sama dengan arus menuju surut yang ada di Teluk Bone, arus menuju surut di Teluk Mekongga bergerak menuju ke selatan. Kondisi serupa juga terjadi pada saat surut (Gambar 10), arus bergerak menuju timur, keluar Teluk Mekongga dengan kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan arus pada saat menuju surut.

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

(35)

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

Gambar 10 Pola arus hasil simulasi saat surut pada musim barat

Pola sebaran arus pada Musim Timur dapat dilihat pada Gambar 11 sampai Gambar 14. Berdasarkan simulasi model yang telah dilakukan untuk Musim Timur tersebut. Pola sebaran arus pada musim timur hampir sama dengan pola sebaran arus pada musim barat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa faktor utama yang membangkitkan arus di Teluk Mekongga adalah arus pasang surut. Meskipun dilakukan pada dua musim yang berbeda namun tidak terlihat faktor angin berperan secara signifikan. Lokasi Teluk Bone yang relatif terlindung dan adanya pulau-pulau kecil di mulut Teluk Mekongga menyebabkan faktor angin kecil sebagai pembangkit arus.

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

(36)

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

Gambar 12 Pola arus hasil simulasi saat pasang pada musim timur

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

(37)

Sumber: PT ANTAM Tbk Tahun 2014

Gambar 14 Pola arus hasil simulasi saat surut pada musim timur

Wilayah pasang surut terdapat pada wilayah-wilayah di pantai, yang tersebar di seluruh kecamatan wilayah utara dan selatan. Pada wilayah timur terletak di daerah pegunungan. Tipe pasang surut pada Perairan Pomalaa tergolong pada tipe campuran condong ke setengah harian. Oleh karena itu akan terjadi dua kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan periode yang berbeda. Pengaruh pasang surut dalam pengaliran air ke dalam dan luar drainase tidak terlalu signifikan dan perlu dipertimbangkan dengan baik dalam pemanfaatan air laut. Berdasarkan posisi terhadap garis pantai, beberapa desa/kelurahan yang berada pada wilayah pasang surut disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Wilayah pasang surut di Kecamatan Pomalaa

No. Nama Kelurahan / Desa Nama Kecamatan

1 Kel. Dawi-Dawi Pomalaa

2 Desa Hakatutobu Pomalaa

3 Desa Tambea Pomalaa

4 Desa Kumoro Pomalaa

5 Desa Sopura Pomalaa

6 Desa Totobo Pomalaa

Gelombang

(38)

teluk) dan juga di bagian tengah Teluk Mekongga terdapat barisan pulau-pulau kecil sehingga posisinya relatif terlindung. Berdasarkan data tersebut ketinggian gelombang rata-rata di Teluk Mekongga adalah <2 m (Antam, 2014). Pada saat angin Tenggara gelombang relatif lebih besar terjadi di perairan Teluk Bone dibandingkan dengan kondisi gelombang pada saat angin Barat Laut.

Topografi

Topografi atau bentuk wilayah di Kecamatan Pomalaa berdasarkan hasil analisis data Digital Elevation Models (DEM) terbagi atas enam satuan topografi yaitu antara datar (0-3%) sampai curam (45-65%). Kondisi topografi hasil pemetaan didominasi topografi berbukit yaitu seluas 6.456,9 ha (25,9%). Luas masing-masing kelas topografi disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 15.

Tabel 4 Luas topografi di Kecamatan Pomalaa

No Topografi Luas

Berdasarkan Gambar 15, dapat dilihat bahwa luasan wilayah topografi datar dengan kemiringan <3% mencapai 3.865 ha. Lahan dengan kemiringan ini tersebut sangat potensial jika dikembangkan sebagai kawasan budidaya tambak. Potensi ini sangat mungkin dikembangkan mengingat wilayah dengan kemiringan tersebut tidak masuk dalam wilayah blok tambang. Kemiringan lereng merupakan sudut antara bidang datar permukaan bumi terhadap suatu garis atau bidang yang ditarik dari titik terendah sampai titik tertinggi pada suatu bidang lahan tertentu. Kemiringan lereng (topografi) sangat mempengaruhi pengelolaan lahan tambak. Lahan yang curam selain memerlukan banyak biaya untuk konstruksi, juga berdampak pada hilangnya lapisan tanah permukaan yang subur jika terjadi penggalian. Lahan tambak pada daerah yang topografinya tergolong curam pada umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan memerlukan pemupukan dalam dosis tinggi dan dalam waktu yang lama (Afrianto dan Liviawaty, 1991).

(39)
(40)

Geologi

Geologi di Kecamatan Pomalaa berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi Tenggara skala 1 : 250.000 terbagi atas enam formasi geologi yaitu Aluvium (Qa), Formasi Alangga (Qpa), Formasi Langkawala (Tml), Formasi Boeapinang (Tmpb), Kompleks Pampangeo (MTpn) dan Kompleks Ultramafik (Ku). Luas masing-masing formasi geologi terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5 Formasi geologi di Kecamatan Pomalaa

Simbol Formasi Geologi Luas

Ha %

Qa Qpa Tml Tmpb MTpn Ku

Aluvium

Formasi Alangga Formasi Langkawala Formasi Boeapinang Kompleks Pampangeo Kompleks Ultramafik

712,9 2.954,6 2.230,5 852,9 2.972,8 15.227,7

2,9 11,8 8,9 3,4 11,9 61,0

Jumlah 24.951,5 100,0

Formasi Aluvium (Qa) berumur Halosen yang berasal dari endapan permukaan baik sungai, rawa dan endapan pantai. Batuan penyusun aluvium terdiri atas kerikil, kerakal, pasir lempung dan lumpur. Formasi Alangga (Qpa) diduga berumur Plistosen Akhir yang terdiri atas batupasir dan konglomerat. Formasi Langkolawa (Tml) berumur Miosen Akhir yang terdiri atas batupasir, serpih, dan konglomerat. Kompleks Pampangeo (MTpn) Kapur Akhir–Paleosen tersusun atas batuan sekis, pualam, dan batu gamping. Komplek Ultramafik (Ku) berumur Kapur yang terdiri atas harzburgit, dunit, serpentinit, gabro dan basal.

(41)

Tanah

Tanah merupakan sumberdaya alam yang berperan penting bagi pertanian. Tanah adalah suatu benda alam yang tersusun atas bahan mineral dan organik, cair dan gas. Benda alami ini terbentuk dari hasil kerja interaksi antara iklim dan organisme terhadap bahan induk tanah, pada suatu posisi relief (topografi) dan dalam kurun waktu tertentu. Tanah di Kecamatan Pomalaa berdasarkan sistem Klasifikasi Taksonomi Tanah (USDA, 1999) terbagi atas empat ordo tanah yaitu Entisols (Aluvial), Inceptisols (Kambisol), Ultisols (Podsolik) dan Oxisols (Oksisol).

Ordo tanah Entisols berkembang pada regim kelembaban aquic (basah) sehingga mendatangkan subordo Aquents dengan dua group yaitu Hidroquents dan Sulfaquents. Ordo tanah Inceptisols berkembang pada regim kelembaban aquic dan udic yang menghasilkan subordo Aquepts dan Udepts. Subordo Aquepts menghasilkan group Endoaquepts, sedangkan subordo Udepts menghasilkan group Dystrudepts.

Ordo Ultisols dan Oxisols terutama berkembang pada regim kelembaban udic (lembab) yang menghasilkan subordo Udults dan Udox. Subordo udults menghasilkan group Hapludults, sementara Udox menghasilkan group Eutrudox dan Hapludox. Masing-masing group tanah berada dalam bentuk asosiasi. Luas dan prosentase luasan klasifikasi tanah di Kecamatan Pomalaa disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 17.

Tabel 6. Klasifikasi tanah di Kecamatan Pomalaa

No Tanah Ha Luas %

1 2 3 4 5

Hidroquents, Sulfaquents Endoaquepts, Dystrudepts Eutrudox, Eutrudepts Dystrudepts, Hapludults Hapludox, Dystrudepts

413,5 1.784,1 6.007,3 2.154,1 14.592,5

1,7 7,2 24,1 8,6 58,5

Jumlah 24.951,5 100,0

(42)

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai (DAS) perannya begitu vital, sebap DAS berfungsi menampung air yang berasal dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut; daerah sekitar sungai, meliputi punggung bukit atau gunung yang merupakan tempat sumber air sampai dan semua curahan air hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai.

(43)
(44)

Tata Guna Lahan

Terdapat suatu hubungan antara perubahan tutupan lahan di sekitar DAS dengan besarnya sedimentasi yang keluar dari DAS tersebut. Perubahan suatu ekosistem di darat, secara tidak langsung akan mempengaruhi ekosistem di pesisir dan laut. Bagian hulu sungai merupakan daerah tangkapan air paling awal yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di dunia. Apabila lahan tempat air tersimpan tersebut sudah terganggu atau mengalami degradasi, maka simpanan air akan berkurang dan mempengaruhi debit sungai di sekitar lahan tersebut berada serta pengaruh selanjutnya akan mengganggu keseimbangan dalam keberlangsungan hidup makhluk hidup yang tinggal di kawasan tersebut. Kerusakan yang timbul paling nyata adalah akan semakin cepat sedimentasi atau penumpukan material akibat erosi pada daerah hilir. Dua penyebab utama terjadinya erosi adalah erosi karena sebab alamiah dan erosi karena aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedang erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat eksploitasi lahan tambang yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (Asdak,1995). Biasanya akibat yang sering timbul dari proses tersebut adalah terjadinya banjir di bagian hilir sungai.

Penggunaan/penutupan lahan di Kecamatan Pomalaa berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat ETM 7+ tahun 2014 dapat diklasifikasikan ke dalam 12 jenis penggunaan/penutupan lahan. Penggunaan lahan di Kecamatan Pomalaa di dominasi semak belukar seluas 9.171,5 ha (36,8%) dan hutan sekunder seluas 8.812,1 ha (35,3%). Secara rinci jenis dan luas penggunaan/ penutupan lahan di Kecamatan Pomalaa disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas penggunaan/penutupan lahan di Kecamatan Pomalaa

No Penggunaan/Penutupan Lahan Luas

ha %

(45)
(46)

Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kecamatan Pomalaa terletak di jazirah Tenggara Kabupaten Kolaka. Secara geografis terletak di bagian timur Kabupaten Kolaka. Batas-batas wilayahnya adalah:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baula,

• Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanggetada,

• Sebelah timur berbatasan Kecamatan Lambandia

• Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone Provinsi Sulawesi Selatan Luas wilayah Kecamatan Pomalaa 337,82 km², dimana sebagian besar wilayah berada di perairan laut Teluk Bone. Secara keseluruhan terdiri dari tiga belas desa/kelurahan dengan luasan masing-masing disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 20.

Tabel 8 Luas wilayah Kecamatan Pomalaa menurut desa/kelurahan

No Desa/Kelurahan

Luas

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

(47)

Gambar 20 Peta administrasi Kecamatan Pomalaa

Tabel 9 Penduduk Kecamatan Pomalaa menurut desa/kelurahan

No Desa/Kelurahan

Penduduk

Sumber: BPS Kab. Kolaka Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat terkosentrasi di tiga desa/kelurahan yakni Kelurahan Dawi-dawi, Desa Tanggoni dan Desa Totobo. Padatnya penduduk di ketiga desa tersebut karena tepat berada di Ibukota Kecamatan Pomalaa yang sekaligus menjadi pusat aktifitas bisnis bagi seluruh masyarakat di Pomalaa.

(48)

Tabel 10 Kepadatan penduduk Kecamatan Pomalaa tahun 2013

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk

Sumber: BPS Kab. Kolaka Tahun 2014

Jenis mata pencaharian dominan di Kecamatan Pomalaa adalah nelayan dan wiraswasta. Hal ini dikarenakan Pomalaa merupakan wilayah pesisir, sehingga masyarakatnya cenderung memiliki keterampilan menangkap ikan dan membudidayakan ikan. Kegiatan wiraswasta cenderung berkaitan langsung dengan potensi wilayah, yakni usaha perikanan dan pertambangan.

Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam kemajuan pendidikan di suatu wilayah. Ketiadaan sarana pendidikan, akan menghambat pengembangan pendidikan. Ketersediaan sarana pendidikan akan membuka peluang yang lebih besar terhadap kesempatan mengenyam pendidikan. Tingkat pendidikan yang baik, akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, termasuk pemanfaatan dan pengelolaan perairan kawasan pesisir lokasi tambang nikel Pomalaa. Oleh karena itu maka ketersediaan sarana pendidikan pada 12 desa/kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Pomalaa perlu dianalisis lebih lanjut, guna mengetahui ketersediaan sarana pendidikan berdasarkan level pendidikan dasar dan menengah. Jumlah sekolah, guru dan murid menurut jenjangnya di Kecamatan Pomalaa disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah sekolah, guru dan murid menurut jenjang pendidikan di Kecamatan Pomalaa

Tingkat Pendidikan

Jumlah Rasio

Sekolah Guru Murid Guru/Sekolah Murid/Sekolah Murid/Guru

TK 4 47 478 18 228 43

SD 20 236 4.460 71 719 52

SLTP 9 139 1.583 73 691 29

SLTA 2 36 1.112 36 1.112 113

(49)

Berdasarkan data fasilitas pendidikan diperoleh bahwa secara umum fasilitas pendidikan di Kecamatan Pomalaa tergolong baik sarana pendidikannya. Hal tersebut ditandai dengan lengkapnya sarana pendidikan mulai dari TK, SD, SMP dan SMU.

Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial merupakan sarana umum yang dibangun guna memenuhi kebutuhan sosial masyarakat, seperti; sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, puskesmas dan sarana umum lainnya yang diperuntukan untuk kebutuhan sosial. Pembangunan fasilitas sosial, dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun kelompok masyarakat secara bersama-sama. Keberadaan sarana sosial menjadi sangat penting, terutama sebagai wadah bagi pengembangan masyarakat, baik yang terkait dengan pendidikan, agama, kesehatan serta minat dan bakat dibidang seni dan olah raga.

Tabel 12 Fasilitas sosial di wilayah Kecamatan Pomalaa

No Fasilitas Sosial Jumlah Ket

1 Sekolah 38 Berfungsi

2 Rumah Ibadah 29 Berfungsi

3 Rumah Sakit 1 Berfungsi

4 Puskesmas 4 Berfungsi

5 Lapangan 1 Berfungsi

Sumber: BPS Kab. Kolaka Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 12, diperoleh gambaran bahwa fasilitas social berupa rumah ibadah dan sarana pendidikan (sekolah), merupakan sarana sosial yang paling banyak tingkat ketersediannya. Kedua sarana tersebut telah menjadi kebutuhan primer masyarakat, dimana ibadah merupakan kebutuhan setiap manusia dalam berhubungan dengan Tuhannya. Demikian halnya dengan sekolah, dimana pemerintah telah menetapkan wajib belajar sembilan tahun. Sedikit berbeda dengan rumah sakit dan puskesmas, dimana kedua hal tersebut meskipun menjadi kebutuhan dasar berupa kesehatan fisik, namun keberadaanya dalam jumlah banyak tidaklah menjadi penentu, akan tetapi kemudahan akses serta kelengkapan sarana kesehatan dan tenaga medis menjadi lebih utama daripada jumlah bangunan. Sementara fasilitas sosial berupa lapangan hanya merupakan kebutuhan sekunder dan tersier bagi sebagian masyarakat.

Peraturan dan Kelembagaan

(50)

pengembangannya. Sektor tersebut antara lain adalah sektor perikanan untuk pengembangan areal pertambakan, sektor pertanian untuk pengembangan lahan pertanian, sektor kehutanan untuk pelestarian areal mangrove, sektor perhubungan untuk sarana transportasi laut, sektor pariwisata untuk pengembangan wisata pantai (Pantai Slag Pomalaa).

Tabel 13 Daftar peraturan dan kelembagaan yang berperan dalam pengelolaan perairan pesisir kawasan Pertambangan Nikel Pomalaa

Peraturan Tentang Kelembagaan

UU No.4/2009 Pertambangan Mineral Dan Batubara BLHD Kab. Kolaka

UU No.40/2007 Perseroan Terbatas Bappeda, BLHA

Kab. Kolaka

UU No.32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup BLHD Kab. Kolaka

UU No.7/ 2004 Sumber Daya Air BPDAS Mekongga

UU No. 5/1990 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Dinas Kehutanan

UU No.26/2007 Penataan Ruang Bappeda

UU No.1/2014 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil DKP

UU No.45/2009 Perikanan DKP

PP No.47/2012 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

DKP, BLHD, Pappeda PP No. 15/2011 Penyelenggaraan Penataan Ruang Bappeda

PP No. 7/1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Dinas Kehutanan, DKP

PP No. 82/2001 Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air BLHD Kab. Kolaka

KepMen LH No.37/2003

Metoda Analisis Kualitas Air

Permukaan Dan Pengambilan Contoh Air Permukaan

BLHD Kab. Kolaka

KepMen LH No.110/2003

Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air

BLHD Kab. Kolaka KepMen LH

No.112/2003

Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan Kegiatan Domestik

No.115/2003 Pedoman Penentuan Status Mutu Air

BLHD Kab. Kolaka KepMen LH

No.03/1998

Baku Mutu Limbah Bagi Kawasan Industri

BLHD Kab. Kolaka KepMen LH

No.51/1995

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

BLHD Kab. Kolaka KepMen LH

No.35/1995 Program Kali Bersih (Prokasih)

Gambar

Gambar 4  Diagram rata-rata curah hujan bulanan 2003-2013
Gambar 5 Diagram hari hujan tahunan 2003-2013
Gambar 6 Peta batimetri perairan pesisir Kecamatan Pomalaa
Gambar 7 Pola arus hasil simulasi menuju pasang pada musim barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

ingin memberikan gambaran mengenai jumlah cadangan nikel laterit khusus pada lapisan limonit dan saprolit pada daerah penelitian dan bagaimana penggunaan dari hasil

2) Pit type adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya pada suatu daerah yang relatif

Metode penambangan yang digunakan adalah sistem tambang terbuka Strip mine dikarenakan lapisan endapan batubara yang akan ditambang secara umum

ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah sistem tambang bawah tanah (underground mining) dengan metode Cut and Fill , yaitu mengambil bijih

Tujuan dari penelitian ini adalah penerapan BiTumMan untuk media tanam sengon (Paraserianthes falcataria) pada lahan terdegradasi pasca penambangan nikel dengan

Penambangan batubara oleh PT. Tambang Bukit Tambi menggunakan sistem penambangan terbuka dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penambangan adalah air yang masuk ke wilayah

Sistem penambangan yang diterapkan adalah tambang terbuka dengan menggunakan metode Quarry yaitu “suatu metode yang memanfaatkan gravitasi  bumi untuk mengangkut material

Artamulia Tata Pratama adalah tambang terbuka dengan metode open Pit open Pit mining dengan cara penambangan searah jurus pada lapisan batubara strip mining Sebagai acuan Stripping