Di sisi lain, hasil uji ketidaktepatan (a lack of fit measure) atau nilai stress diperoleh 0,1367 atau mendekati 0 (nol). Nilai stress yang mendekati nol, maka
output yang dihasilkan semakin mirip dengan keadaan yang sebenarnya atau
semakin rendah nilai stress, maka semakin baik/cocok model tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi nilai stress, maka semakin tidak cocok model tersebut. Kavanagh (2001) menyebutkan bahwa nilai stress yang dapat ditolerir adalah kurang dari 20%. Berdasarkan hal tersebut maka model dapat diterima dengan baik dengan nilai stress 13,67%.
Nilai ordinasi tersebut menggambarkan kondisi perairan pesisir kawasan pertambangan nikel Pomalaa mengalami tekanan dari sisi ekologi. Hal tersebut dapat terjadi karena intensitas pemanfaatan sumberdaya alam, baik berupa pemanfaatan secara langsung seperti; pembukaan lahan untuk kegiatan tambang, kegiatan penangkapan ikan, konversi lahan, dan transportasi maupun pemanfaatan secara tidak langsung, seperti; daerah penampungan limbah industri dan domestik (penampung limbah). Ketiadaan zonasi dan tidak adanya lahan untuk pengembangan merupakan faktor utama tertekannya aspek ekologi perairan kawasan pertambangan nikel Pomalaa. Hal tersebut tampak dari hasil analisis leverage, dimana terdapat dua atribut yang merupakan atribut pengungkit atau atribut yang sangat berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi ekologi yakni; ketersediaan zonasi, dan ketersediaan lahan pengembangan. Grafik leverage atribute dimensi ekologi disajikan pada Gambar 23.
Gambar 23 Leverage atribute dimensi ekologi
Hasil analisis leverage (RMS) untuk dimensi ekologi, secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok yakni, kelompok yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi ekologi yakni; ketersediaan zonasi (RMS=3,64), ketersediaan lahan pengembangan (RMS=3,30), debit sungai (RMS=2,97), tutupan lahan (RMS=2,63) dan kulaitas perairan (RMS=2,55). Kelompok yang cukup berpengaruh terdiri atas tiga atribut yakni; laju sedimentasi (RMS=2,21), status terumbu karang (RMS=1,75) dan status lamun (RMS=1,62). Atribut yang kurang
2,55 3,30 3,64 1,07 1,62 1,75 1,51 1,46 2,21 2,97 2,63 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Kualitas perairan Ketersediaan lahan pengembangan
Ketersediaan zonasi Status mangrove Status lamun Status terumbu karang Jenis pakan Kejadian kematian ikan Laju sedimentasi Debit sungai Tutupan lahan
Root Mean Square on Sustainability
A ttr ib u te Leverage of Attributes
berpengaruh terdiri atas tiga atribut yaitu jenis pakan (RMS=1,51), kejadian kematian ikan (RMS=1,46) dan status mangrove (RMS=1,07). Menurut Kavanagh dan Pitcher (2004) menyatakan bahwa nilai RMS menunjukkan besarnya peranan setiap atribut terhadap sensitivitas status keberlanjutan.
Munculnya atribut ketersediaan zonasi, ketersediaan lahan untuk pengembangan, debit sungai dan tutupan lahan menunjukkan bahwa keberadaan atribut tersebut menjadi sangat penting dalam status keberlanjutan dimensi ekologi perairan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa. Berdasarkan Perda Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilalayah Kabupaten Kolaka Tahun 2012-2031, tidak disebutkan dengan jelas pembagian fungsi ruang/kawasan di Kecamatan Pomalaa. Namun berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Kolaka, saat ini telah dikeluarkan sekitar 18 (delapan belas) blok Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang hampir membagi habis wilayah Kecamatan Pomalaa. Akibat tidak adanya zonasi wilayah seperti diamanatkan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP3K), maka masyarakat dapat secara bebas melakukan aktivitas budidaya laut di kawasan pesisir walaupun itu berada dalam kawasan perusahaan pemilik IUP nikel. Adapun blok IUP Nikel Pomalaa dapat dilihat pada Gambar 24.
Atribut lain yang memiliki pengaruh kuat terhadap keberlanjutan dimensi ekologi adalah ketersediaan ruang pengembangan, debit sungai dan tutupan lahan. Ketiga atribut tersebut sangat berkaitan erat satu sama lain. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa dengan banyaknya IUP yang diterbitkan Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka yang hampir membagi habis wilayah pesisir Kecamatan Pomalaa, maka semakin kecil pula ruang yang bagi masyarakat untuk melakukan perluasan dan atau pengembangan usaha-usaha budidaya perikanan. Akibat lain dari penguasaan lahan oleh perusahaan pemilik IUP adalah adanya pembukaan lahan pada wilayah IUP masing-masing perusahaan. Hal ini berpengaruh pada luasan tutupan lahan akibat eksploitasi kawasan untuk penambangan nikel. Dampak lanjutannya adalah semakin banyaknya lahan terbuka yang dapat menguranggi kemampuan lahan sebagai wilayah tangkapan air yang berdampak pada semakin berkurangnya debit sungai di Kecamatan Pomalaa.
Sumber : PT ANTAM POMALAA Tahun 2014
Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekonomi
Dimensi ekonomi menggambarkan kondisi ekonomi wilayah dan masyarakat yang ada di kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa dan pengaruhnya terhadap keberlanjutan pengelolaan kawasan perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa dalam jangka panjang. Dimensi ekonomi dieksplorasi menjadi 10 (sepuluh) atribut utama yang dipandang memiliki pengaruh dan kaitan secara langsung dalam pemanfaatan dan pengelolaan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa. Atribut tersebut meliputi; pendapatan masyarakat, kepemilikan asset, alternatif pendapatan non perikanan, akses nelayan pada sumberdaya permodalan, markettable right, rantai pemasaran, akses terhadap sumberdaya, komoditi unggulan, kontribusi terhadap PAD, pertumbuhan subsektor perikanan. Grafik ordinasi dimensi ekonomi disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25 Status keberlanjutan dimensi ekonomi
Hasil analisis RapFish untuk dimensi ekonomi (economy sustainability) diperoleh nilai ordinasi 47,33% atau tergolong kurang berkelanjutan. Hasil analisis RapFish tersebut dapat diterima mengingat hasil uji validasi diperoleh nilai monte carlo sebesar 47,23% yang menunjukkan selisih perbedaan yang sangat kecil yakni 0,1% atau kurang dari 1%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh galat (error), atau dampak dari kesalahan pemberian skor relatif kecil. Dengan demikian, model RapFish untuk dimensi ekonomi, dinyatakan memadai sebagai penduga nilai indeks keberlanjutan. Menurut Kavanagh dan Pitcher (2004), analisis monte carlo dapat digunakan sebagai metode simulasi untuk mengevaluasi dampak kesalahan acak/galat (random error) dalam analisis statistik yang dilakukan terhadap seluruh dimensi. Hal yang sama juga dikemukakan Fauzi et al. (2005) bahwa Analisis Monte Carlo dapat menjadi indikator kesalahan yang disebabkan pemberian skoring pada setiap atribut, variasi pemberian skoring yang bersifat multidimensi
47,33 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s Ekonomi Sustainability RAP PMPP
karena adanya opini yang berbeda, proses analisis data yang dilakukan secara berulang-ulang, dan kesalahan dalam melakukan input data atau data yang hilang.
Hasil uji ketetapan (goodness of fit) juga menunjukkan bahwa model pendugaan indeks keberlanjutan dapat digunakan, dimana hasil RapFish diperoleh nilai squared correlation (R2) adalah 0,9511 atau mendekati 1. Nilai R-square semakin mendekati 1 berarti data yang ada semakin terpetakan dengan sempurna. Nilai tersebut mengambarkan bahwa lebih dari 95% model dapat dijelaskan dengan baik, dan sisanya <5% yang dijelaskan oleh faktor/atribut lain. Kavanagh (2001) menyebutkan bahwa nilai squared correlation (R2) lebih dari 80% menunjukkan bahwa model pendugaan indeks keberlanjutan baik dan memadai digunakan.
Disisi lain, hasil uji ketidaktepatan (a lack of fit measure) atau nilai stress diperoleh 0,1352 atau mendekati 0 (nol). Nilai stress yang mendekati nol, maka output yang dihasilkan semakin mirip dengan keadaan yang sebenarnya atau
semakin rendah nilai stress, maka semakin baik/cocok model tersebut. Sebaliknya,
semakin tinggi nilai stress, maka semakin tidak cocok model tersebut. Kavanagh (2001) menyebutkan bahwa nilai stress yang dapat ditolerir adalah kurang dari 20%. Dengan demikian model dapat diterima dengan baik dengan nilai stress 13,52%.
Nilai ordinasi tersebut menggambarkan bahwa dalam pesisir kawasan pertambangan nikel Pomalaa mengalami tekanan ekonomi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan dalam memberikan manfaat dan jasa-jasa lingkungan menjadi menurun akibat tekanan yang tinggi baik secara langsung berupa ekstraksi maupun tidak langsung berupa limbah. Rendahnya kemampuan sumberdaya dalam memberikan manfaat dan jasa-jasa lingkungan tampak dari hasil analisis leverage, dimana terdapat empat)atribut yang merupakan atribut pengungkit dan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi ekonomi yaitu akses terhadap sumberdaya (RMS=5,06), akses nelayan terhadap modal (RMS=4,85), kontribusi terhadap PAD (RMS=3,28) dan komoditas unggulan (RMS=3,10). Grafik leverage atribute dimensi ekonomi disajikan pada Gambar 26.
Gambar 26 Leverage atribute dimensi ekonomi
2,28 0,72 0,06 4,85 0,52 0,80 5,06 3,10 3,28 1,90 0 2 4 6 Pendapatan masyarakat Kepemilikan aset Alternatif pendapatan non perikanan
Akses nelayan terhadap modal Marketbale right Rantai pemasaran Akses terhadap sumberdaya
Komoditi unggulan Kontribusi terhadap PAD Pertumbuhan subsektor perikanan
Root Mean Square on Sustainability
A tt ri b u te Leverage of Attributes
Kelompok kedua yang cukup berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir lokasi tambang nikel Pomalaa, terdiri atas dua atribut yakni; pendapatan masyarakat (RMS=2,28) dan pertumbuhan susbsektor perikanan (RMS=1,90). Kelompok ketiga merupakan kelompok yang kurang berpengaruh terdiri dari empat atribut yaitu rantai pemasaran (RMS=0,80), kepemilikan aset (RMS=0,72), marketable right (RMS=0,52) dan alternatif pendapatan non perikanan (RMS=0,06).
Munculnya atribut akses terhadap sumberdaya, dan akses terhadap modal sebagai atribut pengungkit atau atribut yang paling berpengaruh terhadap nilai keberlanjutan ekonomi, dikarenakan akses terhadap sumberdaya merupakan batasan manfaat yang dapat diterima secara langsung dari sumberdaya tersebut. Fakta di lokasi studi menujukkan bahwa akses terhadap sumberdaya tidak ada batasan bagi setiap individu/kelompok dapat mengakses secara langsung sumberdaya yang ada. Kondisi yang demikian memberikan peluang yang lebih besar kepada setiap individu/kelompok untuk menerima manfaat dari sumberdaya. Dengan kata lain, batasan akses terhadap sumberdaya akan berpengaruh terhadap keberlanjutan aspek ekonomi. Demikian juga halnya dengan akses terhadap modal. Dukungan permodalan yang masih lemah terhadap sektor kelautan dan perikanan menghambat nelayan untuk bangkit dari keterpurukan. Program pembiayaan bagi usaha kecil sektor kelautan dan perikanan berupa kredit usaha rakyat (KUR) serta kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE) hingga kini masih sulit dijangkau oleh nelayan. Hal ini disebabkan oleh adanya aturan dari perbankan penyalur yang mewajibkan adanya agunan bagi siapa saja yang akan melakukan pinjaman. Sektor usaha di bidang kelautan dan perikanan potensinya sangat besar dan membutuhkan pembiayaan yang sangat besar dapat berupakredit ke kegiatan penangkapan ikan, budidaya, pengolahan, pemasaran produk, wisata bahari, dan jasa pendukung lainnya. Di Kecamatan Pomalaa, pelonggaran aturan pada
kapal nelayan berukuran 20 meter kubik atau berbobot mati lima ton yang bisa dijadikan agunan tidak dapat merubah keadaan karena mayoritas nelayan yang beroperasi di kawasan pesisir lokasi Pertambangan Nikel Pomalaa adalah nelayan kecil yang hanya bermodal perahu kecil dan atau perahu dengan mesin tempel.
Analisis Keberlanjutan Dimensi Sosial
Dimensi sosial menggambarkan bagaimana aspek sosial dalam pengelolaan perairan kawasan pertambangan nikel Pomalaa berpengaruh terhadap keberlanjutan sumberdaya dan lingkungan dalam jangka panjang. Dimensi sosial dieksplorasi menjadi delapan atribut utama yang dipandang memiliki pengaruh/kaitan langsung dengan pengelolaan perairan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa. Atribut tersebut meliputi; tingkat partisipasi masyarakat, enviromental knowledge, education level, potensi konflik, pertumbuhan rumah tangga nelayan (RTN) dalam lima tahun terakhir, pemanfaatan local wisdom dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, pola hubungan masyarakat/struktur sosial dan pola kerja individu/kelompok. Grafik ordinasi dimensi sosial disajikan pada Gambar 27.
Gambar 27 Status keberlanjutan dimensi sosial
Hasil analisis RapFish untuk dimensi sosial (social sustainability) diperoleh nilai ordinasi 46,14% atau tergolong kurang berkelanjutan. Hasil analisis RapFish diperoleh nilai monte carlo sebesar 46,05%. Hasil ini dapat diterima karena selisih antara nilai ordinasi dengan nilai monte carlo sangat kecil yaitu sebesar 0,90% atau kurang dari 1%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh galat (error), atau dampak dari kesalahan pemberian skor relatif kecil. Dengan demikian, model RapFish untuk dimensi sosial, dinyatakan memadai sebagai penduga nilai indeks keberlanjutan.
Hasil uji ketetapan (goodness of fit) juga menunjukkan bahwa model pendugaan indeks keberlanjutan dapat digunakan, dimana hasil RapFish diperoleh nilai squared correlation (R2) adalah 0,9468 atau mendekati 1. Nilai R-square semakin mendekati 1 berarti data yang ada semakin terpetakan dengan sempurna. Nilai tersebut mengambarkan bahwa lebih dari 94% model dapat dijelaskan dengan baik, dan sisanya <6% yang dijelaskan oleh faktor/atribut lain. Menurut Kavanagh (2001), nilai Squared Correlation (R2) lebih dari 80% menunjukkan bahwa model pendugaan indeks keberlanjutan baik dan memadai digunakan. Hasil uji ketidaktepatan (a lack of fit measure) atau nilai stress diperoleh 0,1382 atau mendekati 0 (nol). Jika nilai stress mendekati nol, maka output yang dihasilkan semakin mirip dengan keadaan yang sebenarnya atau semakin rendah nilai stress,
maka semakin baik/cocok model tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi nilai stress,
maka semakin tidak cocok model tersebut. Menurut Kavanagh (2001), nilai stress yang dapat ditolerir adalah kurang dari 20%. Dengan demikian model dapat diterima dengan baik dengan nilai stress 13,82%.
Berdasarkan hasil analisis leverage seperti disajikan pada Gambar 29, terdapat tiga atribut yang merupakan atribut pengungkit atau atribut yang sangat berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan dimensi sosial yakni; potensi konflik, pertumbuhan RTN dalam lima tahun terakhir dan level pendidikan. Grafik leverage atribute dimensi sosial dapat dilihat pada Gambar 28.
46,14 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s Fisheries Sustainability