• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada Lokasi Tambang Nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara

7 PEMBAHASAN UMUM

Pengelolaan Perairan Pesisir Lokasi Pertambangan Nikel

Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan.

Pada dasarnya kualitas sifat fisik perairan di lokasi pertambangan sangat tergantung pada seberapa besar produksi sedimen yang masuk dalam perairan. Artinya upaya pengelolaan kualitas air pada dasarnya adalah bagaimana mengendalikan masuknya sedimen di perairan. Dengan kata lain, keberhasilan pengelolaan kualitas air sangat tergantung pada keberhasilan pengendalian erosi dan produksi sedimen.

Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang diangkut melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal maupun secara horisontal (Friedman dan Sanders, 1978). Keller dan Weibel (1991) menyatakan bahwa erosi material tersuspensi dalam suatu perairan atau saluran secara normal disebut (suspended sedimen). Sedimen ini biasanya mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kualitas air. Sedimen terdiri dari bahan organik dan bahan

anorganik. Bahan organik berasal dari hewan atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dalam dasar perairan dan bercampur dengan lumpur. Sedangkan bahan anorganik umumnya berasal dari hasil pelapukan batuan terbagi atas : kerikil, pasir, lumpur dan liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat pantai, sedangkan butiran halus banyak ditemui di perairan yang relatif lebih tenang (Sverdrup et al. 1946).

Menurut Davis (1990), ada empat sumber utama sedimen yang ditemukan di dasar laut yaitu : 1) berasal dari batuan, terutama dari daratan sebgai produk erosi dan runoff, 2) kerangka-kerangka organisme laut, 3) pengendapan dari air laut dilingkungan perairan laut dan, 4) atmosfer.

Levinton (1982) menyatakan bahwa karakteristik sedimen mempengaruhi distribusi, morfologi fungsional dan tingkah laku organisme. Tipe substrat adalah faktor utama yang mengendalikan distribusi organisme perairan. Adaptasi organisme terhadap masing-masing tipe substrat akan berbeda-beda. Adaptasi yang berbeda akan menentukan morfologi, cara makan, adaptasi fisiologi terhadap perubahan suhu, salinitas, dan bahan kimia.

Bahan organik yang mengendap di dasar perairan merupakan sumber bahan makanan bagi organismenya, sehingga jumlah dan laju penambahannya dalam sedimen mempunyai pengaruh yang besar terhadap populasi yang di dasar perairan. Sedimen yang kaya akan bahan organik sering didukung oleh melimpahnya fauna yang didominasi oleh deposit feeder (Wood, 1987).

Dyer (1986) menyatakan bahwa proses sedimentasi di perairan pesisir dipengaruhi oleh dinamika perairan seperti pasang surut, gelombang, arus menyusur pantai, padacampuran massa air akibat perbedaan densitas air tawar dan air laut, proses biologi dan kimia perairan. Disamping itu proses sedimentasi juga dipengaruhi juga oleh sifat-sifat sedimen itu sendiri yaitu ukuran, bentuk dan densitas butiran sedimen.

Atas dasar hal tersebut, maka upaya-upaya pengelolaan yang harus dilakukan dalam rangka pengendalian erosi dan sedimentasi adalah:

a. Penghijauan kembali (reklamasi) lahan pasca tambang

Sebagai akibat adanya eksploitasi tambang adalah hilangnya vegetasi penutup lahan yang berupa jenis-jenis flora menjadi lahan terbuka tanpa vegetasi. Keadaan ini apabila didukung oleh curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadi erosi dan sedimentasi. Oleh sebab itu, upaya revegetasi lahan pasca tambang menjadi kebutuhan untuk mengeliminir terjadinya erosi dan sedimentasi.

b. Membuat saluran drainase tambang

Saluran drainase dibuat pada areal penambangan serta di jalan tambang. Pembuatan saluran ini ditujukan agar air limpasan terkonsentrasi melewati parit-parit drainase sehingga sangat mudah mengontrol jalannya aliran permukaan dan muatan sedimennya.

c. Pembuatan perangkap sedimen.

Perangkap sedimen (sedimen trap) dibuat dengan tujuan agar muatan sedimen yang terangkut melalui parit-parut drainase dapat tertampung di dalamnya. Perangkap sedimen tersebut dibuat dalam jumlah dan tergantung kondisi lapangan.

Kolam sedimen dibuat pada lokasi yang berdekatan dengan perairan. Dengan dibuatnya kolam sedimen, air yang bercampur dengan lumpur akan tertampung seluruhnya pada kolam-kolam tersebut. Dengan prinsip “over flow catch pond” air akan mengalir ke perairan. Harapannya adalah air yang lepas ke perairan sudah tidak mengandung lumpur dan konsetrasi TSS menjadi semakin kecil kerena sebagian besar volume sudah mengendap di kolam. Di dalam kolam pengendap akan dikelola volume pengendapan lumpur dan dilakukan pengerukan atau peninggian dinding bilamana volume lumpur sudah mendekati kapasitas tampung.

Pemeliharaan Sungai

Sedimenasi merupakan dampak lanjutan dari terjadinya erosi di daerah hulu sungai, yang diakibatkan oleh limpasan. Hilangnya vegetasi (hutan) pada suatu daerah aliran sungai, selain menyebabkan limpasan juga sekaligus meningkatkan laju erosi. Erosi yang berlangsung secara terus menerus pada musim hujan dapat menyebabkan hilangnya lapisan tanah atas (top-soil), yang kemudian terbawa aliran sungai dan seterusnya menyebabkan sedimenasi di sungai (pendangkalan sungai). Disamping itu, erosi juga menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah.

Pemeliharaan sungai dibagi dalam dua bagian besar, yang pertama ialah pemeliharaan terhadap bangunan pengendali banjir yaitu bangunan yang berfungsi untuk pengaturan aliran air. Pemeliharaan terhadap bangunan pengatur aliran seperti bendung, pintu air, pengarah arus, dan lain-lain dimaksudkan agar bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Sebagai contoh kasus terjadinya banjir akibat kerusakan pintu air dari pemukiman yang telah diproteksi dengan tanggul. Semula tanggul dimaksudkan untuk menghindari limpasan air sungai akan tetapi pada saat banjir justru pintu air tersebut menjadi jalan masuknya air dari sungai karena tidak dapat berfungsi dengan baik akibat kurangnya pemeliharaan. Pemeliharaan terhadap bangunan pengaturan air perlu dilaksanakan secara rutin agar dapat siap berfungsi pada saat diperlukan. Pemeliharaan bangunan pengendali banjir dapat dilakukan oleh dinas yang terkait atau melibatkan partisipasi masyarakat yang berada di daerah permukiman.

Kedua, pemeliharaan saluran pengendali banjir atau saluran drainase untuk mempertahankan kapasitas alir dan tampung sungai-sungai dan atau saluran drainase sebagai satu kesatuan sistem dengan bangunan pengendali banjir. Seperti yang diuraikan di atas berkurangnya kapasitas alur dan tampung disebabkan oleh sedimen hasil erosi di hilir.

Pengerukan merupakan pekerjaan yang bertujuan mengeluarkan material padat dari sungai atau saluran drainase. Pengeluaran material ini dimaksudkan untuk mengembalikan penampang sungai sesuai dengan kapasitas rencana sungai atau bahkan memperbesar kapasitas alir apabila memungkinkan. Mempelajari jumlah sedimenasi yang terjadi setiap tahunnya di sungai-sungai sebagai akibat erosi di daerah hulu dan juga sampah yang masuk ke badan air, maka pekerjaan pengerukan harus dilakukan secara berkala pada jangka waktu tertentu berdasarkan hasil survey di lapangan.

Pengembangan Sektor Unggulan Perikanan Budidaya Sebagai Alternatif Pengembangan Perekonomian Masyarakat

Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan penggerak utama ekonomi masyarakat pada suatu wilayah, seperti halnya di Kecamatan Pomalaa. Wilayah tersebut merupakan salah satu wilayah pertambangan nikel terbesar di Indonesia. Selain kegiatan pertambangan, kegiatan berbasis sumberdaya alam seperti perikanan, juga menjadi tumpuan ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan Pomalaa. Wilayah ini juga dikenal sebagai sentra produksi budidaya perikanan yang potensial. Perkembangan produksi berbagai jenis komoditi perikanan tersebut secara statistik mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Minat masyarakat mengelola sektor perikanan dan kelautan selalu berhadapan dengan semakin masifnya aktivitas penambangan dan pembukaan lahan pertambangan yang berdampak pada semakin tingginya sedimentasi dikawasan pesisir. Tingginya sidemntasi tersebut akan menganggu pertumbuhan organisme budidaya, sehingga tidak lagi dapat memberikan nilai ekonomi yang tinggi, dan bahkan dapat menyebabkan terjadinya kerugian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan pesisir di wilayah Kecamatan Pomalaa saat ini telah tercemar sedang hingga berat. Hal tersebut ditunjukan dari nilai Storet -23 sampai -52. Parameter TSS dan logam berat merupakan parameter tertinggi konsentrasinya yang masuk ke perairan. Konsentrasi TSS mencapai 2.815,40 ton/bulan. Kontribusi TSS tertinggi berasal outlet pabrik pengolahan nikel sebesar 1.485,994 ton/bulan. TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi didalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganic yang dapat disaring dengan kertas milliporeberpori 0,45 μm.

Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari kedalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser, seperti plankton dan kelekap. Suspended sedimen juga mengangkut bahan pencemar (partikel hara, logam dan racun potensial lainnya) (ANZECC/ARMCANZ, 2000), mendorong pertumbuhan bakteri patogen dan berbagai penyakit yang ditularkan melalui air sehingga sulit untuk dideteksi (Neil, 2002) dan dapat menyebabkan menipisnya oksigen terlarut dalam kolom. Secara keseluruhan, tingkat kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan dalam produksi dan keragaman spesies. Pada kondisi tertentu, spesies yang sangat sensitif akan meninggalkan lokasi tersebut (EPA, 2012).

Kondisi pencemaran yang terjadi tersebut, dengan sendirinya menyebabkan terjadinya penurunan produksi perikanan di wilayah Kecamatan Pomalaa. Sehingga diperlukan berbagai pendekatan yang terintegrasi antar berbagai sektor, sepertinya sektor pertambangan dan sektor perikanan, ataupun terintegrasi antar berbagai dimensi seperti; dimensi ekologi (kualitas lingkungan), ekonomi (usaha masyarakat), sosial (konflik), kelembagaan (aturan dan pengelola) serta teknologi (penerapan teknologi ramah lingkungan). Agar pengelolaan kedepan dapat berjalan dan terintegrasi dengan baik, maka status pengelolaan saat ini menjadi sangat penting, guna memperoleh gambaran awal tentang status/tingkat pengelolaan.

Besarnya tekanan terhadap sumberdaya khususnya yang bersumber dari kegiatan pencemaran seperti yang terjadi di Kecamatan Pomalaa, memberikan dampak yang besar terhadap sumberdaya lainnya seperti; biota perairan serta

dampak terhadap aktivitas masyarakat yang terkena dampak tersebut seperti; kegiatan budidaya perikanan. Disisi lain, pencemaran juga menyebabkan terjadi konflik sosial antara perusahaan pertambangan dengan kelompok masyarakat khususnya masyarakat yang terkena dampak tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umumnya konflik sosial terjadi akibat menurunnnya hasil produksi perikanan khususnya dari kegiatan budidaya perikanan. Lemahnya kelembagaan dan aturan pendukung serta minimnya penerapan teknologi ramah lingkungan menyebabkan tingkat pengelolaan yang saat ini menjadi kurang berkelanjutan. Hal tersebut tampak dari hasil analisis tingkat pengelolaan dimana ordinasi dimensi ekologi (42,88%), dimensi ekonomi (47,33%), dimensi sosial (46,14%), dimensi kelembagaan (51,68%) dan dimensi teknologi (49,91%).

Ketidakberlanjutan sumberdaya membutuhkan berbagai alternatif kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut. Penanganan pencemaran merupakan alternatif-I dalam upaya pengembangan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir di Kecamatan Pomalaa. Hal tersebut, menjadi sangat penting mengingat pencemaran akan memberikan tenakan yang besar terhadap berbagai sumberdaya dan aktivitas masyarakat. Dengan demikian, diharapkan bahwa penanganan pencemaran akan menghilangkan sumber permasalahan utama yang dihadapi masyarakat pesisir di Kecamatan Pomalaa. Alternatif-II adalah pengembangan sektor unggulan, dalam hal ini kegiatan budidaya perikanan menjadi kegiatan utama masyarakat. Alternatif tersebut didasarkan pada kegiatan ekonomi masyarakat pada umumnya yang bertumpuh pada sektor perikanan khususnya budidaya perikanan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan baik dengan seiring dengan penanganan pencemaran pencemaran dan pengembangan komoditi unggulan. Alternatif-III adalah penangan konflik sosial. Konflik merupakan implikasi dari sumber utama permasalahan yakni pencemaran perairan. Konflik akan menyebabkan terjadinya dampak sosial yang besar, sehingga perlu dilakukan penangan secara serius. Alternatif-IV adalah penguatan kelembagaan dan penerapan teknologi ramah lingkungan.