• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam kerangka berpikir, peneliti akan memberikan gambaran mengenai apa yang peneliti lakukan. Penelitian ini dilatarbelakngi masalah-masalah siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang kurang mampu menggunakan bahasa secara santun pada saat berkomunikasi khususnya dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti bisa merekam suara, membuat video ataupun mencatat hasil pembicaraan siswa-siswi yang dianggap santun serta

fungsi tuturan santun selama proses pembelajaran berlangsung, antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Berdasarkan judul yang diambil oleh peneliti, pengetahuan ataupun teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah terori pragmatik, konteks, kesantunan, prinsip kesantunan dan fungsi kesantunan dalam berkomunkasi. Berikut ini digambarkan hasil kerangka berpikir:

2.1 Kerangka Berpikir

ANALISIS PENANDA DAN FUNGSI KESANTUNAN

BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA-SISWI KELAS XI IPS SMA PANGUDI LUHUR

YOGYAKARTA

KAJIAN PRAGMATIK

FUNGSI KESANTUNAN BERBAHASA MENURUT

KUNJANA RAHARDI PENANDA

KESANTUNAN LEECH

KESANTUNAN BERBAHASA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini akan dibahas mengenai enam hal diantaranya (1) jenis penelitian, (2) sumber data dan data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data, (6) triangulasi data. Keenam hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian penanda dan fungsi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ini, menggunakan jenis penelitian yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskpriptif yaitu metode paparan hasil temuan berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan. Menurut Moleong (2007: 6), penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, tindakan, dll secara holistik dan dengan cara deskrispi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pendekatan deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah penelitian yang akan memberikan berbagai gambaran mengenai penanda kesantunan dan ketidasantunan berbahasa serta fungsi kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif karena data yang digunakan sebagai objek dalam

32

penelitian yaitu berupa tuturan dari siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap tigas kelas yakni kelas XI IPS 1, XI IPS, dan XI IPS 3 yang masing-masing kelas terdiri dari 30 siswa. Peneliti mulai mengambil data pada tanggal, 13 February 2019 sampai dengan tanggal, 27 Maret 2019. Peneliti melakukan pengambilan data tiga kali dalam seminggu, yakni pada hari Rabu, Kamis, dan Jumat. Dalam melaukan penelitian, durasi yang digunakan peneliti untuk mengambil data yaitu, dua jam dalam sekali pertemuan. Adapun data dalam penelitian ini berupa tuturan dari siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, rekam dan catat. Berikut uraian dari tiga teknik tersebut.

a. Teknik observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data, yakni peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam teknik observasi ini, peneliti akan mengamati penggunaan bahasa dari siswa kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, peneliti akan mengamati penggunaan tuturan yang mengandung penanda kesantunan yakni

ada enam maksim serta fungsi kesantunan yakni ada lima fungsi. Selain itu, peneliti juga mengamati konteks selama berinteraksi.

b. Teknik catat

Teknik catat merupakan teknik untuk mencatat data yang diperoleh dari informan. Dalam melakukan teknik catat, peneliti sudah membekali diri dengan membuat kartu data yang telah disediakan. Dalam teknik catat ini, peneliti akan mencatat tuturan-tuturan yang mengandung prinsip kesantunan berbahasa serta fungsi kesantunan berbahasa disertai konteksnya.

c. Teknik rekam

Teknik rekam digunakan untuk merekam tuturan yang terajadi di kelas.

Peneliti merekam menggunakan alat yang sudah peneliti sediakan yakni menggunakan handphone. Tekni rekam ini digunakan peneliti untuk kembali mendengar tuturan yang belum sempat dicatat.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Adapaun instrumen yang akan diguanakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan berbekal pengetahuan pragmatik dengan fokus penanda dan fungsi kesantunan berbahasa.

Peneliti sebagai instrumen penelitian, memegang peranan yang sangat penting dalam penelitian. Salah satu peran tersebut yakni dalam mengumpulkan data.

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik utama yaitu teknik observasi. Dalam teknik observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap

penggunaan bahasa. Selain teknik observas, peneliti juga menggunakan teknik catat, yakni mencatat tuturan-tuturan yang dituturkan oleh siswa dan guru yakni, tuturan-tuturan yang diduga merupakan tuturan yang termasuk dalam enam penanda kesantunan berbahasa dan lima fungsi kesantunan berbahasa. Selain teknik observasi dan catat, peneliti juga melakukan teknik rekam untuk mendengar kembali tuturan-tuturan yang belum sempat dicatat.

Sebagai bekal pengumpulan data, peneliti melengkapi diri dengan format pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penanda kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Data tuturan ...

...

Konteks ...

...

Analisis ...

...

2. Fungsi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Data tuturan ...

...

konteks ...

...

Analisis ...

...

3.5 Teknik Analisis Data

(Moleong 2006: 247) menyatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil observasi untuk menganalisis data tuturan.

Dalam penelitian kualitatif, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskpriptif, yakni metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data yang sudah terkumpul sebagaimana adanya.

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut:

a. Peneliti mengidentifikasi data

Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari kebutuhan lapangan.

Pada tahap identifikasi, peneliti mengidentifikasi penanda dan fungsi kesantunan berbahasa yang dituturkan oleh siswa. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui tuturan-tuturan mana yang masuk dalam penanda dan fungsi kesantunan dan yang tidak termasuk.

b. Peneliti mengklasifikasi data

Klasifikasi data berguna untuk mengelompokan dan mengklasifikasikan data.

Setelah peneliti melakukan identifikasi data, peneliti kemudian mengelompokan data tuturan berdasarkan prinsip kesantunan dan fungsi kesantunan. Klasifikasi data bertujuan untuk mengetahui tuturan mana saja yang termasuk dalam penanda kesantunan yang terdiri dari enam, yakni penanda maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatisan. Selain itu, untuk mengetahui tuturan mana saja yang termasuk dalam fungsi kesantunan berbahasa, yakni fungsi menyatakan (Deklaratif), fungsi menanyakan (interogatif), fungsi memerintah (imperatif), fungsi eksklamatif, dan fungsi empatik.

c. Peneliti menginterpretasi data (pemaknaan data)

Interpretasi merupakan sebuah bentuk dari kegiatan untuk melakukan penggabungan terhadap sebuah hasil dari analisis dengan berbagai macam pertanyaan dan kriteria, maupun pada sebuah standar tertentu guna untuk dapat mencipatakan sebuah makna. Peneliti menginterpretasi tuturan siswa untuk mengetahui penanda dan fungsi yang terdapat dalam tuturan tersebut. Selain itu, peneliti juga melihat respon yang diberikan siswa setelah guru memberikan tuturan.

d. Melaporkan

Melaporkan merupakan catatan mengenai informasi mengenai data yang diperoleh dan dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Melaporkan menjadi tahap akhir peneliti untuk mendeskripsikan data. Peneliti menjelaskan dalam kata-kata mengenai penanda dalam kesantunan berbahasa serta fungsi dalam kesantunan berbahasa itu sendiri.

3.6 Triangulasi Data

Penelitian penanda dan fungsi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexi J. Moleong (2006: 330), triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.

Dalam penelitian ini, peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.

Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan keahlian peneiliti lain untuk membantu mengurangi ketidakcermatan dalam langkah pengumpulan data. Penelitia lainnya yang melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini adalah pakar yang ahli dalam bidang pragmatik yakni, Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian berupa tuturan dari kegiatan pembelajaran siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan jangka waktu bulan Februari-Maret 2019. Jumlah data yang di analisis sebanyak 20 tuturan. Data di analisis berdasarkan prinsip kesantunan dengan kaidah kesantunan menurut Lecch (1993) dan fungsi kesantunan menurut Kunjana Rahardi (2005).

Dalam kegiatan pembelajaran, diperlukan adanya komunikasi antara pendidik dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik. Dengan adanya komunikasi proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Peneliti menganalisis data berdasarkan kaidah yang ditetapkan oleh (Lecch 1993). Peneliti menggunakan kaidah kesantunan Leech dan fungsi kesantunan menurut Kunjana Rahardi (2005) karena, sub maksim Leech dan fungsi kesantunan Kunjana sesuai dengan apa yang harus diperhatikan ketika dalam proses pembelajaran.

Untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran dengan baik, maka peserta didik dalam berkomunikasi harus memperhatikan dan menggunakan maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatian yang sesuai dengan sub maksim Leech (1993). Selain itu, harus memperhatikan fungsi kesantunan, yakni fungsi menyatakan infromasi (deklaratif), menyatakan perjanjian (deklaratif), pemberian izin (imperatif), penjelasan (deklaratif), dan menyetujui (imperatif).

39

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, peneliti menemukan ada 50 tuturan. Triangulasi dilakukan oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum. selaku dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah ditriangulasi, data yang disetujui sebanyak 48 tuturan.

4.2 Analisis Data

Hasil penelitian terhadap Penanda dan Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Siswa-Siswi Kelas Xi IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta sebagai berikut :

4.2.1 Analisis Penanda kesantunan berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa-Siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Berdasarkan Prinsip Kesantunan Leech.

Setalah melakukan penelitian, peneliti menemukan 4 penanda kesantunan berbahasa siswa kelas XI IPS kepada guru SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Penanda kesantunan tersebut terdiri dari maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim kerendahan hati, dan maksim ksesepakatan. Peneliti mendeskripsikan penanda kesantunan berbahasa tersebut sebagai berikut:

4.2.1.1 Penanda Maksim Kebijaksaaan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kebijaksanaan dapat diartikan sifat atau kepandaian dalam menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), arif tajam pemikiran dan mempunyai kejakapan atau berhati-hati apabila apabila menghadapi kesulitan. Ketika bertutur, sifat bijaksana juga harus diperhatikan agar proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat

berjalan dengan lancar dan terasa santun. Gagasan untuk bertutur secara santun ini dikemukan oleh Leech (1993) ke dalam 6 maksim salah satunya adalah maksim kebijaksanaan, dimana penutur diharuskan untuk meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain agar tuturan menjadi santun.

Maksim kebijaksanaan mengamanatkan hendaknya penutur harus mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan mamaksimalkan keuntungan bagi orang lain ketika bertutur. Maksim ini diungkapkan dengan menggunakan ujaran impositif dan komisif. Ujaran impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan perintah. Sedangkan tuturan komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang, dan tuturan ini berfungsi untuk menyatakan janji, penawaran. Dengan berpedoman pada maksim ini, diharapkan proses komunikasi dapat berjalan dengan baik dan tidak ada rasa saling menyakiti antara penutur dan mitra tutur. Dalam lingkup formal, pematuhan terhadap maksim ini sering dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran di kelas seperti di bawah ini:

1. Penyaji : Pagi teman-teman Peserta diskusi : Pagi....

Penyaji : Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu.

Saya minta perhatiannya yah. Jadi judul proposal saya adalah tentang pengaruh penggunaan gadget bagi prestasi belajar siswa. Sekian laporan saya, terima kasih.

Koteks : Penutur adalah penyaji, dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan tersebut ditujukan penutur penyaji) kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika akan membacakan hasil temuan mengenai judul proposal.

2. Siswa : Pak, judul saya penggunaan gadget di kalangan masyarakat.

Guru : Masalahmu apa ?

Siswa : Penggunaan gadget di zaman sekarang tu banyak pengaruh di kalangan masyarakat, kaya bisa buat kecanduan.

Guru : Gadget itu apa sih, apakah laptop itu termasuk gadget juga?

Makanya coba buat lebih spesifik, gedgetnya apa? terus mau cari pengaruhnya dari apa dan terhadap apa.

Siswa : Oke pak, nanti saya perbaiki lagi, terima kasih banyak pak.

Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan kepada penutur (siswa) terkait dengan judul proposalnya.

3. Guru : Temukan hal-hal yang masih salah dalam KTI kaka tingkat.

Perhatikan dibagian isi, mulai judul, pendahuluan dan sebagainya.

Tujuan kalian saya minta buat analisis KTI ini biar kalian bisa tahu mana hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis KTI.

Siswa : Baik pak, terima kasih atas arahannya, kami akan mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.

konteks : Penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk tidak berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis ilmiah) kaka tingkat.

4. Sisiwa : Pak saya mau tanya

Guru : Iya gimaan Ave mau tanya apa?

Sisiwa : Pak saya tu bingung menentukan antara judul saya pak Guru : Judul kamu sekarang tentang apa?

Siswa : Tentang penggunaan teknologi yang memberikan kecanduan pada anak zaman sekarang. Menurut bapak bisa gak yah itu pak?

Guru : Semua masalah itu bisa dijadikan untuk bahan penelitian.

Punyamu ini bisa cuman kalimatmu mungkin diubah, misalnya pengaruh penggunaan gadget bagi anak zaman sekarang Siswa : Baik pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima

kasih pak

Guru : Iya sama-sama. Sana kerjakan.

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa perumusan kalimat dalam judul penelitian perlu diubah.

5. Guru : Kalau sudah selesai langsung di upload yah, waktu tinggal dikit lagi. Jangan lupa di cek, siapa tau masih ada yang belum dikerjakan

Siswa : Syukurlah pak, untuk bapak ngasih tau jadi aku bisa tahu kalau punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload.

Makasih banyak pak

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa sebelum tugas di upload, harus di cek terlebih dahulu.

Data tuturan (1) dituturkan oleh seorang siswa yang akan memaparkan judul proposalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan ketika menuturkan pesannya yakni “Terima kasih” yang berarti mencerminkan rasa hormat kepada mitra tutur (peserta diskusi) selain itu dalam pengucapannya enak didengar. Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut ditujukan kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika penutur akan membacakan hasil temuan mengenai judul proposal. Data tuturan (1) tersebut tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech. Khusunya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin, yang terlihat dari tuturan “Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu. Saya minta perhatiannya yah.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas penutur menggunakan diski yang mencerminkan kesantunan yakni “Terima kasih atas kesempatannya,” yang menunjukan bahwa penutur bermaksud untuk menghormati mitra tutur (peserta diskusi).

Selanjutnya tuturan (2) dituturkan oleh seorang siswa ketika mendapat jawaban dan masukan dari mitra tutur (guru) mengenai judul proposal yang dibuat. Dalam bertutur, Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni, “Terima kasih banyak pak” ditujukan kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan mengenai judul proposal dan tuturan tersebut terikat pada konteks dimana penutur adalah seoarng siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada

mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan kepada penutur (siswa) terkait dengan judul proposalnya. Berdasarkan tuturan (2) diatas, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan Leech, khusunya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin, yang terlihat dari tuturan “Oke pak, nanti saya perbaiki lagi, terima kasih banyak pak.”

Jelas terlihat bahwa penutur menerima masukan dari mitra tutur (guru) dan berjanji akan memperbaiki judul proposalnya, dan hal tersebut akan menimbulkan perasaan senang bagi mitra tutur (guru) karena apa yang disampaikannya diterima baik oleh penutur.

Selanjutnya data tuturan (3) dituturkan oleh siswa ketika mendapat arahan yang diberikan oleh mitra tutur (guru) terkait dengan apa yang akan dikerjakan.

Dalam bertutur penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni

“Terima kasih” yang ditujukan kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan arahan mengenai apa yang harus dikerjakan dalam KTI (karya tulis ilmiah) milik kaka tingkat, dan hal ini terikat dalam konteks penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk tidak berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis ilmiah) kaka tingkat. Tuturan (3) tersebut tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin, yang terlihat dari tuturan “Baik pak terima kasih atas arahannya, kami akan mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.” Dalam tuturan tersebut jelas terlihat bahwa penutur (siswa) menerima arahan yang

diberikan oleh mitra tutur (guru), dan dalam tuturan tersebut menandakan bahwa penutur menghormati dan menghargai mitra tutur.

Dataran tuturan (4) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang mengatakan bahwa penutur harus mengubah rumusan kalimat dalam masalahnya tersebut, serta mitra tutur (guru) juga memberikan contoh kalimatnya Hal ini dapat di lihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa perumusan kalimat dalam judul penelitian perlu diubah. Data tuturan (4) dianggap sebagai bentuk tuturan yang santun karena telah mematuhi prinsip kesantunan Leech khususnya maksim kebijaksanaan, yakni penutur harus mamaksimalkan keuntungan bagi orang lain ketika bertutur. Tuturan yang dianggap santun dapat dilihat dalam tuturan “Baik pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima kasih pak.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas bahwa penutur telah menerima masukan dari mitra tutur untuk merumuskan kembali kalimat dalam masalah penelitian. Hal tersebut akan membuat mitra tutur merasa senang karena apa yang disampaikan dapat diterima baik oleh penutur. Tuturan di atas telah mematuhi maksim kebijaksanaan, karena penutur telah mamaksimalkan keuntungan penutur ketika bertutur, yakni penutur telah menerima masukan dari mitra tutur dan penutur telah menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “Terima kasih pak.”

Data tuturan (5) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang mengatakan bahwa sebelum para siswa mengupload tugas, harap dicek ulang siapa tahu ada yng terlewati untuk dikerjakan. Hal ini dapat di lihat dalam

konteks penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa sebelum tugas di upload, harus di cek terlebih dahulu. Data tuturan (5) merupakan tuturan yang dianggap santun karena mematuhi prinsp kesantunan Leech khususnya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan harus memberikan keuntungan bagi mitra tutur sebanyak mungkin. Tuturan yang dianggap santun dapat dilihat dalam tuturan “Syukurlah pak, untung bapak ngasih tahu jadi aku bisa tau kalau punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload.

Makasih banyak pak.” Dalam tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur telah memberikan jawaban yang mengurangi kerugian mitra tutur. jawaban yang diberikan penutur akan menimbulkan perasaan senang oleh mitra tutur.

Dari hasil analisis data di atas, peneliti menemukan ada 5 tuturan yang menerapkan maksim kebijaksanaan. Lima tuturan tersebut terdiri dari tuturan yang dituturkan oleh penutur (penyaji) kepada mitra tutur (peserta diskusi), serta tuturan yang dituturkan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru). Dalam bertutur, penutur telah menggunakan bahasa yang santun serta tuturannya memberikan keuntungan bagi mitra tutur. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh Leech (1993) dalam maksim kebijaksanaan, yakni tuturan harus

Dari hasil analisis data di atas, peneliti menemukan ada 5 tuturan yang menerapkan maksim kebijaksanaan. Lima tuturan tersebut terdiri dari tuturan yang dituturkan oleh penutur (penyaji) kepada mitra tutur (peserta diskusi), serta tuturan yang dituturkan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru). Dalam bertutur, penutur telah menggunakan bahasa yang santun serta tuturannya memberikan keuntungan bagi mitra tutur. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh Leech (1993) dalam maksim kebijaksanaan, yakni tuturan harus