• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Penanda kesantunan Berbahasa dalam

4.2.1.4 Penanda Maksim Kesepakatan

Maksim kesepakatan diartikan sebagai maksim yang menuntut penutur untuk sebanyak mungkin bersepakat dengan mitra tutur dan mengurangi ketidaksepakatan dengan mitra tutur. Seseorang yang dapat menaati maksim ini dipandang sebagai orang yang memerhatikan topik pembicaraan, dan dengan menaati maksim ini pula percecokan dapat dimanimalisir. Misalnya dalam proses komunikasi, ketika penutur dan mitra tutur mempunyai paham yang berbeda, diharpkan agar mereka tidak saling berkonfrontasi, agar hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap baik dan harmonis. Tidak dipungkri, kadang antar penutur dan mitra tutur pendapat atau argumen yang berbeda, tetapi alangkah baiknya penutur dan mitra tutur saling berpikir jernih dan mencari titik tengahnya agar menemukan suatu kesepakatan. Tentulah dengan hal tersebut, proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan konflik. Oleh karena itu, maksim kesepakatan ini perlu diketahui dan ditaati.

Dalam komunkasi sehari-hari, dapat ditemukan pematuhan terhadap maksim ini. Mereka yang mau berlapang dada dan mau mengalah akan menaati maksim ini, seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran berikut ini:

13. Siswa : Pak, kalau aku meneliti tentang pemikiran orang-orang tentang anak-anak broken home itu bisa gak ?

Guru : Mending pengaruh kondisi keluarga terhadap prestasi siswa aja.

Monik : Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak, saya akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah, terima kasih pak.

Guru : Iya, gunakan itu saja.

Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat masukan/sanggahan dari mitra tutur (guru)bahwa judul proposal yang digunakan kurang tepat.

14. Siswa : Pak, rumusan masalah ini dalam bentuk pertanyaan yah, terus semua kata tanya dimasukan semua yah ?

Guru : Iya bener sekali, misalnya bagaimanakah pengaruh penggunaan gadget bagi remaja, terus bisa menggunakan kata tanya apa..

misalnya apa pengaruh penggunaan gadget. Cukup gunakan kata tanya apa dan bagaiamana saja yah.

Siswa : Siap pak, makasih pak. Berarti fix yah pak saya cukup gunakan kata tanya bagaiaman dan apa.

Guru : Iya, dilanjutkan yah

Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat jawaban dari mitra tutur (guru) mengenai pertanyaan tentang rumusan masalah dan kata tanya.

15. Guru: Nanti kalian menganalisis kebahasaan KTI kak tingkat kalian.

Tapi yang pertama kalian jangan membuka EYD dulu. Kerjakan berdasarkan pengetahuan kalian saja dulu. Begitu yah. sepakat ?

Siswa : Siap pak, sepakat.

Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupapan respon yang diberikan oleh siswa kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan tugas mereka tidak boleh membuka EYD.

16. Guru : Kalian selesaikan pekerjaan kalian, bapak tinggal sebentar karena harus ke ruang panitia USBN. Kerjakan dengan baik, jangan mengobrol kesana-kemari. Saya di sana cuman cuman 5 menit, setelah itu saya periksa semua pekerjaan kalian. Dikerjakan yah.

Siswa : Iya pak, kami akan mengerjakan dan tidak berisik, tenang aja pak

Guru : Oke.

Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk mengerjakan tugas dan tidak berisik.

17. Siswa : Pak aku tu, pengen ngambil masalaah tentang pengaruh anak-anak muda yang jarag ke gereja atau tidak ke gereja ituloh pak terus nanti buat dapat kenapa gak gereja itu aku nyebarin kuisoner dan wawancara.

Guru : Itu bisa saja, terus nanti kamu bisa meyebarkan kuisoner atau wawancara untuk mendaptkan kenapa mereka tidak gereja.

Siswa : Oh berarti hanya kuisoner dan wawancara saja yah pak Guru: Iya kuisoner dan wawancara.

Siswa : Yaudah pak, berarti sepakat dengan kuisoner dan wawancara saja yah pak.

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa dalam mengumpulkan data penutur menggunakan kuisoner dan wawancara

18. Guru : Nanti kalian mengerjakan dengan tenang, bapak tinggal sebentar.

Di belakang ada mbak Ephy, jadi kalian harus jaga sikap yah.

Siswa : Iya pak, tenang aja. Kami akan jaga sikap kok.

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur harus mengerjakan tugas dengan tenang.

19. Sisiwa : Pak judul saya tentang pengaruh pergaulan siswa pada perkembangan diri. Itu bisa gak pak?

Guru : Iya.. nanti kamu mengamati untuk anak SMA atau SMP kamu silahkan memilih itu.

Siswa : Kalau saya mengamati anak SMP gimana pak

Guru : Gini aja kamu mending amati anak SMA karena tingkat pergaulannya sangat tinggi. Apalagi kamu bisa lihat teman-teman kamu di sini kan

Siswa : Oh iya pak, berarti saya amati anak SMA saja yah pak, makasih.

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru)yang mengatakan bahwa penutur lebih baik mengamati anak SMA saja dibanding dengan anak SMP.

20. Guru: Ini adalah tugas kedua kalian. Dan tugas ini akan bapak ambil nilai. Kalian kerjakan berdasarkan suruhan yang sudah ada di komputer

kalian masing-masing. Kalau ada yang tidak jelas, kalian bertanya ke bapak, jangan tanya ke teman kalian

Sisiwa : Iya pak, siap laksanakan

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terajdi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada mitra tuutr (guru) yang mengatakan bahwa tugas dikerjakan berdasarkan arahan yang ada di komputer dan jika ada pertanyaan yang tidak jelas, bisa beranya langsung kepada mitra tutur.

Data tuturan (13) dituturkan oleh siswa ketika mendapat jawaban yang diberikan oleh guru mengenai judul proposal. Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat masukan/sanggahan dari mitra tutur (guru) bahwa judul proposal yang digunakan kurang tepat. Data tuturan (13) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena mengusahakan kesepakatan dengan penutur (siswa) dan mitra tutur (guru), dengan hal ini baik penutur maupun mitra tutur sama-sama menerima dan tidak menimbulkan perdebatan. Hal ini sejalan dengan prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin, yang terlihat dalam tuturan “Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak, saya akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah, terima kasih pak. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur (siswa) menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur (guru) untuk mengubah judul proposal seperti yang disampikan oleh mitra tutur. Tuturan yang dilontarkan penutur menunjukan bahwa penutur bersepakat dengan mitra tutur untuk mengubah judul proposalnya.

Data tuturan (14) dituturkan oleh siswa ketika mendapat jawaban yang diberikan oleh guru mengenai rumusan masalah dan kata tanya yang digunakan.

Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat jawaabn dari mitra tutur (guru) mengenai pertanyaan tentang rumusan masalah dan kata tanya. Data tuturan (14) merupakan tuturan yang santun karena dalam bertutur penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Siap pak, makasih pak. Berarti fix yah pak saya cukup gunakan kata tanya bagaiaman dan apa.” Tuturan tersebut telah memenuhi maksim kesantunan Lecch (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas bahwa tuturan yang dilontarkan penutur menunjukan bahwa penutur bersepakat dengan mitra tutur untuk menggunakan kata tanya apa dan bagaiaman dalam merumuskan masalah dalam proposal, dan dengan hai ini baik penutur maupun mitra tutur sama-sama menerima dan tidak menimbulkan perdebatan.

Data tuturan (15) dtuturkan oleh siswa yang menanggapi pernyataan dari mitra tutur (guru) untuk tidak membuka EYD pada saat mengerjakan tugas. Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh siswa kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan tugas mereka tidak boleh membuka EYD. Data tuturan (15) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena mengusahakan kesepakatan antara penutur (siswa) dan mitra tutur (guru), dengan

hai ini baik penutur maupun mitra tutur sama-sama menerima dan tidak menimbulkan perdebatan. Hal ini sejalan dengan prinsip kesantunan Leech (1993:

217) khusunya maksim kesepakatan yakni membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin, yang terlihat dalam tuturan “Siap pak, sepakat.”

Tuturan yang dilontarkan penutur menunjukan bahwa penutur (siswa) bersepakat dengan mitra tutur (guru) untuk tidak membuka EYD pada saat mengerjakan tugas.

Data tuturan (16) dituturkan oleh siswa yang menanggapi pernyataan dari guru yang menyatakan bahwa para siswa harus mengerjakan tugas dengan baik dan tidak boleh berisik. Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk mengerjakan tugas dan tidak berisik. Data tuturan (16) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena dalam tuturan tersebut penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Iya pak, kami akan mengerjakan dan tidak berisik, tenang aja pak” Dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) telah mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni dalam bertutur, penutur harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam tuturan di atas, terlihat jelas bahwa penutur menyatakan bahwa mereka sepakat dengan mitra tutur untuk mengerjakan tugas dan tidak berisik, dan dengan hai ini baik penutur maupun mitra tutur sama-sama menerima dan tidak menimbulkan perdebatan.

Data tuturan (17) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang mengatakan bahwa untuk mengumpulkan data, cukup menggunakan kuisoner dan wawancara. Hal ini dapat dilihat dalam konteks Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa dalam mengumpulkan data penutur menggunakan kuisoner dan wawancara. Data tuturan (17) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun, karena dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Yaudah pak, berarti sepakat dengan kuisoner dan wawancara saja yah pak.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni dalam bertutur, penutur harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur untuk menggunakan kuisoner dan waancara dalam mengumpulkan data. Hal ini akan membuat mitra tutur merasa senang, karena apa yang dikatakannya diterim baik oleh penutur.

Data tuturan (18) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang menyatakan bahwa penutur harus mengerjakan tugas dengan tenang.

Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur harus mengerjakan tugas dengan tenang. Data tuturan (18) dipandang sebagai tuturan yang santun, karena dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra

tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Iya pak, tenang aja. Kami akan jaga sikap kok.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni dalam bertutur, penutur harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur untuk menjaga sikap saat mengerjakan tugas. Hal ini tentunya akan membuat perasaan mitra tutur senang.

Data tuturan (19) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang mengatakan bahwa lebih baik mengamati anak SMA karena tingkat pergaulan anak SMA lebih bebas. Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur lebih baik mengamati anak SMA saja dibanding dengan anak SMP. Data tuturan (19) dianggap sebagai bentuk tuturan yang santun, karena dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Oh iya pak, berarti saya amati anak SMA saja yah pak, makasih.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan, yakni dalam bertutur, penutur harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur untuk mengamati siswa SMA dikarenakan tingkat pergaulan siswa SMA lebih bebas.

Data tuturan (20) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang mengatakan bahwa, mereka harus mengerjakan tugas dengan baik sesuai dengan suruhan yang ada di komputer, dan jika ada hal yang dipertanyakan, mereka harus bertanya kepada guru bukan kepada teman. Hal ini dapat dilihat dalam konteks penutur adalah siswa dan tuturan terajdi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada mitra tuutr (guru) yang mengatakan bahwa tugas dikerjakan berdasarkan arahan yang ada di komputer dan jika ada pertanyaan yang tidak jelas, bisa beranya langsung kepada mitra tutur. Data tuturan (20) dianggap sebagai bentuk tuturan yang santun, karena dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Iya pak, siap laksanakan.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan, yakni dalam bertutur, penutur harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur mengerjakan tugas sesuai suruhan yang ada di komputer, dan jika ada hal yang membingungkan, mereka harus bertanya kepada guru bukan kepeda temannya.

Dari hasil analisi data di atas, peneliti menemukan ada 8 tuturan yang menerapkan maksim kesepakatan, yakni tuturan yang ditujukan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru). Dalam bertutur, penutur telah berusaha untuk bersepakat dengan mitra tutur, dan hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Leech dalam maksim kesepakatan, yakni penutur harus sebanyak mungkin bersepakat dengan mitra tutur dan mengurangi ketidaksepakatan dengan mitra

tutur. Tuturan di atas menunjukan hal yang demikian, yakni penutur dalam berkomunikasi telah berusaha untuk bersepakat dengan mitra tutur. Orang yang menerapkan maksim kesepakatan dalam berkomunikasi akan dipandang sebagai orang yang memperhatikan topik pemicaraan, dan apabila maksim ini diterapkan dengan baik, maka akan membuat proses komunikasi berjalan dengan lancar tanpa adanya percecokan.

4.2.3 Analisis Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam Tuturan Siswa-Siswi