• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Triangulasi

Penelitian penanda dan fungsi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexi J. Moleong (2006: 330), triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.

Dalam penelitian ini, peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.

Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan keahlian peneiliti lain untuk membantu mengurangi ketidakcermatan dalam langkah pengumpulan data. Penelitia lainnya yang melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini adalah pakar yang ahli dalam bidang pragmatik yakni, Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian berupa tuturan dari kegiatan pembelajaran siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan jangka waktu bulan Februari-Maret 2019. Jumlah data yang di analisis sebanyak 20 tuturan. Data di analisis berdasarkan prinsip kesantunan dengan kaidah kesantunan menurut Lecch (1993) dan fungsi kesantunan menurut Kunjana Rahardi (2005).

Dalam kegiatan pembelajaran, diperlukan adanya komunikasi antara pendidik dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik. Dengan adanya komunikasi proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Peneliti menganalisis data berdasarkan kaidah yang ditetapkan oleh (Lecch 1993). Peneliti menggunakan kaidah kesantunan Leech dan fungsi kesantunan menurut Kunjana Rahardi (2005) karena, sub maksim Leech dan fungsi kesantunan Kunjana sesuai dengan apa yang harus diperhatikan ketika dalam proses pembelajaran.

Untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran dengan baik, maka peserta didik dalam berkomunikasi harus memperhatikan dan menggunakan maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatian yang sesuai dengan sub maksim Leech (1993). Selain itu, harus memperhatikan fungsi kesantunan, yakni fungsi menyatakan infromasi (deklaratif), menyatakan perjanjian (deklaratif), pemberian izin (imperatif), penjelasan (deklaratif), dan menyetujui (imperatif).

39

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, peneliti menemukan ada 50 tuturan. Triangulasi dilakukan oleh Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum. selaku dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah ditriangulasi, data yang disetujui sebanyak 48 tuturan.

4.2 Analisis Data

Hasil penelitian terhadap Penanda dan Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Siswa-Siswi Kelas Xi IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta sebagai berikut :

4.2.1 Analisis Penanda kesantunan berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa-Siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Berdasarkan Prinsip Kesantunan Leech.

Setalah melakukan penelitian, peneliti menemukan 4 penanda kesantunan berbahasa siswa kelas XI IPS kepada guru SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Penanda kesantunan tersebut terdiri dari maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim kerendahan hati, dan maksim ksesepakatan. Peneliti mendeskripsikan penanda kesantunan berbahasa tersebut sebagai berikut:

4.2.1.1 Penanda Maksim Kebijaksaaan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kebijaksanaan dapat diartikan sifat atau kepandaian dalam menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), arif tajam pemikiran dan mempunyai kejakapan atau berhati-hati apabila apabila menghadapi kesulitan. Ketika bertutur, sifat bijaksana juga harus diperhatikan agar proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat

berjalan dengan lancar dan terasa santun. Gagasan untuk bertutur secara santun ini dikemukan oleh Leech (1993) ke dalam 6 maksim salah satunya adalah maksim kebijaksanaan, dimana penutur diharuskan untuk meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain agar tuturan menjadi santun.

Maksim kebijaksanaan mengamanatkan hendaknya penutur harus mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan mamaksimalkan keuntungan bagi orang lain ketika bertutur. Maksim ini diungkapkan dengan menggunakan ujaran impositif dan komisif. Ujaran impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan perintah. Sedangkan tuturan komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang, dan tuturan ini berfungsi untuk menyatakan janji, penawaran. Dengan berpedoman pada maksim ini, diharapkan proses komunikasi dapat berjalan dengan baik dan tidak ada rasa saling menyakiti antara penutur dan mitra tutur. Dalam lingkup formal, pematuhan terhadap maksim ini sering dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran di kelas seperti di bawah ini:

1. Penyaji : Pagi teman-teman Peserta diskusi : Pagi....

Penyaji : Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu.

Saya minta perhatiannya yah. Jadi judul proposal saya adalah tentang pengaruh penggunaan gadget bagi prestasi belajar siswa. Sekian laporan saya, terima kasih.

Koteks : Penutur adalah penyaji, dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan tersebut ditujukan penutur penyaji) kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika akan membacakan hasil temuan mengenai judul proposal.

2. Siswa : Pak, judul saya penggunaan gadget di kalangan masyarakat.

Guru : Masalahmu apa ?

Siswa : Penggunaan gadget di zaman sekarang tu banyak pengaruh di kalangan masyarakat, kaya bisa buat kecanduan.

Guru : Gadget itu apa sih, apakah laptop itu termasuk gadget juga?

Makanya coba buat lebih spesifik, gedgetnya apa? terus mau cari pengaruhnya dari apa dan terhadap apa.

Siswa : Oke pak, nanti saya perbaiki lagi, terima kasih banyak pak.

Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan kepada penutur (siswa) terkait dengan judul proposalnya.

3. Guru : Temukan hal-hal yang masih salah dalam KTI kaka tingkat.

Perhatikan dibagian isi, mulai judul, pendahuluan dan sebagainya.

Tujuan kalian saya minta buat analisis KTI ini biar kalian bisa tahu mana hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis KTI.

Siswa : Baik pak, terima kasih atas arahannya, kami akan mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.

konteks : Penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk tidak berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis ilmiah) kaka tingkat.

4. Sisiwa : Pak saya mau tanya

Guru : Iya gimaan Ave mau tanya apa?

Sisiwa : Pak saya tu bingung menentukan antara judul saya pak Guru : Judul kamu sekarang tentang apa?

Siswa : Tentang penggunaan teknologi yang memberikan kecanduan pada anak zaman sekarang. Menurut bapak bisa gak yah itu pak?

Guru : Semua masalah itu bisa dijadikan untuk bahan penelitian.

Punyamu ini bisa cuman kalimatmu mungkin diubah, misalnya pengaruh penggunaan gadget bagi anak zaman sekarang Siswa : Baik pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima

kasih pak

Guru : Iya sama-sama. Sana kerjakan.

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa perumusan kalimat dalam judul penelitian perlu diubah.

5. Guru : Kalau sudah selesai langsung di upload yah, waktu tinggal dikit lagi. Jangan lupa di cek, siapa tau masih ada yang belum dikerjakan

Siswa : Syukurlah pak, untuk bapak ngasih tau jadi aku bisa tahu kalau punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload.

Makasih banyak pak

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa sebelum tugas di upload, harus di cek terlebih dahulu.

Data tuturan (1) dituturkan oleh seorang siswa yang akan memaparkan judul proposalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan ketika menuturkan pesannya yakni “Terima kasih” yang berarti mencerminkan rasa hormat kepada mitra tutur (peserta diskusi) selain itu dalam pengucapannya enak didengar. Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut ditujukan kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika penutur akan membacakan hasil temuan mengenai judul proposal. Data tuturan (1) tersebut tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech. Khusunya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin, yang terlihat dari tuturan “Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu. Saya minta perhatiannya yah.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas penutur menggunakan diski yang mencerminkan kesantunan yakni “Terima kasih atas kesempatannya,” yang menunjukan bahwa penutur bermaksud untuk menghormati mitra tutur (peserta diskusi).

Selanjutnya tuturan (2) dituturkan oleh seorang siswa ketika mendapat jawaban dan masukan dari mitra tutur (guru) mengenai judul proposal yang dibuat. Dalam bertutur, Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni, “Terima kasih banyak pak” ditujukan kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan mengenai judul proposal dan tuturan tersebut terikat pada konteks dimana penutur adalah seoarng siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada

mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan kepada penutur (siswa) terkait dengan judul proposalnya. Berdasarkan tuturan (2) diatas, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan Leech, khusunya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin, yang terlihat dari tuturan “Oke pak, nanti saya perbaiki lagi, terima kasih banyak pak.”

Jelas terlihat bahwa penutur menerima masukan dari mitra tutur (guru) dan berjanji akan memperbaiki judul proposalnya, dan hal tersebut akan menimbulkan perasaan senang bagi mitra tutur (guru) karena apa yang disampaikannya diterima baik oleh penutur.

Selanjutnya data tuturan (3) dituturkan oleh siswa ketika mendapat arahan yang diberikan oleh mitra tutur (guru) terkait dengan apa yang akan dikerjakan.

Dalam bertutur penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni

“Terima kasih” yang ditujukan kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan arahan mengenai apa yang harus dikerjakan dalam KTI (karya tulis ilmiah) milik kaka tingkat, dan hal ini terikat dalam konteks penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk tidak berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis ilmiah) kaka tingkat. Tuturan (3) tersebut tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin, yang terlihat dari tuturan “Baik pak terima kasih atas arahannya, kami akan mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.” Dalam tuturan tersebut jelas terlihat bahwa penutur (siswa) menerima arahan yang

diberikan oleh mitra tutur (guru), dan dalam tuturan tersebut menandakan bahwa penutur menghormati dan menghargai mitra tutur.

Dataran tuturan (4) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang mengatakan bahwa penutur harus mengubah rumusan kalimat dalam masalahnya tersebut, serta mitra tutur (guru) juga memberikan contoh kalimatnya Hal ini dapat di lihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa perumusan kalimat dalam judul penelitian perlu diubah. Data tuturan (4) dianggap sebagai bentuk tuturan yang santun karena telah mematuhi prinsip kesantunan Leech khususnya maksim kebijaksanaan, yakni penutur harus mamaksimalkan keuntungan bagi orang lain ketika bertutur. Tuturan yang dianggap santun dapat dilihat dalam tuturan “Baik pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima kasih pak.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas bahwa penutur telah menerima masukan dari mitra tutur untuk merumuskan kembali kalimat dalam masalah penelitian. Hal tersebut akan membuat mitra tutur merasa senang karena apa yang disampaikan dapat diterima baik oleh penutur. Tuturan di atas telah mematuhi maksim kebijaksanaan, karena penutur telah mamaksimalkan keuntungan penutur ketika bertutur, yakni penutur telah menerima masukan dari mitra tutur dan penutur telah menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “Terima kasih pak.”

Data tuturan (5) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru yang mengatakan bahwa sebelum para siswa mengupload tugas, harap dicek ulang siapa tahu ada yng terlewati untuk dikerjakan. Hal ini dapat di lihat dalam

konteks penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa sebelum tugas di upload, harus di cek terlebih dahulu. Data tuturan (5) merupakan tuturan yang dianggap santun karena mematuhi prinsp kesantunan Leech khususnya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan harus memberikan keuntungan bagi mitra tutur sebanyak mungkin. Tuturan yang dianggap santun dapat dilihat dalam tuturan “Syukurlah pak, untung bapak ngasih tahu jadi aku bisa tau kalau punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload.

Makasih banyak pak.” Dalam tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur telah memberikan jawaban yang mengurangi kerugian mitra tutur. jawaban yang diberikan penutur akan menimbulkan perasaan senang oleh mitra tutur.

Dari hasil analisis data di atas, peneliti menemukan ada 5 tuturan yang menerapkan maksim kebijaksanaan. Lima tuturan tersebut terdiri dari tuturan yang dituturkan oleh penutur (penyaji) kepada mitra tutur (peserta diskusi), serta tuturan yang dituturkan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru). Dalam bertutur, penutur telah menggunakan bahasa yang santun serta tuturannya memberikan keuntungan bagi mitra tutur. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh Leech (1993) dalam maksim kebijaksanaan, yakni tuturan harus meminimlkan kerugian mitra tutur dan memaksimalkan keuntungan mitra tutur sebesar mungkin ketika bertutur. Dalam tuturan di atas, terlihat jelas bahwa apa yang dituturkan oleh penutur telah memberikan keuntungan kepada mitra tutur.

Tuturan yang menerapkan maksim kebijaksanaan akan dikatakan sebagai bentuk tuturan yang santun, dan dalam berkomunikasi jika seseorang menerapkan

maksim kebijaksanaan maka akan dijamin proses komunikasi akan berjalan dengan lancar.

4.2.1.2 Penanda Maksim Kedermawanan

Kedermawanan mempunyai arti sebagai kebaikan hati terhadap sesama manusia atau kemurahan hati (KBBI). Melihat hal ini, apabila suatu tuturan memerhatikan kebaikan hati atau kemurahan hati maka dapat dipastikan proses komunikasi dapat berjalan dengan baik, karena bila antara penutur dan mitra tutur sama-sama berbaik hati maka tuturan tidak akan melukai hati satu sama lain.

Leech mempunyai gagasan agar tuturan terasa santun salah satunya dengan memerhatikan arti kedermawanan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin, itulah yang dinamakan maksim kedermawanan (kerendahan hati). Dengan mematuhi prinsip ini, maka tuturan akan semakin lebih santun baik dalam lingkup sehari-hari atau formal.

Penutur yang mampu mematuhi maksim ini akan dianggap sebagai orang yang tahu sopan santun dan pintar menghargai orang lain. Tuturan ini biasanaya diujarkan dengan tuturan impositif dan komisif. Ujaran impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan perintah. Sedangkan tuturan komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang, dan tuturan ini berfungsi untuk menyatakan janji, penawaran. Apabila dalam suatu proses komunikasi, penutur dan mitra tutur mematuhi maksim ini, maka dapat dipastikan proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan santun karena penutur dan mitra tutur

mempunyai keinganan untuk saling menghargai satu sama lain. Pematuhan maksim kedermawanan ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup formal, dalam lingkup formal pematuhan terhadap maksim ini sering dijumpai , salah satunya dalam proses pembelajaran di kelas berikut ini :

6. Siswa 1 : Cak, ini yang dimaksud dengan kerangka teori itu apa sih?

Siswa 2 : Yah itu teori yang akan kamu gunakan. Kamu teorinya pake apa ?

Siswa 1 : aku belum nemu dari tadi.

Siswa 2 : Sek yah tak selesaikan bagianku, habis tu baru aku bantu carikan punyamu.

Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa 2) terhadap respon atau jawaban yang diberikan oleh mitra kelas, tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2) terhadap respon mitra tutur (guru) yang meminta para siswa untuk bertanya satu-satu.

8. Guru : Bagi yang tidak membawa format KTI, kalian bisa menggunakan buku paket kalian saja. Silahkan kalian cari di buka paket, hal-hal apa saja yang diperhatikan dalam menulis KTI.

Siswa 1 : Hito, aku gak bawa buku paketnya e, nanti kita gantian pake yah. Habis kamu pake aku pinjam punyamu.

Siswa 2 : Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake baru aku aja gk papa.

Siswa 1 : Yah bener nih to? Makasih yah.

Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2) terhadap pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang menyatakan bahwa ia tidak membawa buku paket dan akan meminjam buku paket penutur.

9. Siswa 1: Zefa, ako boleh minta bantuan kamu gak?. Ini kok aku gak bisa login komputernya yah. Waktunya tinggal dikit lagi dan aku belum

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur (siswa 2) kepada mitra tutur (siswa 1) yang mengatakan bahwa ia tidak bisa login di komputernya dan komputer lainnya eror.

10. Sisiwa 1 : Cin, aku gak bawa EYD, nanti boleh gantian yah, aku pinjam punyamu

Siswa 2 : Yaudah ni pake dulu aja.

Sisiwa 1 : Lah nanti kamu gimana?

Siswa 2 : Gampang nanti, kamu pake 30 menit abis tu gantian Siswa 1 : Oke makasih yah

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur (siswa 2) yang meminjamkan EYD miliknya kepada mitra tutur (siswa 1)

11. Siswa 1 : Pak, ini kok komputer saya dari tadi gak mau login e Guru : Coba kamu pindah ke komputer lain

Siswa 2 : Eh Gus, komputer di samping gue ni bisa. Ini lu login pake komputer gue ni, biar gue pindah di sebelah

Siswa 1 : Eh yaudah aku yang di sebelah aja, kan kamu udh login punyamu tadi.

Siswa 2 : Santai bro. Aku baru aja mau login. Sini loh

Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.

Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa 2) kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa komputernya tidak bisa login.

Data tuturan (6) di tuturkan oleh seorang siswa ketika mengerjakan proposal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa 2) terhadap respon atau jawaban yang diberikan oleh mitra tutur (siswa 1) dimana ia belum menemukan teori yang digunakan.

Dalam tuturan (6) tersebut, penutur mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya maksim kedermawanan yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin, yang terlihat dalam tuturan “Sek yah tak selesaikan bagiaku, habis tu baru aku bantu carikan

punyamu.” Dalam tuturan tersebut, tuturan yang dituturkan penutur (siswa 2) telah meminimlakan keuntungan bagi dirinya sendiri. Penutur (siswa 2) menyatakan kesediaannya membantu mitra tutur (siswa 1) untuk mencari teori yang akan mitra tutur gunakan, dan hal ini menunjukan bahwa penutur (siswa 2) berusaha untuk meminimalkan keuntungan sendiri yakni dengan membantu mitra tutur dalam mencari teorinya.

Data tuturan (7) dituturkan oleh seorang siswa ketika mendapat respon dari mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk bertanya satu-satu. Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas, tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 1) terhadap respon mitra tutur (guru) yang meminta para siswa untuk bertanya satu-satu. Dalam tuturan (7) tersebut, penutur mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya maksim kedermawanan yakni, tuturan harus membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin yang terlihat dalam tuturan “Yaudah itu dulu aja gak papa pak, habis tu baru aku.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas bahwa penutur (siswa 2) berusaha untuk meminimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri dengan menyatakan bahwa ia bersedia mengalah dan mempersilahkan teman-temannya yang lain untuk bertanya terlebih dahulu kepada guru. Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi penutur (siswa 2) karena ia harus menunggu giliran untuk bertanya.

Data tuturan (8) dituturkan oleh penutur (siswa 2) ketika mendapat pernyataa dari mitra tutur (siswa 1) yang tidak membawa buku paket dan meminjam buku paket milih penutur (siswa 2). Hal ini terlihat dalam konteks,

penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2) terhadap pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang menyatakan bahwa ia tidak membawa buku paket dan akan meminjam buku paket penutur. Dalam tuturan (8) tersebut, penutur mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya maksim kedermawanan yakni, tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin terlihat dalam tuturan “Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake baru aku aja gak papa.” Terlihat jelas bahwa dalam tuturan tersebut penutur (siswa 2) berusaha untuk membuat keuntungan dirinya sekecil mungkin dengan menyatakan bahwa ia akan meminjamkan buku paket miliknya kepada mitra tutur (siswa 1) bahkan penutur mempersilahkan mitra tutur untuk menggunakan buku paketnya terlebih dahulu. Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi penutur karena penutur akan ketinggalan dalam membaca dan memahami tentang format dalam menulis KTI (karya tulis ilmiah).

Data tuturan (9) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari siswa 1 yang mengatakan bahwa semua komputer lagi eror sehingga ia tidak bisa login pada komputernya. Hal ini dapat dilihat pada konteks, penutur adalah siswa

Data tuturan (9) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari siswa 1 yang mengatakan bahwa semua komputer lagi eror sehingga ia tidak bisa login pada komputernya. Hal ini dapat dilihat pada konteks, penutur adalah siswa