• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

C. Kerangka Berpikir

Berpikir kritis dan kreatif tentu sangat penting di dalam kehidupan, karena kemampuan berpikir kritis dan kreatif bagaikan dua sisi mata uang yang keduanya saling berhubungan satu sama lain. Seluruh manusia adalah pemikir kritis dan kreatif hanya saja proses menumbuhkan dan mengembangkan keduanya tentu beda dari setiap orang. Sebagai contoh dalam kehidupan, seseorang dengan pemikiran kreatif akan merancang kostum untuk digunakan dalam konser dan pemikir kritis memastikan kainnya cocok dan jahitannya kuat. Contoh lain dalam kehidupan, seseorang yang kreatif akan mengeluarkan ide-ide baru yang ia miliki sedangkan seseorang yang kritis akan memilah dan memilih ide yang seperti apa yang harus disampaikan kepada orang-orang sehingga ide itu dapat diterima oleh orang lain. Dengan memiliki kedua kemampuan ini, seseorang akan menjadi individu yang memiliki kemampuan yang siap untuk bersaing dengan banyak orang. Berdasarkan hal tersebut, kedua kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika.

Pada kenyataannya, masih banyak guru yang belum terlalu mengembangkan kemampuan berpikir tersebut. Ini terlihat pada proses pembelajaran yang kebanyakan masih berpusat pada guru sehingga kurang mengembangkan potensi siswa. Siswa dibiasakan dengan pembelajaran satu arah. Keadaan seperti ini yang membuat kemampuan berpikir khususnya berpikir kritis dan kreatif siswa menjadi rendah. Selain itu juga, siswa dibiasakan dengan soal-soal latihan yang hanya mempunyai satu jawaban. Siswa jarang diberikan soal-soal yang menuntut jawaban berdasarkan

36 Hedi Budiman, ”Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Software Cabri 3D”, Jurnal Mahasiswa Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI Bandung tahun 2011

34

pendapat mereka. Dengan begitu, kemampuan berpikir krtis dan kreatifnya pun rendah.

Apabila diamati dari beberapa sekolah, salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir siswa terletak pada faktor pendekatan pembelajaran atau penggunaan strategi, metode, teknik mengajar yang diasumsikan belum tepat karena proses pembelajaran hanya berjalan satu arah. Siswa kurang diajak berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika dan tentunya siswa akan lebih pasif jika diterapkan pembelajaran yang kurang melibatkan partisipasi siswa dalam belajar. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, salah satunya adalah Model Eliciting Activities (MEAs).

Pendekatan MEAs adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar menghasilkan suatu model yang paling efektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu masalah matematika Pendekatan MEAs akan banyak melibatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajarannya dan siswa akan berulang-ulang kali melakukan proses berpikir untuk menemukan suatu model yang dirasa paling tepat menurut mereka. MEAs merupakan suatu pendekatan yang mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun suatu model, oleh karena itu tahap pembelajarannya pun lebih mengutamakan kerjasama siswa pada grup dalam membangun model matematik untuk menyelesaikan suatu masalah. Melalui MEAs, siswa berulang kali mengungkapkan, menguji, dan memperbaiki atau merevisi cara berpikir mereka untuk menghasilkan sebuah model yang terstruktur dan paling efektif serta efisien untuk memecahkan masalah yang diberikan. Kegiatan membuat model secara tidak langsung akan mendorong siswa untuk berpikir luwes dalam menemukan ide baru. Dan melalui ini, siswa akan terlatih untuk memutuskan suatu kesimpulan dari masalah yang mereka anggap benar.

Berdasarkan tahap pembelajarannya, pembelajaran MEAs

MEAs, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyajian masalah yang memunculkan aktivitas untuk menghasilkan model matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika. Melalui proses pemodelan siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, khususnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Selama proses pemodelan, siswa akan diberikan panduan dalam membuat suatu model dengan memperhatikan langkah-langkah pembentukan suatu model. Tahap awal, siswa mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata dan menyatakannya dalam bentuk yang setepat mungkin. Tahap kedua, siswa membuat model matematis yang mungkin dari situasi masalah yang diberikan. Pada tahap ini memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, karena siswa berulang kali menggunakan kemampuan berpikir mereka untuk menentukan model matematis yang paling tapat.

Tahap ketiga, siswa menganalisis model agar model tersebut dapat menyelesaikan masalah yang ada. Pada tahap keempat, siswa diminta untuk mencocokkan solusi matematis yang diperoleh kedalam situasi semula. Setelah siswa melewati keempat tahap pemodelan tersebut, dalam MEAs

siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan memeriksa model matematis yang telah dibuat melalui lembar refleksi yang terdapat 3 pertanyaan berkaitan dengan model matematis. Pertanyaan pertama berkaitan dengan aspek representasi dengan menanyakan jawaban yang dibuat sudah menyajikan model matematis atau belum. Pertanyaan kedua berkaitan dengan aspek validitas dengan menanyakan model matematis yang dibuat sudah tepat atau belum. Dan pertanyaan ketiga berkaitan dengan aspek penerapan dengan menanyakan model matematis yang telah dibuat dapat digunakan dalam konsep matematika yang lain apa tidak.

Berdasarkan tahap-tahap pembelajaran MEAs, memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, khususnya berpikir kritis dan kreatif siswa, karena pada setiap tahap pembelajaran membutuhkan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah, memberikan alasan,

36

memberikan banyak jawaban yang berbeda-beda, serta menentukan alternatif jawaban yang mungkin. Jadi, melalui MEAs ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam bidang matematika, khususnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis aspek focus, reason, dan

overview serta kemampuan berpikir kreatif aspek fluency, flexibility, dan

originality. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

Model Eliciting Activities (MEAs) diduga dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

Uraian tersebut dapat direpresentasikan melalui bagan berikut:

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori serta kerangka berpikir yang telah dijelaskan, maka penulis dapat membuat hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran Model Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional

b. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran Model Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi

Model Eliciting Activities (MEAs)

Tahap Pembelajaran:

1. Mengidentifikasi masalah 2. Membuat model matematika 3. Mentransformasi model 4. Menginterpretasi model Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Tinggi Focus Reason Overview Fluency Flexibility Originality

daripada kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional

c. Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis matematis dengan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

38

BAB III