• Tidak ada hasil yang ditemukan

Literasi merupakan keterampilan kritis dan analitis yang diperlukan tiap individu untuk membantu memahami dan menginterpretasikan teks, baik teks lisan maupun teks tulis yang untuk memecahkan permasalahan kehidupan yang ada di masyarakat baik secara akademis maupun sosial. Literasi juga dapat dimaknai sebagai kemampuan individu dalam memecahkan masalah dengan menggunakan teks sebagai alatnya. Dewasa ini, pengertian literasi mengalami perkembangan yang lebih kompleks menjadi sebuah kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang kaya dan beragam untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, melihat, menyajikan, dan berpikir kritis. Hal tersebut kemudian

64

dirangkum oleh satuan pendidikan untuk diajarkan di sekolah-sekolah dengan tujuan agar siswa terampil menguasai dimensi linguistik.

Pembelajaran literasi secara umum bertujuan agar siswa mampu mencapai beberapa kompetensi, seperti (1) percaya diri, lancar, dan paham dalam membaca dan menulis; (2) tertarik pada buku, menikmati kegiatan membaca, mengevaluasi dan menilai bacaan yang dibaca; (3) mengetahui dan memahami berbagai bentuk bacaan; (4) memahami dan terbiasa dengan bermacam gaya bahasa; (5) memahami dan menggunakan berbagai teks nonfiksi; (6) menggunakan berbagai macam petunjuk baca; (7) merencanakan, menyusun draf, merevisi, dan mengedit tulisan yang dibuat sendiri; (8) memiliki ketertarikan terhadap kata dan makna, serta aktif mengembangkan kosakata; (9) memahami dan menggunakan sistem bunyi dan ejaan pada bacaan yang sedang dibaca; dan (10) lancar dan terbiasa menulis tangan. Berdasarkan beberapa tujuan tersebut, pada dasarnya kegiatan literasi bertujuan untuk memperkenalkan anak-anak tentang dasar-dasar membaca dan menulis, memelihara kesadaran bahasa, dan memotivasi untuk belajar.

Dalam praktiknya, kegiatan literasi dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai individu yang kompeten dalam konteks literasi. Berkaitan dengan itu, ada empat tujuan khusus diadakannya pembelajaran literasi, yaitu (1) membentuk siswa menjadi pembaca, penulis, dan komunikator yang strategis dengan memperhatikan tujuan teks, sasaran pembaca, dan ragam bentuk teks; (2) meningkatkan

65

kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir pada siswa sebagai pengatur proses membaca dan menulis yang dilakukan; (3) meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar berliterasi sepanjang hidupnya dengan kesadaran bahwa berliterasi mampu membantu mereka mempelajari dirinya sendiri sehingga membantu mereka dalam memecahkan masalah, mengeksplorasi, dan mempengaruhi dunia; (4) mengembangkan kemandirian siswa sebagai seorang pemelajar yang kreatif, inovatif, produktif, dan berkarakter.

Pada jenjang pendidikan, kegiatan literasi sangat diperlukan. Semakin berkembangnya inovasi dan kreasi pembelajaran literasi, para pendidik dan guru kemudian memasukkan pendidikan karakter pada pembelajaran literasi, khususnya literasi membaca. Adanya ide pendidikan karakter yang dikemas dengan kegiatan literasi membaca menjadi sebuah inovasi baru agar pendidikan karakter tidak hanya diberikan pada muatan agama dan PPKn saja namun juga dapat dikemas dalam bentuk yang lebih efektif dan menarik. Kegiatan membaca dianggap sebagai kegiatan yang paling sederhana dan efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada anak. Hal tersebut karena dalam buku cerita akan terdapat banyak variasi kisah yang di dalamnya terdapat berbagai nilai karakter baik yang muncul.

Istilah karakter sangat berkaitan erat dengan kepribadian seseorang. Individu dengan karakter baik dapat dinilai berdasarkan kemampuannya dalam membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat

66

dari keputusan yang dibuatnya. Mereka yang berkarakter cenderung akan mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki dengan kesadaran, emosi, serta motivasi yang baik. Setiap individu telah dipastikan memiliki potensi dan karakter dasar yang dibawa sejak lahir. Namun, dalam proses hidupnya tetap diperlukan pembiasaan dan pelatihan agar tercipta karakter yang baik yang menjadi jati dirinya. Hal-hal tersebut yang kemudian akan menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya pembiasaan dan pelatihan karakter yang baik, diperlukan adanya pendidikan karakter.

Pendidikan karakter merupakan usaha untuk mendidik agar anak dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Pendidikan karakter dilakukan oleh guru dengan sengaja dan sadar yang pada akhirnya mampu mempengaruhi karakter peserta didik untuk membantu mereka menjadi individu yang memahami, peduli, dan melaksanakan nilai-nilai inti yang terkandung dalam Pancasila. Guru berperan membantu membentuk watak peserta didik yang mencakup teladan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara saat menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal yang terkait lainnya. Pendidikan karakter sangat diperlukan diajarkan kepada peserta didik, mengingat pendidikan karakter tidak hanya membuat individu memiliki akhlak yang mulia, namun juga dapat meningkatkan kualitas akademiknya. Meskipun begitu, pendidikan karakter harus diajarkan sesuai dengan usia

67

peserta didik. Pembelajaran yang terlalu memaksakan anak untuk menguasai kemampuan berpikir dan memahami secara dini hanya akan membuat anak stres karena terjadi ketidaksesuaian dengan usia yang seharusnya lebih banyak bermain dan bereksplorasi. Berdasarkan hal tersebut, pendidik dan guru sangat perlu menggunakan sebuah media yang mampu menarik simpati anak agar tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif namun tetap menyenangkan, salah satunya adalah dengan buku cerita bergambar.

Buku cerita bergambar merupakan buku yang menampilkan gambar dan teks yang keduanya saling menjalin keterkaitan satu sama lain dimana baik gambar maupun teks saling dipadukan untuk saling mengisi dan melengkapi. Buku cerita bergambar memuat berbagai tema yang didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak dengan menggunakan manusia atau hewan sebagai tokohnya sehingga anak dapat lebih memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya.

Dalam setiap buku cerita bergambar, pasti akan selalu ditemukan berbagai gambar menarik dengan penuh warna-warna. Gambar-gambar ilustrasi tersebut biasanya sudah tergambar di sampul buku bacaan untuk menarik perhatian anak dan pembaca lainnya. Pada halaman-halaman buku cerita juga akan banyak terdapat gambar-gambar bagus di sela-sela teks narasi, dapat terletak di bawah, maupun di samping halaman. Hal tersebut menjadi ilustrasi atau sebagai penjelas maksud dari bacaan yang dibuat oleh penulis.

68

Perpaduan antara narasi teks dengan gambar-gambar yang mendukung sangat penting bagi pembaca anak mengingat bahwa daya tangkap dan imajinasi anak masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, adanya gambar-gambar dalam sebuah buku cerita mampu merangsang imajinasi dan merangsang anak untuk menunjukkan sikap dan ekspresi berdasarkan alur cerita yang disajikan. Selain itu, imajinasi anak tentang tokoh yang terdapat dalam buku cerita itu, seperti binatang, orang, maupun gambar aktivitas, bisa jadi belum terbentuk dengan baik sehingga narasi dengan gambar akan memberikan kesempatan untuk berimajinasi secara lebih konkret. Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan buku cerita bergambar untuk menanamkan pendidikan karakter dan menciptakan kebiasaan membaca pada anak.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan sebuah buku cerita yang memfokuskan konsep pendidikan karakter religius, tanggung jawab, disiplin, peduli lingkungan, jujur, dan toleransi untuk anak usia SD kelas rendah sehingga anak dapat memahami dan mengambil pesan moral serta mewujudkannya melalui sikap, ujaran, dan perilaku dalam kehidupan sehari-harinya.

Dokumen terkait