• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil Penelitian Pengembangan

1. Proses Pengembangan Buku Cerita Bergambar

Berdasarkan langkah-langkah pengembangan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, proses pengembangan buku cerita bergambar ini mengikuti keenam tahap berikut.

a. Potensi dan Masalah

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian dan pengembangan buku cerita bergambar ini adalah mencari potensi dan masalah dengan melakukan analisis kebutuhan. Peneliti melihat potensi yang ada saat ini adalah terkait dengan pendidikan karakter dan literasi membaca. Setiap individu telah dipastikan memiliki potensi karakter dasar yang dibawa sejak lahir. Namun dalam proses hidupnya tetap diperlukan pembiasaan dan

105

pelatihan agar tercipta karakter yang baik dan menjadi jati dirinya. Adanya upaya pendidikan karakter sangat ditekankan pada tingkat dasar karena pada tingkat ini akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya.

Pada prinsipnya, guru dan seluruh warga sekolah tidak dapat mengelak dan sangat berkewajiban untuk mengajarkan nilai-nilai baik yang seharusnya dan mencegah nilai-nilai buruk yang tidak sepantasnya. Namun dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter mengalami banyak kendala. Sering kali pendidikan karakter hanya diberikan pada muatan pelajaran agama dan PPKn saja. Sementara itu, anak juga memerlukan teladan yang mampu mempengaruhi karakter mereka agar menjadi individu yang sesuai dengan nilai-nilai dalam Pancasila.

Guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi ajar kepada siswa, namun guru perlu membantu membentuk watak peserta didik melalui keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, dan berbagai hal yang terkait lainnya. Oleh karena itu, guru membutuhkan media untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak. Adanya ide pendidikan karakter yang dikemas dalam bentuk literasi membaca akan menjadi kegiatan yang lebih efektif dan menarik. Kegiatan membaca dianggap menjadi salah satu kegiatan yang paling sederhana dan efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut karena dalam buku cerita akan terdapat banyak variasi kisah yang di dalamnya terdapat berbagai nilai karakter yang muncul. Selain itu, kisah-kisah yang dikemas melekat dengan kegiatan sehari-hari membuat pembaca dapat lebih

106

memahami cerita dengan baik dan mengambil nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data-data mengenai potensi dan masalah yang dihadapi anak dan guru, peneliti melakukan proses pengumpulan data.

b. Pengumpulan Data

Setelah menemukan potensi dan masalah, selanjutnya peneliti mengumpulkan data-data sebagai analisis kebutuhan. Data analisis kebutuhan diperoleh melalui wawancara yang dilakukan kepada satu pengajar di Kelompok Belajar Sumbu Pakarti dan satu guru kelas II SD N Plakaran. Wawancara tersebut dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan masalah dalam pelaksanaan nilai-nilai karakter dan minat membaca pada anak.

Selain wawancara, peneliti juga memperoleh data analisis melalui kuesioner yang diberikan kepada 25 siswa kelas II SD N Plakaran. Hasil jawaban kuesioner berguna untuk mengetahui informasi dari siswa terkait kebiasaan membaca, contoh sikap dalam pendidikan karakter, dan jenis buku yang digemari. Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner tersebut kemudian diolah dan dianalisis kebutuhannya.

1) Hasil wawancara pra-penelitian guru dan pengajar

Wawancara dilakukan kepada satu guru kelas II SD N Plakaran dan satu pengajar KB Sumbu Pakarti. Wawancara yang pertama dilakukan pada tanggal 20 April 2020 kepada satu pengajar KB Sumbu Pakarti dan wawancara kedua dilakukan pada tanggal 4 Juni 2020 kepada

107

satu guru kelas II SD N Plakaran. Wawancara ini berpedoman pada 10 butir pertanyaan analisis kebutuhan buku cerita bergambar berbasis literasi dan pendidikan karakter. Butir soal pertama mengenai minat anak dalam membaca; butir soal kedua mengenai perlunya menerapkan membaca pada anak sejak dini; butir soal ketiga mengenai kendala yang dihadapi saat menerapkan kebiasaan membaca; butir soal keempat mengenai ketersediaan buku; butir soal kelima mengenai upaya yang dilakukan untuk pengadaan buku; butir soal keenam mengenai karakter yang sering dimunculkan anak kelas II SD; butir soal ketujuh mengenai kegiatan yang dilakukan untuk menerapkan nilai karakter; butir soal kedelapan mengenai perubahan karakter setelah menerapkan kebiasaan membaca; butir soal kesembilan mengenai penggunaan buku cerita bergambar untuk menanamkan pendidikan karakter; dan butir soal kesepuluh mengenai kebutuhan pengajar memiliki buku cerita bergambar yang khusus mengajarkan nilai-nilai karakter pada anak.

Rangkuman hasil wawancara yang dilakukan kepada satu pengajar KB Sumbu Pakarti dan satu guru kelas II SD N Plakaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1

Rangkuman Hasil Wawancara Pengajar di KB Sumbu Pakarti No. Daftar Pertanyaan

Wawancara

Rangkuman Hasil Wawancara 1. Bagaimana minat anak

dalam membaca?

Anak-anak memiliki minat membaca yang terbilang rendah. Saat diberikan buku bacaan, mereka hanya melihat gambar yang ada, bukan membaca cerita yang disajikan.

108 2. Mengapa membaca perlu

diterapkan sejak dini?

Membaca sangat penting diterapkan karena membaca mampu menumbuhkan pola berpikir kritis terhadap anak. Melalui membaca, anak mendapat banyak pengetahuan sehingga mereka mampu menyaring informasi baru.

3. Apa saja kendala yang dihadapi saat menerapkan kebiasaan membaca?

Hal yang paling menjadi kendala adalah mengajak anak-anak di bantaran sungai untuk mau membaca, karena mereka tidak suka membaca. Bagi mereka, membaca adalah kegiatan yang paling membosankan. 4. Buku apa saja yang

sudah tersedia?

Buku-buku cerita bergambar fiktif. 5. Apa saja upaya yang

Anda lakukan untuk pengadaan buku cerita?

Meminta bantuan sumbangan buku cerita dan buku pelajaran melalui media sosial.

6. Karakter apa saja yang paling sering dimunculkan anak?

Anak tidak mau dipaksa untuk membaca, mudah bosan, tertarik pada hal-hal yang mencolok, dan masih bertindak semaunya.

7. Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk membangun kesadaran siswa mengenai pendidikan karakter?

Memberikan permainan kecil yang menyenangkan dan menarik perhatian anak, mengajak anak untuk mendengarkan dongeng, menanyakan pendapat anak mengenai beberapa perilaku anak, dan di setiap akhir bulan selalu mengadakan kegiatan pertunjukan yang melibatkan anak-anak.

8. Bagaimana perubahan karakter pada anak setelah mengikuti kegiatan literasi membaca?

Anak mulai memiliki ketertarikan pada kegiatan membaca, menunjukkan sikap menghargai pada orang asing, dan memiliki tutur kata yang sopan saat berbicara.

9. Apakah Anda pernah menggunakan buku cerita bergambar untuk menanamkan pendidikan karakter?

Belum pernah menggunakan buku cerita bergambar untuk menanamkan pendidikan karakter karena buku-buku tersebut belum tersedia.

10. Menurut Anda, apakah Anda membutuhkan buku cerita bergambar yang khusus

Sangat membutuhkan karena buku cerita bergambar akan sangat membantu anak membelajarkan beragam nilai yang ada dalam buku

109 mengajarkan nilai-nilai karakter pada anak?

tersebut. Selain itu, anak-anak di KB Sumbu Pakarti akan sangat senang jika mereka mendapat buku cerita bergambar yang khusus mengajarkan nilai karakter.

Tabel 4.2

Rangkuman Hasil Wawancara Guru Kelas II SD N Plakaran No. Daftar Pertanyaan

Wawancara

Rangkuman Hasil Wawancara 1. Bagaimana minat anak

dalam membaca?

Anak-anak memiliki minat yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan kebiasaan anak yang suka menghabiskan waktu di perpustakaan saat sedang istirahat.

2. Mengapa membaca perlu diterapkan sejak dini?

Kebiasaan membaca perlu dibiasakan sejak dini, terutama membaca buku cerita yang menanamkan pendidikan karakter baik agar anak terbiasa berperilaku yang baik sejak dini. 3. Apa saja kendala yang

dihadapi saat menerapkan kebiasaan membaca?

Hal yang menjadi kendala adalah ketersediaan buku-buku yang menarik dan ringan untuk dibaca anak.

4. Buku apa saja yang sudah tersedia?

Buku yang ada di perpustakaan cukup memadai, namun buku yang tersedia didominasi oleh buku biografi.

5. Apa saja upaya yang Anda lakukan untuk pengadaan buku cerita?

Buku-buku yang ada di perpustakaan didukung dengan adanya pengajuan sumbangan buku dari perpustakaan daerah.

6. Karakter apa saja yang paling sering dimunculkan anak?

Perlu pengulangan perintah, malas merapikan seragam baju yang keluar, tidak menurut, tidak mudah mendengarkan orang lain, dan akan langsung berubah sikap saat merasa tidak nyaman dengan hal yang sedang ia lakukan.

7. Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk membangun kesadaran siswa mengenai pendidikan karakter?

Belum ada kegiatan khusus untuk membangun kesadaran anak, namun guru selalu mengajarkan nilai-nilai karakter secara lisan.

110 8. Bagaimana perubahan karakter pada anak setelah mengikuti kegiatan literasi membaca?

Sebenarnya, anak sudah memiliki karakter yang cukup baik, namun dengan adanya kegiatan membaca selama di sekolah anak menjadi memiliki kebiasaan lain selain menghabiskan uang saku mereka. 9. Apakah Anda pernah

menggunakan buku cerita bergambar untuk menanamkan pendidikan karakter?

Belum pernah memiliki ide menanamkan pendidikan karakter menggunakan buku cerita bergambar.

10. Menurut Anda, apakah Anda membutuhkan buku cerita bergambar yang khusus mengajarkan nilai-nilai karakter pada anak?

Sangat membutuhkan karena guru akan merasa terbantu dengan adanya buku cerita bergambar yang berisi tentang nilai-nilai karakter.

Berdasarkan hasil wawancara analisis kebutuhan tersebut, narasumber menyatakan bahwa narasumber membutuhkan buku cerita bergambar berbasis literasi dan pendidikan karakter. Buku cerita bergambar yang dibutuhkan adalah buku cerita bergambar yang memuat cerita yang ringan, menarik, dan memiliki warna gambar yang mencolok. Menurut narasumber, anak kelas II SD akan sangat senang dan tertarik untuk membaca buku yang memiliki banyak gambar-gambar menarik. Buku cerita bergambar juga dituntut dapat membantu untuk membangun kesadaran anak untuk mau menerapkan nilai-nilai karakter yang baik dalam kehidupan kesehariannya.

2) Hasil kuesioner pra-penelitian siswa

Peneliti melakukan kuesioner pra-penelitian yang disebarkan kepada 25 siswa kelas II SD N Plakaran. Kuesioner disebarkan pada

111

tanggal 8-12 Juni 2020. Hasil rekap kuesioner yang telah dilakukan akan dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, pertanyaan mengenai kesukaan siswa pada kegiatan membaca buku. Dari dua puluh lima siswa, dua puluh siswa (80%) mengatakan suka membaca buku dan lima siswa (20%) mengatakan tidak suka membaca buku.

Kedua, pertanyaan mengenai buku yang pernah dibaca. Dari dua puluh lima siswa, tujuh belas siswa (68%) pernah membaca buku cerita, tiga siswa (12%) pernah membaca komik, empat siswa (16%) pernah membaca buku pengetahuan, dan satu siswa (4%) tidak menjawab.

Ketiga, pertanyaan mengenai kesukaan membaca buku di perpustakaan sekolah. Dari dua puluh lima siswa, dua puluh siswa (80%) suka membaca buku cerita di perpustakaan sekolah sedangkan lima siswa (20%) tidak suka membaca buku cerita di perpustakaan sekolah.

Keempat, pertanyaan mengenai perasaan ketika membaca buku. Dari dua puluh lima siswa, dua puluh satu siswa (84%) merasa senang, satu siswa (4%) merasa sangat senang, dan tiga siswa (12%) merasa biasa saja.

Kelima, pertanyaan mengenai buku yang paling menarik. Dari dua puluh lima siswa, dua siswa (8%) menyukai buku cerita yang berisi tulisan saja, delapan siswa (32%) menyukai buku cerita komik bergambar, dua siswa (8%) menyukai buku cerita bergambar dengan

112

tokoh hewan, sebelas siswa (44%) menyukai buku cerita bergambar dengan tokoh manusia, dan dua siswa (8%) tidak menjawab.

Keenam, pertanyaan mengenai pendapat bahwa membaca itu penting. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) mengatakan bahwa membaca itu penting.

Ketujuh, pertanyaan mengenai perasaan bosan saat membaca buku. Dari dua puluh lima siswa, delapan belas siswa (72%) mengatakan tidak bosan, tiga siswa (12%) mengatakan kadang-kadang bosan, dan empat siswa (16%) mengatakan bosan.

Kedelapan, pertanyaan mengenai pengalaman belajar tentang pendidikan karakter di sekolah. Dari dua puluh lima siswa, sembilan belas siswa (76%) mengatakan pernah, tiga siswa (12%) mengatakan belum, dan tiga siswa (12%) tidak menjawab.

Kesembilan, pertanyaan mengenai contoh perbuatan disiplin di sekolah. Dari dua puluh lima siswa, sebelas siswa (44%) menjawab tepat waktu, satu siswa (4%) menjawab memakai seragam sekolah lengkap, satu siswa (4%) menjawab mengerjakan PR, empat siswa (16%) menjawab menaati tata tertib, satu siswa (4%) menjawab tidak mencoret dinding, satu siswa (4%) menjawab memberi salam, lima siswa (20%) menjawab membuang sampah pada tempatnya, dan satu siswa (4%) tidak menjawab.

Kesepuluh, pertanyaan mengenai contoh perbuatan disiplin di rumah. Dari dua puluh lima siswa, sembilan siswa (36%) menjawab

113

belajar, dua siswa (8%) menjawab membereskan tempat tidur, satu siswa (4%) menjawab membereskan mainan, dua siswa (8%) menjawab bangun pagi, satu siswa (4%) menjawab meminta ijin kepada orangtua, empat siswa (16%) menjawab menjaga kebersihan, dua siswa (8%) menjawab membantu orangtua, satu siswa (4%) menjawab menjemur handuk setelah mandi, dua siswa (8%) menjawab hidup rukun, dan satu siswa (4%) tidak menjawab.

Kesebelas, pertanyaan mengenai kebiasan saat berangkat ke sekolah. Dari dua puluh lima siswa, enam belas siswa (64%) tidak pernah terlambat, satu siswa (4%) menjawab kadang-kadang terlambat, dan delapan siswa (32%) menjawab sering terlambat.

Kedua belas, pertanyaan mengenai kebiasaan tidur larut malam. Dari dua puluh lima siswa, sepuluh siswa (40%) menjawab ya, sebelas siswa (44%) menjawab tidak, tiga siswa (12%) menjawab kadang-kandang, dan satu siswa (4%) tidak menjawab.

Ketiga belas, pertanyaan mengenai kebiasaan berpakaian rapi saat di sekolah. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab ya.

Keempat belas, pertanyaan mengenai kepedulian siswa terhadap lingkungan di sekitar. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab ya.

Kelima belas, pertanyaan mengenai contoh sikap peduli lingkungan. Dari dua puluh lima siswa, sebelas siswa (44%) menjawab

114

membersihkan lingkungan sekitar, sebelas siswa (44%) menjawab membuang sampah pada tempatnya, dua siswa (8%) menjawab merawat tanaman, dan satu siswa (4%) tidak menjawab.

Keenam belas, pertanyaan mengenai perasaan berada di lingkungan yang bersih. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab senang berada di lingkungan yang bersih.

Ketujuh belas, pertanyaan mengenai kebiasaan membuang sampah sembarangan. Dari dua puluh lima siswa, dua belas siswa (48%) menjawab selalu membuang sampah pada tempatnya sedangkan tiga belas siswa (52%) menjawab kadang-kadang membuang sampah pada tempatnya.

Kedelapan belas, pertanyaan mengenai kegiatan kebersihan yang pernah dilakukan di sekolah. Dari dua puluh lima siswa, seluruh (100%) siswa menjawab melakukan kegiatan kerja bakti.

Kesembilan belas, pertanyan mengenai contoh perbuatan tanggung jawab. Dari dua puluh lima siswa, tiga belas siswa (42%) menjawab belajar, tiga siswa (12%) menjawab melaksanakan piket kelas, satu siswa (4%) menjawab mengambalikan barang yang dipinjam, tiga siswa (12%) menjawab membereskan tempat tidur, dan lima siswa (20%) tidak menjawab.

Kedua puluh, pertanyaan mengenai kebiasaan mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Dari dua puluh lima siswa, dua puluh siswa

115

(80%) menjawab selalu mengerjakan tugas dengan tepat waktu sedangkan lima siswa (20%) menjawab kadang-kadang.

Kedua puluh satu, pertanyaan mengenai kebiasaan setelah menggunakan alat bermain. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab membereskan alat-alat bermain.

Kedua puluh dua, pertanyaan mengenai kebiasaan beribadah. Dari dua puluh lima siswa, dua puluh empat siswa (96%) menjawab selalu beribadah, dan satu siswa (4%) menjawab kadang-kadang.

Kedua puluh tiga, pertanyaan mengenai waktu saat berdoa. Dari dua puluh lima, seluruh siswa (100%) menjawab setiap saat.

Kedua puluh empat, pertanyaan mengenai kebiasaan berdoa setelah bangun tidur. Dari dua puluh lima siswa, sembilan belas siswa (76%) menjawab selalu berdoa setelah bangun tidur, dua siswa (8%) menjawab kadang-kadang, dan empat siswa (16%) menjawab tidak pernah berdoa setelah bangun tidur.

Kedua puluh lima, pertanyaan mengenai kebiasaan berdoa sebelum tidur. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab selalu berdoa sebelum tidur.

Kedua puluh enam, pertanyaan mengenai kebiasaan berdoa sebelum makan. Dari dua puluh siswa, dua puluh empat siswa (96%) menjawab selalu berdoa sebelum makan, dan satu siswa (4%) menjawab kadang-kadang.

116

Kedua puluh tujuh, pertanyaan mengenai teman yang berbeda agama, warna kulit, dan tempat tinggal asal. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab memiliki teman yang berbeda agama, warna kulit, dan tempat tinggal asal.

Kedua puluh delapan, pertanyaan mengenai pendapat jika memiliki teman yang berbeda agama, warna kulit, dan tempat tinggal asal. Dari dua puluh lima siswa, sembilan belas siswa (76%) menjawab mau berteman, dan enam siswa (24%) menjawab tidak tahu.

Kedua puluh sembilan, pertanyaan mengenai sikap yang akan dilakukan ketika melihat orang yang berbeda agama, warna kulit, dan tempat tinggal asal. Dari dua puluh lima siswa, delapan belas siswa (72%) menjawab mau berkenalan, dan tujuh siswa (28%) menjawab tidak melakukan apapun.

Ketiga puluh, pertanyaan mengenai sikap yang akan dilakukan ketika melihat orang lain sedang beribadah. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab menjaga ketenangan.

Ketiga puluh satu, pertanyaan mengenai penilaian diri sendiri terhadap sikap jujur. Dari dua puluh lima siswa, dua puluh tiga siswa (92%) mengaku sebagai anak yang jujur, dan dua siswa (8%) mengaku sebagai anak yang kadang-kadang jujur.

Ketiga puluh dua, pertanyaan mengenai pengalaman berkata jujur kepada orangtua. Dari dua puluh lima siswa, tiga belas siswa (52%)

117

mengaku pernah berbohong, dan dua belas siswa (48%) mengaku tidak pernah berbohong.

Ketiga puluh tiga, pertanyaan mengenai pengalaman menakut-takuti teman. Dari dua puluh lima siswa, sepuluh siswa (40%) menjawab pernah menakut-takuti teman, dan lima belas siswa (60%) menjawab tidak pernah menakut-takuti teman.

Ketiga puluh empat, pertanyaan mengenai pengalaman menyontek saat ulangan. Dari dua puluh lima, dua siswa (8%) menjawab pernah menyontek, dan dua puluh tiga siswa (92%) menawab tidak pernah menyontek.

Ketiga puluh lima, pertanyaan mengenai sikap yang akan dilakukan saat menemukan barang milik orang lain. Dari dua puluh lima siswa, seluruh siswa (100%) menjawab akan mengembalikan barang milik orang lain.

Berdasarkan hasil kuesioner di atas, peneliti menyimpulkan bahwa anak kelas II SD masih banyak yang kurang memiliki kesadaran akan pentingnya memiliki nilai karakter baik yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak masih banyak yang tidak suka membaca, sering terlambat berangkat ke sekolah, jarang berdoa, berkata bohong, suka membuang sampah dengan sembarangan, tidak mau berteman dengan yang berbeda budaya, dan mengerjakan tugas tidak tepat waktu.

118 c. Desain Produk Awal

Langkah berikutnya setelah melakukan analisis kebutuhan adalah merancang buku cerita anak yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pada langkah ini pula, peneliti akan mencetak kasar produk yang telah selesai dirancang untuk kemudian divalidasi kepada satu dosen ahli, satu guru ahli, dan satu guru kelas II SD. Ada beberapa prinsip yang dijadikan pedoman dalam penyusunan buku cerita bergambar. Beberapa prinsip penyusunan buku cerita bergambar akan dipaparkan sebagai berikut.

1) Konsep Buku

Berdasarkan analisis kebutuhan dari guru, pengajar, dan siswa, konsep buku ini adalah buku cerita bergambar dengan tokoh manusia. Isi cerita yang ada dalam buku ini mengandung nilai pendidikan karakter religius, tanggung jawab, peduli lingkungan, toleransi, jujur, dan disiplin. Isi cerita yang disajikan berkaitan dengan kegiatan sehari-hari yang sering dilakukan oleh anak-anak.

2) Kata Pengantar

Kata pengantar berisi tentang sapaan peneliti kepada para pembaca buku cerita bergambar, penjelasan mengenai isi cerita yang ada di dalam buku cerita bergambar, kegiatan yang akan dilakukan pembaca ketika membaca buku cerita bergambar ini, dan ucapan terima kasih peneliti kepada semua pihak yang telah mendukung selesainya buku cerita bergambar. Kata pengantar ini diharapkan dapat menjadi awal

119

kalimat dari buku cerita bergambar yang membuat pembaca tertarik untuk membaca lebih lanjut buku cerita bergambar.

3) Tokoh

Pada buku cerita bergambar ini, tokoh yang digunakan adalah manusia. Terdapat empat tokoh utama cerita yang masing-masing akan menanamkan enam nilai karakter yang telah disebutkan. Jumlah tokoh utama tersebut disesuaikan dengan jumlah pembagian sub tema dalam buku materi Kurikulum 2013, yaitu empat. Selain keempat tokoh tersebut, terdapat delapan tokoh pembantu untuk melengkapi isi cerita. Penjabaran karakter yang ada pada cerita akan dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Penjabaran Karakter Cerita Nama Tokoh Gambar Tokoh Ciri-ciri Tokoh Kadi 1. 2. 3.

Seorang anak laki-laki yang berkulit sawo matang.

Memiliki rambut bergelombang. Tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak. Kakak Kadi 1. 2. 3. 4.

Seorang anak laki-laki yang berkulit sawo matang.

Berambut pendek mengikuti bentuk kepala.

Memiliki sifat pemaaf.

Memiliki badan lebih tinggi dari Kadi.

Ayah Kadi

1. 2. 3.

Seorang laki-laki dengan rambut lurus.

Berkulit sawo matang.

120 Ibu Kadi

1. 2.

Seorang perempuan berkulit sawo matang. Berambut panjang. Sam 1. 2. 3. 4.

Seorang anak laki-laki. Berkulit putih.

Memiliki rambut lurus.

Memiliki sifat periang dan dewasa.

Bibu

1. 2. 3. 4.

Seorang anak perempuan yang berkulit putih.

Memiliki rambut yang diikat satu. Suka menggunakan pakaian dress. Memiliki sifat periang dan baik.

Lola

1. 2. 3. 4.

Seorang anak perempuan yang berkulit gelap.

Berambut keriting.

Tinggal bersama ayah dan ibunya. Suka menggunakan baju model kodok.

Ayah Lola

1. 2. 3.

Seorang laki-laki yang berkulit gelap.

Memiliki rambut keriting. Berkumis.

Ibu Lola

1. 2.

Seorang perempuan yang berkulit gelap.

Memiliki rambut panjang dan bergelombang.

Ibu Guru

1. 2.

Seorang perempuan berkulit putih. Memiliki rambut panjang dan lurus.

121 Pemandu Kebun Binatang 1. 2. 3.

Seorang perempuan berkulit putih. Memakai topi.

Memiliki rambut pendek.

Penjaga Pantai

1. 2. 3.

Seorang laki-laki dengan kulit putih. Memiliki jenggot.

Berotot besar.

4) Format dan Ukuran Buku

Buku cerita bergambar ini memiliki ukuran 21 cm x 21 cm dan 84 halaman termasuk sampul depan dan sampul belakang. Di dalam buku cerita bergambar ini, memiliki keterangan tambahan berupa lembar refleksi yang terdapat di setiap akhir cerita. Lembar refleksi dibuat dengan tujuan agar anak mampu mengambil nilai penting dari cerita yang telah dibaca dan sebagai tindak lanjut bagi anak berdasarkan cerita yang

Dokumen terkait