• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Instrumen Penelitian

1. Pedoman Wawancara

Bentuk pertanyaan atau pernyataan dalam wawancara dapat dilakukan dengan terstruktur dan tidak terstruktur. Bentuk yang terstruktur merupakan suatu pertanyaan atau pernyataan umum yang diikuti dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus sehingga jawaban yang diperoleh dari responden menjadi sangat terstruktur, singkat, pendek, hingga membentuk jawaban ceklis. Sedangkan bentuk pertanyaan atau pernyataan yang tidak terstruktur merupakan bentuk pertanyaan atau pernyataan yang sangat terbuka sehingga memberikan peluang kepada responden untuk memberikan jawaban dan penjelasan secara leluasa (Sukmadinata, 2008:217). Menurut Darmadi (2014:88), pedoman wawancara harus mampu menjamin data yang dikumpulkan bersifat menyeluruh dan tepat serta objek yang diamati relevan dengan tujuan pengumpulan data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur kepada satu guru kelas II SD N Plakaran dan satu pengajar KB Sumbu Pakarti untuk memperoleh data analisis kebutuhan awal terkait pelaksanaan pendidikan karakter, kegiatan literasi, dan besar minat membaca yang dimiliki anak. Topik pertanyaan yang diajukan berpedoman pada pendapat Mulyasa (2013:6) bahwa pelaksanaan pendidikan karakter lebih ditekankan. pada tingkat dasar karena pada

84

tingkat ini akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Guru perlu memperhatikan cara pemberian pendidikan karakter. Pelaksanaan pendidikan karakter harus disesuaikan dengan usia peserta didik karena anak yang terlalu dipaksakan menguasai kemampuan kognitif secara dini hanya akan membuat anak stres. Adanya sebuah media yang mampu menarik perhatian siswa akan mempermudah guru dalam mengajarkan pendidikan karakter (Fathurrohman, Suryana, & Fitriana, 2013:116). Lickona (dalam Samani & Hariyanto, 2012:147) mengatakan bahwa kegiatan literasi membaca merupakan salah satu kegiatan yang paling sederhana dan efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Karangan dan kisah yang diangkat dalam buku cerita dikemas melekat dengan kegiatan sehari-hari sehingga memudahkan anak untuk memahami isi cerita dengan baik dan mempelajari nilai-nilai karakter yang terdapat di dalamnya. Kegiatan literasi membaca juga merupakan gagasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mewajibkan anak membaca buku non pelajaran selama 15 menit. Berdasarkan dokumen pada tahun 1998 dari The National Literacy Strategy yang dirangkum oleh Wray dkk. (dalam Abidin, Mulyati, & Yunansah, 2018:22), terdapat setidaknya 10 tujuan diadakannya kegiatan literasi, yaitu agar anak mampu mencapai beberapa kompetensi berikut: (1) percaya diri, lancar, dan paham dalam membaca dan menulis; (2) tertarik pada buku, menikmati kegiatan membaca, mengevaluasi dan menilai bacaan yang dibaca; (3) mengetahui dan memahami berbagai bentuk bacaan; (4)

85

memahami dan terbiasa dengan bermacam gaya bahasa; (5) memahami dan menggunakan berbagai teks nonfiksi; (6) menggunakan berbagai macam petunjuk baca; (7) merencanakan, menyusun draf, merevisi, dan mengedit tulisan yang dibuat sendiri; (8) memiliki ketertarikan terhadap kata dan makna, serta aktif mengembangkan kosakata; (9) memahami dan menggunakan sistem bunyi dan ejaan pada bacaan yang sedang dibaca; serta (10) lancar dan terbiasa menulis tangan.

Selain itu, topik pertanyaan juga berpedoman pada karakteristik anak usia kelas rendah menurut Piaget (dalam Santrock, 2009:37); Nurgiyantoro (2009:52); Kartikowati & Zubaedi (2003:31); Sahlan (2018:16); serta perkembangan bahasa menurut Djiwandono (2006:76); yang menjelaskan bahwa anak usia sekolah dasar kelas rendah memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, dan matematika; (2) prestasi menjadi hal yang utama; (3) pengendalian diri semakin baik; (4) interaksi anak dengan lingkungan sosial semakin luas; (5) mampu membuat klasifikasi sederhana berdasarkan sifat-sifat umum; (6) mampu membuat urutan sesuatu secara semestinya; (7) mulai mengembangkan imajinasinya dengan sudut pandang yang berbeda; (8) mulai berpikir argumentatif dan memecahkan masalah menggunakan ide-ide yang dilakukan oleh orang dewasa, namun masih sebatas pada situasi yang konkret; (9) mulai berpikir logis; (10) menghubungkan hal berdasarkan sebab-akibat; (11) tidak melakukan semua hal berdasarkan kemauan pribadi tanpa alasan saja; (12) senang

86

bermain; (13) senang bergerak; (14) senang bekerja dalam kelompok; (15) senang merasakan, melakukan, dan memperagakan sesuatu secara langsung; (16) senang diperhatikan; (17) senang meniru; dan (18) mulai mengatur kata-kata dalam kalimat yang lebih kompleks, namun tetap sederhana.

Berikut merupakan pedoman wawancara yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan wawancara dengan satu guru kelas II SD N Plakaran dan satu pengajar KB Sumbu Pakarti.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas II SD N Plakaran dan Pengajar KB Sumbu Pakarti

Indikator Topik

Pertanyaan

No. Item Memiliki ketertarikan terhadap kata dan

makna, serta aktif mengembangkan kosakata.

Minat anak dalam membaca.

1

Anak wajib membaca buku non pelajaran selama 15 menit setiap hari.

Pelaksanaan kegiatan membaca.

2, 3

Guru membutuhkan sebuah media yang mampu menari perhatian siswa untuk mempermudah dalam mengajarkan pendidikan karakter pada anak

Ketersediaan buku. 4 Upaya yang dilakukan untuk pengadaan buku cerita. 5

Anak usia sekolah dasar kelas rendah mulai menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, dan matematika; prestasi menjadi hal yang utama; pengendalian diri semakin baik; interaksi anak dengan lingkungan sosial semakin luas; mampu membuat klasifikasi sederhana berdasarkan sifat-sifat umum;

Karakter yang sering

dimunculkan pada anak.

87

mampu membuat urutan sesuatu secara semestinya; mulai mengembangkan imajinasinya dengan sudut pandang yang berbeda; mulai berpikir argumentatif dan memecahkan masalah menggunakan ide-ide yang dilakukan oleh orang dewasa, namun masih sebatas pada situasi yang konkret; mulai berpikir logis; menghubungkan hal berdasarkan sebab-akibat; tidak melakukan semua hal berdasarkan kemauan pribadi tanpa alasan saja; senang bermain; senang bergerak; senang bekerja dalam kelompok; senang merasakan, melakukan, dan memperagakan sesuatu secara langsung; senang diperhatikan; senang meniru; dan mulai mengatur kata-kata dalam kalimat yang lebih kompleks, namun tetap sederhana.

Pelaksanaan pendidikan karakter lebih ditekankan pada tingkat dasar.

Kegiatan yang dilakukan untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter. 7

Guru perlu memperhatikan cara pemberian pendidikan karakter.

Pelaksanaan karakter harus disesuaikan dengan usia peserta didik.

Kegiatan literasi membaca merupakan salah satu kegiatan yang paling efektif dan sederhana untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Perubahan karakter pada anak setelah menerapkan kebiasaan membaca. 8 Penggunaan buku cerita bergambar. 9 Kebutuhan buku cerita bergambar yang khusus berisi nilai karakter. 10

88

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk membuat instrumen pertanyaan dalam melakukan wawancara. Pertanyaan yang peneliti paparkan dalam wawancara kepada satu guru kelas II SD N Plakaran dan satu pengajar KB Sumbu Pakarti tercantum dalam tabel III.3.

Tabel 3.3

Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas II SD N Plakaran dan Pengajar KB Sumbu Pakarti

No. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana minat anak dalam membaca? 2. Mengapa membaca perlu diterapkan sejak dini?

3 Apa saja kendala yang dihadapi saat menerapkan kebiasaan membaca?

4. Buku apa saja yang sudah tersedia?

5. Apa saja upaya yang Anda lakukan untuk pengadaan buku cerita? 6. Karakter apa saja yang paling sering dimunculkan anak?

7. Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk membangun kesadaran siswa mengenai pendidikan karakter?

8. Bagaimana perubahan karakter pada anak setelah mengikuti kegiatan literasi membaca?

9 Apakah Anda pernah menggunakan buku cerita bergambar untuk menanamkan pendidikan karakter?

10. Menurut Anda, apakah Anda membutuhkan buku cerita bergambar yang khusus mengajarkan nilai-nilai karakter pada anak?

Dokumen terkait