• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

2. Kerangka Konsep

Guna menghindari kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, selanjutnya akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut dalam suatu kerangka konsep. Kerangka konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kewajiban merupakan wujud dari peraturan hukum yang mengandung perintah kepada seorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau untuk tidak bertindak, dengan ancaman sanksi hukum bagi yang tidak memenuhi perintah tersebut.60 Konsep kewajiban hukum adalah terkait, namun tidak identik, dengan

59

Pasal 79 UU PT menentukan bahwa:

(1) Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (2) dan

RUPS lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (4) dengan didahului pemanggilan RUPS.

(2) Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas permintaan:

a. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu

persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil; atau

b. Dewan Komisaris.

60

konsep tanggung jawab hukum. Kewajiban hukum adalah meniadakan perilaku yang berupa pelanggaran, sedangkan tanggung jawab hukum merupakan tindakan paksa berupa sanksi kepada pelaku pelanggaran kewajiban hukum.61

2) Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan62 Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar (Pasal 1 angka 5 UU PT). Direktur adalah orang yang menjalankan tugas Direksi. Direksi berwenang menjalankan pengurusan PT sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam UU PT dan/atau anggaran dasar dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Direksi bertanggung jawab kepada RUPS atas pengurusan Perseroan dengan menyampaikan laporan tahunan atas kinerjanya kepada dan dalam forum RUPS. Bahkan dalam hal-hal tertentu, Direksi menyelenggarakan RUPS Luar Biasa untuk kepentingan Perseroan semata-mata. 3) Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

61

Hans Kelsen. Op. Cit. Hlm. 141.

62

Menurut teori organ dari Otto von Gierke, sebagaimana dikutip oleh Suyling, pengurus adalah organ atau alat perlengkapan dari badan hukum. Seperti halnya manusia yang mempunyai organ-organ tubuh, misalnya kaki, tangan, dan lain sebagainya itu geraknya diperintah oleh otak manusia, demikian pula gerak dari organ badan hukum diperintah oleh badan hukum itu sendiri, sehingga pengurus adalah merupakan personifikasi dari badan hukum itu. Selanjutnya, menurut Paul Scholten dan Bregstein, pengurus adalah wakil dari badan hukum, sehingga Direksi bertindak mewakili PT sebagai badan hukum. Agus Budiarto. Op. Cit. Hlm. 61-62.

dalam UU PT serta peraturan pelaksanaannya (Pasal 1 angka 1 UU PT). Perseroan Terbatas juga merupakan bentuk hukum perusahaan persekutuan badan hukum. Kata “Perseroan” menunjuk pada modal persekutuan yang terbagi dalam sero (saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjuk pada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang dimilikinya.63

Suatu PT berbeda dengan suatu persekutuan yang bukan merupakan suatu badan hukum (legal entity). PT adalah legal entity yang terpisah dari pemegang saham PT tersebut. Sebagai legal entity yang terpisah dari pemegang sahamnya, PT dalam melakukan fungsi hukumnya bukan bertindak sebagai kuasa dari pemegang sahamnya, tetapi bertindak untuk dan atas namanya sendiri.

4) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau anggaran dasar (Pasal 1 angka 4 UU PT). Dalam hal ini, RUPS diorientasikan kepada suatu forum atau pertemuan resmi, di mana tanggung jawab atas pengurusan dan pengelolaan Perseroan dilaporkan, serta kemudian menyusun rencana kerja Perseroan untuk tahun buku berikutnya.

Ada 2 jenis RUPS, yakni RUPS Tahunan dan RUPS lainnya. RUPS Tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir, sedangkan penyelenggaraan RUPS lainnya, yang dalam praktik

63

Abdulkadir Muhammad. Hukum Perseroan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1996. Hlm. 7.

sering dikenal dengan RUPS Luar Biasa, diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan atau keperluan PT. Menyelenggarakan dalam hal ini berarti mengurus, mengusahakannya serta melaksanakannya.64 RUPS Tahunan wajib diselenggarakan setiap tahun, karena dalam RUPS Tahunan, harus diajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan oleh Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) UU PT. Sebaliknya, RUPS lainnya diselenggarakan sesuai dengan keperluan PT yang bersangkutan. RUPS Luar Biasa dapat diselenggarakan oleh Direksi atas inisiatif sendiri, atau atas permintaan pemegang saham dan/atau Dewan Komisaris, dan dalam hal-hal tertentu dapat juga diselenggarakan oleh Dewan Komisaris atau pemegang saham sendiri, yang memenuhi ketentuan UU PT atau anggaran dasar Perseroan.

Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis terhadap kewajiban Direksi Perseroan dalam menyelenggarakan RUPS Luar Biasa. Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya yang dapat dilakukan dengan menguraikan suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.65 Analisis juga berarti "to

study (a problem) in detail by breaking it down into various parts".66

64

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. III. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. Hlm. 1019-1020.

65

Ibid. Hlm. 43.

66

The New Lexicon. Webster’s Dictionary of The English Language. Encyclopedic Edition. Danbury, CT: Lexicon Publications. 1995. Hlm. 32.

Dalam melakukan analisis tersebut, konsep kewajiban Direksi dalam menyelenggarakan RUPS Luar Biasa tersebut dipadukan dengan teori fiduciary duty dan teori business judgment rule. Fiduciary duty membebankan kepada Direksi suatu kewajiban yang harus dipikul untuk bertindak mengurus dan mengelola PT, serta mewakili PT di dalam dan di luar pengadilan. Business judgment rule melindungi Direksi atas segala tindakan atau keputusannya sehubungan dengan pemenuhan kewajiban yang telah dilakukannya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.