• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS

A. Badan Hukum

2. Teori-Teori Badan Hukum

Toeri-teori badan hukum dapat dihimpun dalam dua golongan, yaitu:

a. teori yang berusaha ke arah peniadaan persoalan badan hukum, antara lain dengan jalan mengembalikan persoalan tersebut kepada orang-orangnya, yang merupakan orang-orang yang sebenarnya berhak. Termasuk golongan ini ialah teori organ dan teori kekayaan bersama;

b. teori lainnya yang hendak mempertahankan persoalan badan hukum, ialah teori fiksi, teori kekayaan yang bertujuan, dan teori kenyataan yuridis.85

83

Chidir Ali. Op. Cit.

84

Ibid. Hlm. 24.

85

Dalam sejarah perkembangan badan hukum dewasa ini, ada beberapa teori badan hukum yang dipergunakan dalam ilmu hukum dan perundang-undangan, yurisprudensi, serta doktrin untuk pembenaran atau memberi dasar hukum, baik bagi adanya maupun kepribadian hukum (rechtspersoonlijkheid) badan hukum. Teori-teori pendukung badan hukum tersebut adalah sebagai berikut.

a. Teori fiksi86

Teori ini dipelopori oleh Friedrich Carl Von Savigny (1779-1861). Teori ini dianut di beberapa negara, antara lain di Belanda yang dianut oleh Opzomer, Diephuis, Land, Houwing, dan Langemeyer. Pada pokoknya, teori ini menjelaskan bahwa badan hukum hanya suatu abstraksi, bukan merupakan suatu yang konkrit. Badan hukum merupakan fiksi, yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada, tetapi orang menghidupkannya dalam bayangannya, sehingga seolah-olah ada subyek hukum lain selain manusia. Badan hukum tidak riil, dan hanya dapat melakukan perbuatan-perbuatan melalui manusia selaku wakil-wakilnya.

b. Teori organ87

Teori yang lahir sebagai reaksi terhadap teori fiksi ini dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921). Pada pokoknya teori ini mengemukakan bahwa badan hukum merupakan suatu badan yang membentuk kehendaknya melalui perantaraan alat-

86

Pitlo mengritik teori fiksi sebagai cara berpikir yang primitif-materialistik, sebab teori fiksi mengharuskan segala sesuatu yang berwujud dan dapat ditangkap oleh panca indera. Jadi segala sesuatu yang tidak riil di dunia ini dianggap tidak ada. Ibid. Hlm. 39-40.

87

Pitlo mengritik teori organ sebagai teori yang materialistis yang bertolak pangkal bahwa daya berhak berdasarkan daya berkehendak. Tanpa daya berkehendak tidak ada daya berhak. Ibid. Hlm. 40.

alat atau organ-organ badan tersebut, misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya, seperti manusia yang melakukan segala perbuatan dengan menggunakan organ-organ tubuhnya. Menurut teori ini, badan hukum benar-benar ada, berfungsi sama seperti manusia, dan perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan badan hukum itu sendiri. Tujuan badan hukum merupakan tujuan yang kolektif, terlepas dari tujuan individu-individu yang menjadi organ-organnya. Sejalan dengan teori organ, Pitlo membandingkan badan hukum dengan bayi manusia, dimana keduanya tidak memiliki kemampuan berpikir dan berkehendak. Badan hukum bertindak dengan perantaraan organ-organnya, sedangkan bayi bertindak dengan perantaraan orang tua atau walinya.88

c. Teori harta kekayaan yang melekat dalam jabatannya

Teori ini dipelopori oleh Holder, Binder dan F. J. Oud. Teori ini menitikberatkan pada daya berkehendak. Badan hukum, sebagai subyek hukum, memiliki harta kekayaan yang dikelola oleh pengurus badan hukum tersebut. Pengurus memiliki daya berkehendak untuk mengelola harta kekayaan tersebut sebagai hak yang melekat karena jabatannya selaku pengurus dari badan hukum.

d. Teori kekayaan bersama

Teori ini dikemukakan oleh Rudolf von Jhering (1818-1892) yang kemudian diikuti oleh Marcel Planiol, Molengraaff, Star Busmann, Kranenburg, Paul Scholten, dan Apeldoorn. Menurut teori ini, badan hukum merupakan suatu

88

Hardijan Rusli. Badan Hukum dan Bentuk Perusahaan di Indonesia. Jakarta: Huperindo. 1989. Hlm. 7.

konstruksi yuridis, atau bangunan yang diciptakan oleh hukum. Teori ini menganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia yang membentuk satu kesatuan, dimana kepentingan badan hukum merupakan kepentingan seluruh anggotanya. Kepentingan badan hukum merupakan kepentingan bersama seluruh anggota, terlepas dari kepentingan perorangan dari anggota.

e. Teori kekayaan bertujuan

Teori ini dikemukakan oleh A. Brinz dan didukung oleh Van der Heijden. Menurut teori ini, kekayaan badan hukum dipandang terlepas dari yang memegangnya. Teori ini tidak mempersoalkan siapa dan apa badan hukum itu, tetapi lebih menyoroti terhadap harta kekayaan badan hukum sebagai harta kekayaan yang terikat dan diurus untuk suatu tujuan tertentu. Soekowati, Molengraaff dan Star Busmann mendukung teori ini sebagai dasar yuridis untuk yayasan.

f. Teori kenyataan yuridis

Teori yang dikemukakan oleh E. M. Meijers dan Paul Scholten ini merupakan penghalusan dari teori organ. Menurut teori ini, badan hukum merupakan suatu realitas, konkrit dan riil, walaupun tidak berwujud, namun merupakan suatu kenyataan yuridis. Sebagai suatu kenyataan yuridis, badan hukum sebagai subyek hukum dipersamakan dengan manusia, tetapi sekadar diperlukan untuk hukum saja.

g. Teori-teori lainnya

Masih banyak teori-teori lainnya yang berkaitan dengan badan hukum sebagai subyek hukum. Ada yang mendukung, seperti teori kesatuan tertib yang dikemukakan oleh Van Nispen tot Sevenear (1936) yang mengemukakan bahwa badan hukum memiliki hak subyektif yang melekat pada orang-orang yang membentuk badan hukum tersebut, selama mereka tetap dalam kesatuan dan tidak mempunyai tujuan pribadi.

Yb. Zeijlemaker Jnz. mengemukakan bahwa badan hukum adalah organ-pengurus. Badan hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban dari harta kekayaan tertentu.

Bellefroid mengatakan bahwa untuk pengetahuan ilmu hukum yang sekarang berlaku, teori-teori tersebut tidak berarti, karena hukum yang berlaku memperbolehkan badan hukum turut serta dalam pergaulan hukum di samping manusia.89 Sebaliknya, Utrecht justru mendukung sebagian konsep dalam teori organ, yaitu konsep "organ".90 Utrecht memandang bahwa organ sebagai personifikasi beberapa hak dan kewajiban adalah seorang atau beberapa orang yang tergabung (direktur, pengurus, komisaris, dan sebagainya) yang menjalankan suatu fungsi tertentu. Organ tersebut menjadi salah satu esensi dari organisasi badan hukum itu sekaligus sebagai suatu realitas yang bertindak bagi badan hukum tersebut, dalam pergaulan dengan subyek hukum yang lain.

89

Chidir Ali. Op. Cit. Hlm. 39.

90

Teori organ tersebut mempertegas pentingnya keberadaan organ-organ atau pengurus dalam badan hukum. Organ-organ tersebut berguna untuk mewakili badan hukum dalam melakukan segala sesuatu perbuatan hukum, baik perbuatan yang dilakukan di dalam lingkungan badan hukum itu sendiri, maupun perbuatan yang dilakukan terhadap pihak ketiga. Organ-organ tersebut diperlukan sebagai esensi untuk menjaga kesinambungan badan hukum sebagai subyek hukum.