• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Lampung Barat merupakan usahatani yang telah dilakukan secara turun menurun hingga hampir satu abad lamanya. Sehingga menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari sendi kehidupan masyarakat Lampung Barat. Masyarakat setempat mengusahakan kopi dengan tujuan untuk memperoleh hasil berupa pendapatan yang dijadikan untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Meskipun demikian, harga yang diterima petani cukup rendah jika dibandingkan. Rendahnya harga kopi akan memicu petani menjadi tidak optimal dalam mengelola usahataninya sehingga berdampak pada tingkat produktivitas. Tingkat harga yang rendah dan juga produktivitasnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan rumah tangga petani.

Apabila petani kopi tidak bisa mencukupi kebutuhannya dari usahatani maka mereka akan mencari alternatif pekerjaan di sektor lain, akibatnya petani tidak lagi terkonsentrasi dalam mengerjakan usahatani kopi. Pendapatan rumah tangga petani kopi biasanya tidak hanya berasal dari usahatani kopi semata namun juga dari beberapa sumber pendapatan yaitu dari usahatani selain kopi (on farm non kopi), non farm, dan off farm. Hal ini dikarenakan apabila hanya menggantungkan pendapatan dari usahatani kopi saja dikhawatirkan tidak akan mencukupi kebutuhan hidup sebab resiko yang dimiliki petani kopi cukup tinggi. Seperti yang dituturkan Prayitno dan Arsyad (1987) bahwa pendapatan rumah tangga dapat berasal dari satu atau lebih sumber pendapatan. Sumber pendapatan yang beragam dapat terjadi karena anggota rumah tangga yang bekerja melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan dan atau masing-masing anggota rumah tangga mempunyai kegiatan yang berbeda satu dengan lainnya.

Demikian juga yang dikemukakan oleh Swastika et al. (2009) bahwa secara agregat pendapatan rumah tangga petani dalam satu tahun merupakan kumulatif dari sumber pendapatan on farm, off farm, dan non farm. Masing-masing sumber pendapatan mempunyai peranan penting yang dapat menunjukkan kemampuan daya dukung sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang dimiliki.

Pendapatan petani yang berasal kopi sangat ditentukan oleh harga jual yang diterima oleh petani. Permasalahannya adalah bahwa petani hanya sebagai penerima harga (price taker) bukan penentu harga (price maker) dimana dikuasai oleh para eksportir yang mengacu pada harga pasar dunia, sehingga disini terjadi suatu ketidakadilan. Selain itu rantai pemasaran yang panjang juga menyebabkan rendahnya harga yang diterima ileh petani. Soekartawi (1993) juga memaparkan bahwa dalam pemasaran komoditi pertanian, seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang (bahkan dapat diaktakan terlalu panjang), sehingga banyak juga pelaku lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran tersebut. Akibatnya adalah terlalu besarnya keuntungan pemasaran (market margin) yang diambil oleh para pelaku pemasaran tersebut.

Semua ini bisa saja terjadi karena struktur pasar yang bukan pasar persaingan sempurna yang harga dapat ditentukan berdasarkan hukum permintaan dan penawaran melainkan pasar monopsoni atau oligopsoni dimana hanya terdapat satu atau beberapa pembeli saja sedangkan petani atau produsen kopi jumlahnya sangat banyak. Ini mengindikasikan terjadinya kegagalan pasar dalam

pasar kopi. Kegagalan pasar dapat terjadi pada pasar persaingan tidak sempurna seperti adanya kekuatan monopsoni dan oligopsoni (Burhan 2006). Arifin (2002) juga menjelaskan bahwa komoditas agribisnis memang pada umumnya harus menghadapi struktur pasar yang monopsoni dan jauh dari prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat. Petani produsen senantiasa dihadapkan pada kekuatan pembeli, yang terdiri dari pedagang pengumpul dan pedagang besar,

yang cukup besar dan membentuk satu kekuatan yang dapat “menentukan” harga

beli.

Pendapatan yang diterima suatu rumah tangga petani kopi kemudian digunakan untuk konsumsi, saving, dan sebagian lagi untuk keperluan investasi. Konsumsi yang dilakukan petani kopi biasanya untuk keperluan tahunan seperti biaya anak sekolah dan membeli kendaraan.Sedangkan pengeluaran dalam bentuk investasi berupa membeli lahan pertanian yang dimanfaatkan lagi untuk bertanam kopi. Nugroho (2004) mengemukakan dalam Teori Keynes, konsumsi seseorang akan tergantung pada tingkat pendapatan yang telah diterima (disebut sebagai pendapatan aktual atau absolut) oleh seseorang atau masyarakat. Jika terjadi kenaikan pendapatan aktual maka kenaikan konsumsinya lebih kecil dari kenaikan pendapatan aktual yang diterima. Kemudian Sukirno (1999) menjelaskan bahwa investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan- perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang- barang dan jasa-jasa yang tersedia yang dalam perekonomian.Pertambahan modal memungkinkan perekonomian menghasilkan barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang- barang modal yang lama yang telah haus atau perlu didpresiasikan.

Perkembangan kopi rakyat di Kabupaten Lampung Barat cukup positif yang terlihat dari jumlah produksi dan lahan perkebunan yang luas jika dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Lampung. Kopi juga memberikan sumbanagn terhadap PDRB dan menyerap tenaga kerja. Kabupaten Lampung Barat meskipun merupakan sentra perkebunan kopi namun belum memiliki industri pengolahan kopi skala besar sehingga nilai tambah tidak tercipta disana. Oleh karenanya di daerah tersebut terjadi backwash effects yang menyebabkan kebocoran wilayah dimana biji kopi yang belum dioleh dibawa ke luar daerah. Investasi yang baik dan agroindustri yang berkembang merupakan indikator perekonomian wilayah di Kabupaten Lampung Barat berkembang dengan adanya perkebunan kopi rakyat. Menurut Arifin (2007), pada dasarnya agroindustri bukan sekedar aktivitas mengolah hasil pertanian menjadi komoditas olahan yang bernilai tambah lebih tinggi, tetapi juga meliputi perubahan sistem nilai dan budaya pembangunan ekonomi dengan strategi kebijakan yang lebih komprehensif. Dalam subsektor perkebunan, pembangunan agroindustri mampu meningkatkan nilai tambah produk primer berkali lipat dan mampu menciptakan dampak berganda (multiplier effects) ke berbagai sektor lainnya karena keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages) sektor berbasis sumberdaya alam ini sangatlah besar. Secara sistematik kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka penelitian Ekonomi Rumah Tangga Petani Perekonomian Wilayah Analisis Kewilayahan -Analisis Shift Share -Analisis B/C ratio -Analisis Back Wash

Effect

Analisis Deskriptif - Kopi terhadap PDRB - Kopi dan Tenaga Kerja Perkebunan Kopi Rakyat Pengeluaran Pendapatan On farm kopi Non farm Off farm

Analisis Struktur Pasar Analisis Efisiensi Pemasaran -Marjin pemasaran

-Farmer’s share

-Rasio keuntungan dan biaya

Kesejahteraan

Analisis Saluran Pemasaran Analisis Produksi

dan Usahatani

Analisis Pemasaran Kopi budaya masyarakat,

dikelola turun temurun

Harga rendah Produktivitas rendah

On farm non kopi

Dokumen terkait