• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2013 yang berlokasi di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung.

Jenis, Sumber, dan Metode Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan dan referensi, serta dari instansi terkait. Secara lengkap mengenai jenis dan sumber data tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4. Jenis dan sumber pengambilan data

No Jenis Data Sumber

1 Primer - Produksi, biaya, dan penerimaan usahatani kopi dan on-farm

- data pendapatan seluruh anggota keluarga yang diterima selama satu tahun terakhir yang bersumber dari seluruh kegiatan sub-sektor ekonomi

- data pengeluaran/konsumsi, saving, dan investasi rumah tangga

- saluran pemasaran - struktur pasar

- harga jual dan beli kopi - biaya pemasaran

Wawancara dengan responden dan stakeholder

2 Sekunder - produksi, luas lahan, dan produktivitas kopi

- monografi kabupaten - data penunjang lainnya

BPS, Disbun Provinsi Lampung, Disbun Kabupaten Lampung Barat, BAPPEDA, Kecamatan, BP3K Kecamatan Definisi Operasional

Pada penelitian ini diperlukan suatu batasan melalui definisi operasional, sehingga istilah yang digunakan dalam penelitian ini bersifat spesifik, sesuai

kebutuhan dalam kegiatan penelitian saja. Adapun beberapa definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

: penghasilan bersih per tahun dari total kegiatan on farm kopi, on farm non kopi, off farm, dan non farm suatu rumah tangga petani

Pendapatan onfarm kopi : pendapatan bersih rumah tangga per tahun dari usahatani kopi

Pendapatan on farm non kopi : pendapatan bersih rumah tangga per tahun yang bersumber dari kegiatan mata

pencaharian yang berbasis tanah (usahatani) dalam hal ini selain usaha tani kopi

Pendapatan off-farm : pendapatan bersih rumah tangga per tahun yang bersumber dari selain berusahatani, berupa kegiatan mata pencaharian jasa di sektor pertanian

Pendapatan non-farm : pendapatan bersih rumah tangga per tahun yang bersumber dari kegiatan mata pencaharian meliputi kegiatan perdagangan hasil bumi, penyediaan sarana produksi pertanian, serta perdagangan dan jasa di luar pertanian

Konsumsi rumah tangga : pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu Pengeluaran primer : pengeluaran yang dilakukan oleh rumah

tangga untuk membeli kebutuhan pangan, seperti beras, minyak, lauk pauk, dan lainnya dalam satu tahun tertentu

Pengeluaran sekunder : pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli kebutuhan non pangan, seperti pendidikan, pakaian, listrik, dan lainnya dalam satu tahun tertentu

Konsumsi rumah tangga : pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli kebutuhan non pangan, seperti barang-barang kebutuhan rumah tangga, emas, wisata, dan kendaraan bermotor dalam satu tahun tertentu

Investasi : pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi.

Ekonomi kopi rakyat : seluruh kegiatan yang terkait dengan usahatani dan pemasaran kopi rakyat

Pemasaran : aliran barang dari produsen ke konsumen

Margin pemasaran : perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, data harga yang digunakan adalah harga di Pendapatan Rumah Tangga

tingkat petani dan harga ditingkat lembaga pemasaran

Marjin lembaga pemasaran : dihitung dengan jalan menghitung selisih antara harga jual dengan harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran

Pedagang perantara : disebut juga cingkau kawe merupakan pelaku dalam lembaga pemasaran yang kegiatannya membeli barang secara dikumpulkan dari produsen, salah satu mata rantai perdagangan kopi yang terdekat dengan petani (baik dari aspek kedekatan emosional dan tempat)

Pedagang pengumpul : pelaku dalam lembaga pemasaran yang

desa kegiatannya membeli barang secara dikumpulkan baik dari produsen atau pedagang perantara dengan skala usaha yang relatif lebih besar dan lebih luas (skala desa) dibandingkan dengan skala usaha pedagang perantara

Pedagang pengumpul : pelaku dalam lembaga pemasaran yang

kecamatan kegiatannya membeli barang secara dikumpulkan baik dari produsen, pedagang perantara, atau pedagang pengumpul dengan skala yang relatif lebih besar dan lebih luas (skala kecamatan) dibandingkan dengan skala usaha pedagang pengumpul desa.

Pedagang : kepanjangan tangan dari perusahaan eksportir, mediator informasi fluktuasi harga kopi

Eksportir : pelaku dalam lembaga pemasaran yang kegiatannya membeli barang secara dikumpulkan baik dari produsen, pedagang perantara, pedagang pengumpul desa atau pedagang pengumpul kecamatan dengan skala yang relatif lebih besar dan lebih luas dibandingkan dengan skala usaha pedagang pengumpul kecamatan. Eksportir merupakan mitra usaha petani dan pedagang dalam mata rantai distribusi kopi, penyedia input, penyedia input modal usaha, dan sebagai fasilitator pengadaan sarana produksi biji kopidan bubuk kopi, fasilitator penyelesaian persoalan budidaya dan pengelolaan pasca panen. Eksportir juga menetapkan harga beli ditingkat petani. Pasar monopsoni : suatu bentuk pasar ketika hanya terdapat seorang

pembeli tunggal atau jika ada lebih dari satu pembeli yang bertindak bersama-sama seolah- olah mereka adalah pembeli tunggal.

Pasar oligopsoni : suatu bentuk pasar yang dikuasai oleh lebih dari dua orang pembeli dengan penawaran dari sejumlah produsen atau penjual.

Agroindustri : suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian.

Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini, utamanya, dilakukan dengan metode survei, sehingga ditentukan sampel yang representatif terhadap populasi target untuk mendapatkan data yang diinginkan. Adapun responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai petani kopi dan pedagang yang terlibat dalam pemasaran kopi.

Penentuan sampel penelitian dengan menggunakan metode purposive sampel melalui beberapa tahap. Pertama, dipilih terlebih dahulu kecamatan. Satu kecamatan dipilih dengan pertimbangan kecamatan di Kabupaten Lampung Barat bersifat homogen dalam artian bahwa hampir seluruhnya merupakan daerah penghasil kopi dengan karakteristik petani, usahatani, dan pemasaran yang relatif seragam. Kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Gedung Surian dengan pertimbangan kecamatan ini merupakan salah satu sentra penghasil kopi. Tahap berikutnya adalah memilih sampel responden.

Mengingat karakteristik petani dan kopi di kecamatan sampel dari segi skala usaha tidak homogen, maka petani sampel dibedakan menjadi petani lahan sempit, sedang dan luas. Total sampel petani 60 orang dengan proporsi masing-masing petani disesuaikan dengan karakteristik populasi. Jumlah sampel tersebut ditetapkan dengan pertimbangan representatif, sehingga hasil estimasi analisis mendekati kondisi aktual populasi.

Tabel 5. Sistematika prosedur pengambilan sampel

Indikator Prosedur

Wilayah Penelitian Pemilihan kecamatan Gedung Surian (salah satu daerah sentra kopi)

Responden Petani 60 orang petani kopi (kriteria lahan sempit (10%), sedang (50%), dan luas (40%)

Responden Pedagang 7 orang pedagang meliputi pedagang perantara, pedagang pengumpul desa, dan pedagang pengumpul kecamatan Responden kelompok

wanita tani

2 kelompok tani

(skala usaha besar dan kecil)

Sementara itu, penarikan sampel pedagang dilakukan dengan quota sampling. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang dipelajari dengan tetap berpegang pada prinsip representatif. Sampel pedagang meliputi pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul desa, pedagang perantara (cingkaw kawe) serta agen perusahaan di kabupaten. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan informan kunci (key informan), yaitu Kepala Desa, ketua kelompok tani, ketua gabungan kelompok tani, BP4K serta tokoh masyarakat, sehingga pengambilan sampel langsung terarah sesuai kriteria yang dibutuhkan dalam studi ini. Selain itu juga diambil sampel kelompok wanita tani yang digunakan sebagai data pendukung. KWT yang diambil sebagai sampel adalah KWT Melati Tri

Budi Syukur dan KWT Sepakat. Secara sistematis prosedur pengambilan sampel tertera pada Tabel 5.

Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis pendapat usahatani, analisis pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani, analisis pemasaran, analisis kewilayah.

Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Soekartawi (2006) adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dengan demikian:

Pd = TR - TC Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani TR = total penerimaan TC = total biaya

Penerimaan usahatani pada persamaan tersebut adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sehingga dituliskan sebagai berikut:

TR = Yi.Pyi Keterangan:

TR =Total penerimaan

Yi = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i Pyi = Harga Y

Apabila macam tanaman pada usahatani yang diusahakan lebih dari satu, maka rumus di atas menjadi:

Keterangan:

n = Jumlah macam tanaman yang diusahakan

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu, biaya tetap dan tidak tetap, sehingga :

TC = FC + VC Keterangan:

FC = Biaya tetap VC = Biaya tidak tetap

Analisis Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Analisis struktur pendapatan rumah tangga petani

Pendapatan rumah tangga petani kopi di lokasi penelitian diperoleh dari banyak sumber yaitu (1) pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani kopi (on farm kopi), (2) pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani selain kopi (on farm non kopi), (3) pendapatan dari kegiatan pertanian di luar usahatani (off farm), (4) pendapatan dari kegiatan di luar usaha pertanian (non farm).

Sadikin dan Subagyono (2009) menjelaskan bahwa struktur pendapatan rumah tangga petani menunjukkan sumber-sumber utama keluarga petani dari sektor mana saja dan seberapa besar kontribusi setiap subsektor ekonomi dapat membentuk besaran total pendapatan keluarga petani. Selanjutnya Sadikin dan Subagyono (2009) mengutip Nurmanaf (2005) dan Sudana et al. (2007), secara sederhana struktur pendapatan rumah tangga petani dari sektor pertanian dapat ditentukan sebagai berikut:

Keterangan:

PPSP = pangsa pendapatan sektor pertanian (%) TPSP = total pendapatan dari sektor pertanian (Rp/th) TP = total pendapatan rumah tangga petani (Rp/th) Analisis struktur pengeluaran rumah tangga petani

Menurut (Sadikin dan Subagyono 2009), semakin besar pangsa pengeluaran untuk pangan menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga masih terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dasar (susbsisten), dan sebaliknya semakin besar pangsa pengeluaran sektor sekunder (non pangan), mengindikasikan telah terjadi pergeseran posisi petani dari subsisten ke komersial. Artinya, kebutuhan primer telah terpenuhi, kelebihan pendapatan dialokasikan untuk keperluan lain misal pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sekunder lainnya. Kemudian secara sederhana pangsa pengeluaran untuk pangan dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan:

PEP = pangsa pengeluaran untuk pangan (%) PEn = pengeluaran untuk pangan (Rp/th)

TE = total pengeluaran rumah tangga petani (Rp/th) Analisis Tingkat Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan indikator dari BPS dan Bank Dunia. Elmanora et al. (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa BPS mengukur kesejahteraan keluarga berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Keluarga miskin adalah keluarga yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan garis kemiskinan. Ukuran garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan Provinsi Lampung (BPS 2014) adalah Rp. 269.670,-

Sedangkan Bank Dunia mengukur kesejahteraan keluarga berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan yang dibandingkan dengan US$ 2 per hari (Putri 2012). Jika dikonversikan ke dalam rupiah (rata-rata kurs pada tahun 2013 adalah 1$ = Rp. 10.900,-) maka US$ 2 per hari setara dengan Rp. 21.800,-.

Perhitungan pendapatan per kapita dalam Putri (2012) diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan:

Y = total pendapatan rumah tangga Analisis Pemasaran

Analisis efisiensi pemasaran Analisis marjin pemasaran

Mayrowani dan Darwis (2009) menjelaskan bahwa marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis marjin pemasaran dalam penelitian ini, data harga yang digunakan adalah harga di tingkat petani dan harga ditingkat lembaga pemasaran, sehingga dalam perhitungan marjin pemasaran digunakan rumus:

Mm = Pe - Pf Keterangan:

Mm = marjin pemasaran di tingkat petani Pe = harga di tingkat kelembagaan pemasaran Pf = harga di tingkat petani

Marjin pada setiap tingkat lembaga pemasaran dapat dihitung dengan jalan menghitung selisih antara harga jual dengan harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Dalam bentuk matematika sederhana dirumuskan:

Mm = Ps - Pb Keterangan:

Mm = marjin pemasaran pada setiap tingkat lembaga pemasaran Ps = harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaran

Pb = harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran

Karena dalam marjin pemasaran terdapat duan komponen, yaitu komponen biaya dan komponen keuntungan lembaga pemasaran, maka:

Mm = c + ∏ Pe – Pf = c + ∏ Pf = Pe - c - ∏ Keterangan:

c = biaya pemasaran

Analisis farmer’s share

Untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani kopi (farmer’s share) dalam Kusuma et al. (2013) maka digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

SPf = bagian yang diterima petani

Pf = harga jual ditingkat petani (Rp/Kg) Pr = harga jual ditingkat konsumen (Rp/Kg)

Analisis share biaya pemasaran dan share keuntungan lembaga pemasaran

Untuk melihat efisiensi suatu sistem pemasaran dalam Kusuma et al. (2013) dapat digunakan analisis share biaya dan share keuntungan pemasaran dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

Ki = keuntungan lembaga pemasaran ke-i Bi = biaya pemasaran ke-i

Ski = share keuntungan lembaga pemasaran ke-i, Sbi = share biaya pemasaran ke-i.

Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Apabila perbandingan share keuntungan dengan biaya pemasaran dari tiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran tidak merata, maka sistem pemasaran dikatakan tidak efisien

b. Apabila perbandingan share keuntungan dengan biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran merata dan cukup logis, maka sistem pemasaran dikatakan efisien.

Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar dapat dilihat dengan mengidentifikasi banyaknya jumlah penjual dan pembeli yang terlibat, sifat produk yang dipasarkan, mudah tidaknya untuk mengetahui informasi pasar, dan mudah tidaknya keluar masuk pasar.

Analisis Kewilayahan Location quotient (LQ)

Sektor-sektor basis dianggap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor basis adalah melalui indeks LQ yaitu suatu indikator sederhana yang dapat menunjukkan kekuatan atau besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibanding dengan daerah di atasnya. Cara untuk mengukur LQ dari suatu sektor dalam suatu perekonomian

wilayah yakni dengan pendekatan nilai tambah atau PDRB. Secara matematis pengukuran LQ sebagai berikut:

Keterangan:

Vi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih rendah Vi = total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih rendah

Yi = nilai PDRB sektor i pada tingkat wilayah yang lebih atas Yi = total PDRB pada tingkat wilayah yang lebih atas

Suatu sektor yang memiliki angka LQ > 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis yang menjadi kekuatan daerah untuk mengekspor produknya ke luar daerah bersangkutan. Sebaliknya jika LQ < 1, maka sektor tersebut menjadi pengimpor. Sedangkan jika LQ = 1, maka ada kecenderungan sektor tersebut bersifat tertutup karena tidak melakukan transaksi ke dan dari luar wilayah, namun kondisi seperti ini sulit ditemukan dalam perekonomian wilayah.

Indeks spesialisasi (IS)

Analisis Indeks Spesialisasi (IS) ini merupakan salah satu cara untuk mengukur perilaku kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Misalnya bagaimana pendapatan regional (PDRB) di suatu wilayah tersebut tersebar. Adapun pendekatan yang digunakan untuk mengukur IS berdasarkan pendekatan nilai tambah. Beberapa tahapan dalam menghitung IS sebagai berikut.

1. Hitung persentase jumlah tenaga kerja atau PDRB dari suatu sektor terhadap totalnya untuk suatu wilayah

2. Hitung juga persentase jumlah tenaga kerja atau PDRB dari suatu sektor terhadap totalnya untuk wilayah yang lebih atas suatu wilayah referensi

3. Hitung selisih antara persentase yang diperoleh pada tahap ke-1 dengan tahap ke- 2, kemudian jumlahkan nilai-nilai selisih yang bertanda positif saja, yang selanjutnya total nilai tersebut dibagi dengan 100 untuk mendapatkan nilai IS. Keputusan yang dapat diambil beradasarkan nilai IS adalah semakin besar nilai IS maka semakin tinggi tingkat spesialisasi sektoral di wilayah tersebut yang terkonsentrasi pada sektor-sektor yang mempunyai nilai selisih persentase positif. Analisis shift share

(Rustiadi et al. 2011) menjelaskan, untuk melihat potensi pertumbuhan produksi sektoral dari suatu kawasan/wilayah, dapat digunakan shift share analysis (SSA). Pada prinsipya, menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010) SSA berusaha untuk memecah atau mendekomposisi besaran deviasi (selisih) antara nilai tambah (menggunakan pendekatan nilai tambah) pada tahun ke-t dengan nilai tambah pada tahun dasar. Terdapat tiga variabel dekomposisi yang menjadi komponen dari deviasi

∆Yi, yaitu komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Jika dituangkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

∆Yij = PRij + PPPij + PPWij... (1) Atau secara rinci dapat dinyatakan:

Y’ij –Yij = ∆Yij = Yij (Ra-1) + Yij (Ri-Ra) + Yij (ri-Ri) ...(2)

∆Yij = perubahan dalam pendapatan subsektro pertanian ke-i pada wilayah ke-i Yij = PDRB subsektor pertanian ke-i pada provinsi ke-i pada tahun dasar

analisis

Y’ij = PDRB subsektor pertanian ke-i pada provinsi ke-i pada tahun akhir Analisis

Yi = PDRB subsektor pertanian ke-i diseluruh wilayah penelitian tahun dasar analisis

Y’i = PDRB subsektor pertanian ke-i diseluruh wilayah penelitian tahun akhir Analisis

Y.. = PDRB seluruh subsektor pertanian pada tahun dasar analisis

Y’.. = PDRB seluruh subsektor pertanian pada tahun dasar analisis Ra = Y’.. / Y..

Ri = Y’i./Yi. Ri = Y’ij / Yij

Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah:

1. Pertumbuhan Regional (PRij) yang bernilai positif mengandung makna bahwa wilayah tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan nasional rata- rata. Sedangkan, yang bertanda negatif memberi suatu indikasi bahwa pertumbuhan regional suatu wilayah lebih lambat dibandingkan pertumbuhan nasional rata-rata

2. Pertumbuhan Proporsional (PP) yang bernilai positif memberi suatu indikasi bahwa sektor ke-i (regional) merupakan sektor yang maju , sektor tersebut tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. PP bernilai negatif mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang lamban

3. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu sektor ke-i disuatu wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama pada wilayah pembanding .

Analisis deskriptif

Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan data untuk kemudian diinterpretasikan dan dianalisis. Analisis deskriptif meliputi:

a. Analisis kontribusi kopi terhadap pembentukan PDRB b. Analisis peranan kopi rakyat dalam penyerapan tenaga kerja c. Analisis efek dampak balik (backwash effect)

4 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN

Dokumen terkait