• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 PERANAN KOPI RAKYAT DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH

8 SIMPULAN, SARAN, DAN KOSEPTUALITAS GAGASAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis ekonomi kopi rakyat dan peranannya terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat tiga saluran pemasaran yang biasa ditempuh petani kopi di Kabupaten Lampung Barat dalam memasarkan kopinya dan semua petani menjual dalam bentuk biji kopi, tidak dalam bentuk kopi olahan. Saluran pemasaran yang terpanjang melibatkan banyak lembaga pemasaran yaitu pedagang perantara, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan serta yang terakhir adalah eksportir. Pilihan saluran pemasaran oleh petani lebih didasarkan pertimbangan jarak, ikatan ekonomi, dan kekerabatan. Harga yang diterima petani relatif sama baik dijual kepada pedagang perantara, pedagang pengumpul desa maupun pedagang pengumpul kecamatan. Oleh karena itu, sebagian besar petani atau 68,33% memilih menjual kepada pedagang pengumpul desa. Petani kopi menerima harga yang relatif rendah dari yang seharusnya diterima disebabkan rendahnya kualitas kopi yang dihasilkan terkait pengetahuan dan teknologi, keterikatan hutang dengan lembaga pemasaran terkait, dan struktur pasar yang tidak kompetitif. Struktur pasar yang tidak kompetitif, yaitu oligopsoni menyebabkan petani lebih sebagai price taker.

2. Semua strata rumah tangga, baik rumah tangga petani berlahan sempit, sedang maupun luas memiliki pola nafkah ganda dan usahatani kopi memberikan peranan penting dalam ekonomi rumah tangga mereka. Pendapatan usahatani kopi menyumbang lebih dari 60% terhadap total pendapatan rumah tangga dan sumbangan terbesar terjadi pada rumah tangga petani luas. Petani berlahan

sempit dan sedang mengandalkan sektor non farm sebagai sumber pendapatan tambahan karena dengan keterbatasan lahan tersebut sulit untuk petani berusahatani selain kopi sehingga alternatif pekerjaan yang dapat dilakukan adalah bekerja pada sektor yang tidak terkait dengan pertanian. Sedangkan petani dengan penguasaan lahan yang luas, sektor on farm non kopi merupakan salah satu sumber pendapatan yang tinggi selain kopi. Jika ditinjau dari tingkat pendapatan rumah tangga, berdasarkan kategori Bank Dunia serta kemampuannya dalam melakukan investasi, rumah tangga petani berlahan sempit tergolong kurang sejahtera sedangkan rumah tangga petani berlahan sedang dan luas tergolong sejahtera. Namun demikian, ditinjau dari tingkat pengeluaran rumah tangga, hanya petani berlahan luas yang relatif sejahtera. Pada rumah tangga petani berlahan sempit dan sedang pengeluaran masih terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dasar, sedangkan pada rumah tangga petani berlahan luas pengeluaran tertinggi adalah untuk pemenuhan kebutuhan tersier.

3. Kopi merupakan komoditas yang layak untuk terus dikembangkan di Kabupaten Lampung Barat karena merupakan komoditas yang maju dan berdaya saing meskipun pertumbuhannya termasuk lambat. Sektor perkebunan kopi juga menyerap tenaga kerja lebih dari 20%. Adanya potensi tambahan pendapatan sebesar Rp. 2.908.425.000.000,- dari hasil kopi jika diolah di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Nilai ini menunjukkan bahwa adanya kebocoran wilayah di Kabupaten Lampung Barat akibat nilai tambah yang hilang dan mengalir keluar daerah. Ini disebabkan adanya fenomena backwash effect yang terjadi karena aliran bahan mentah diserap oleh daerah lain yang memiliki industri pengolahan yang sudah maju, sedangkan di wilayah produsen tidak terdapat industri pengolahan yang maju.

Saran

Komoditas kopi merupakan sektor basis di Kabupaten Lampung Barat yang tidak dapat dipisahkan dari budaya masyarakat. Kopi mempunyai peranan besar dalam ekonomi rumah tangga petani kopi karena memberikan pendapatan yang nyata bagi masyarakat di sana dimana pada saat panen kopilah mereka memperoleh hasil yang besar yang dinikmati sekali dalam setahun. Sehingga sudah sepatutnya agar pengembangan kopi di Kabupaten Lampung Barat, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

1. Komoditas kopi dapat diandalkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi regional serta rumah tangga. Untuk dapat meningkatan peranannya tersebut maka peningkatan produktivitas dan mengefisienkan tataniaga kopi menjadi utama terutama terkait harga. Petani sebagai produsen hanya sebagai penerima harga dan tidak mempunyai kekuatan dalam menentukan harga kopi. Harga kopi ditentukan oleh pedagang pengumpul kecamatan berdasarkan harga basis yang ditetapkan oleh sedikit eksportir. Dalam hal ini, pemerintah harus mendorong dan memfasilitasi masyarakat petani untuk melakukan peremajaan tanaman, memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen, serta mengatur harga di tingkat petani sehingga harga yang diterima petani sesuai. Harga yang sesuai dapat memacu petani lebih optimal dalam usahatani kopi sehingga diharapkan akan

meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas akan meningkatkan kesejahteraan petani kopi dan keluarganya.

2. Terdapat nilai ekonomi yang besar hilang di wilayah Kabupaten Lampung Barat karena tidak adanya nilai tambah yang terbentuk dari komoditas kopi. Nilai tambah ini akan didapat oleh petani dan wilayah jika ada industri pengolahan berbahan baku kopi sehingga bisa meningkatkan kesejahteran petani umum serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Barat dengan tersedianya lapangan pekerjaan dan lapangan usaha. Oleh karena itu pemerintah harus mengusahakan berkembangnya industri pengolahan kopi yang berdaya saing yang mampu meningkatkan nilai tambah kopi. Hasil studi Purnamadewi (2010) menunjukkan bahwa pembangunan pertanian yang disertai dengan pengembangan agroindustri mampu memacu pertumbuhan ekonomi wilayah di daerah-daerah yang sumber ekonomi utamanya dari sektor pertanian.Disamping itu dalam mengefisienkan pemasaran juga diperlukan peran kelembagaan seperti kelompok/koperasi agar petani agar mampu meningkatkan bargaining position, economic of scale serta untuk dapat memotong jalur pemasaran.

Konseptualitas Gagasan

Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi nyata dalam perekonomian Indonesia terutama sebagai penghasil devisa. Kenyataan yang ada, kopi di Kabupaten Lampung Barat sebagai sentral kopi meskipun sumber pendapatan rumah tangga petani kopi 64,33% dari usahatani kopi, namun belum dapat mensejahterakan petani. Petani masih harus mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka khususnya bagi petani dengan lahan sempit yang bekerja sampingan dari sektor non farm. Sebagian petani khususnya petani dengan penguasaan lahan sempit hidup masih di bawah gars kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia. Selain itu, sebagian dari petani atau 33,33% tidak memiliki saving dalam rumah tangganya bahkan mempunyai hutang akibat tidak cukupnya sumber pendapatan mereka.

Hutang yang menjerat petani ini semakin membuat sulit kehidupan petani terutama petani yang berhutang dengan para pedagang kopi. Petani jadi tidak memiliki posisi tawar sehingga menjadi penerima harga. Permainan pedagang kopi juga dengan menerapkan standar yang rendah terhadap kopi petani dimana kopi petani tidak dapat memiliki harga tinggi meskipun kualitas lebih baik. Disinilah petani hanya sebagai objek dari para penentu harga. Namun, jeratan ini sulit dihindari oleh petani karena adanya ikatan antara petani dengan pedagang karena pedaganglah yang dapat memberikan bantuan khususnya uang bagi menopang kehidupan petani

Kopi di Kabupaten Lampung Barat belum dapat berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, hal ini semakin di dukung belum tersedianya industri berskala besar. Ketidaktersediaan industri pengolahan ini menyebabkan terjadinya backwash effect dimana biji kopi dibawa ke luar wilayah yang memiliki industri pengolahan. Akibatnya wilayah Kabupaten Lampung Barat mengalami kebocoran wilayah sehingga tidak dapat merasakan nilai tambah dari komoditas kopi ini. Padahal, apabila fenomena ini dapat ditahan dengan mengoptimalkan peran industri di tingkat lokal tentunya dapat menggerakkan perkenonomian wilayah karena selain

dapat menjadi sumber pendapatan daerah juga dapat menyerap lapangan kerja yang luas.

Dokumen terkait