• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerja sama pendidikan antara Distrik Sota dan Mohed

Dalam dokumen KERJASAMA INDONESIA DAN PAPUA NUGINI DAL (1) (Halaman 93-105)

DIPLOMASI SOFT POWER DI DISTRIK SOTA

B. Latar belakang dan wujud kerja sama RI dan PNG dalam bidang pendidikan di Distrik Sota

2. Kerja sama pendidikan antara Distrik Sota dan Mohed

Kebijakan  kedua  belah  pihak  di  perbatasan  dapat  dilihat  sebagai  dimensi  unilateral yaitu, di mana setiap penentu dalam pengambilan keputusan di kawasan  perbatasan  adalah  program  kebijakan  negara  RI  maupun  PNG  yang  dilakukan  oleh  dua  pihak  di  perbatasan.  Kebijakan  tersebut  sejalan  dengan  program  desentralisasi  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  RI  yang  menghasilkan  produk  otonomi  daerah  Provinsi  Papua  termasuk  pengambilan  kebijakan  di  daerah  perbatasan.  Berbagai  kegiatan  lintas  negara  sesuai  bidang  masing­masing  di  bawah  koordinasi  Badan  Pengelola  Perbatasan  dan  Kerja  sama  Luar  Negeri  Provinsi  maupun  Badan  Pengelola  Kawasan  Perbatasan  Kabupaten  sebagai  lembaga  pemerintah  daerah  yang  berwenang  dalam  melakukan  kebijakan  pengelolaan kawasan perbatasan.75

Adanya kebijakan di perbatasan merupakan bagian dari pertimbangan para  pengambil  keputusan  dan  salah  satu  jawaban  dari  tekanan  yang  berasal  dari  kejadian­kejadian eksternal dan desakkan internal. Oleh sebab itu, otonomi daerah  ini  membawa  peluang  yang  sangat  besar  bagi  pemerintah  Provinsi  Papua  untuk 

74Ibid.

75  Peraturan  Daerah  Provinsi  Papua  Nomor  13  Tahun  2013  tentang  Organisasi  dan  Tata  Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan  Polisi Pamong Praja Provinsi  Papua. 

melakukan  kerja  sama  dengan  lingkungan  eksternal  yakni  dunia  internasional,  dalam meningkatkan kesejateraan di perbatasan kedua negara.

Undang­undang No. 21 Tahun 2002 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi  Papua  Pasal  4  ayat  (6)  berbunyi:76  Perjanjian  internasional  yang  dibuat  oleh 

pemerintah yang hanya terkait dengan kepentingan Provinsi Papua dilaksanakan  setelah  mendapat  pertimbangan  Gubernur  dan  sesuai  dengan  peraturan  perundang­undangan.  Dan  ayat  (7),  di  mana  Provinsi  Papua  dapat  mengadakan  kerja sama yang saling menguntungkan dengan lembaga atau badan di luar negeri  yang  diatur  dengan  keputusan  bersama  sesuai  dengan  peraturan  perundang­  undangan.

Hasil  otonomi  daerah  provinsi  Papua  membawa  dampak  positif  bagi  Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten yang berada di perbatasan negara dalam  melakukan  kerja  sama  dengan  pihak  asing  melalui  lembaga  yang  berwenang.  Dalam  hal  kerja  sama  pendidikan  sesuai  tugas  dan  fungsi  dilakukan  oleh  Dinas  pendidikan baik tingkat provinsi maupun daerah yang harus fasilitasi oleh Badan  Pengelola  Perbatasan  dan  Kerja  sama  Luar  Negeri  (BPPKLN)  dan  bertanggung  jawab kepada pimpinan daerah. Pembicaraan mengenai kerja sama pendidikan di  RI  dan  PNG  di  perbatasan  melalui  forum  Border  Liasion  Meeting  (BLM).  Landasan hukum forum BLM bagi Indonesia adalah UU Nomor 21 Tahun 2001.

Atas  dasar  pelimpahan  hak  kepada  daerah,  maka  Distrik  Sota  dapat  melakukan  kerja  sama  pendidikan  dengan  Mohed.  Kedua  pihak  melakukan  Perjanjian Jabatan Tangan (Handshake Agreement). Perjanjian ini dicirikan oleh 

76 Direktur Jendral Hukum dan Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri, Panduan  Umum Tata Cara Hubungan Internasional oleh Pemerintah Daerah, Cetakan III, Jakart, 2006),  hlm. 11.

tidak  adanya  dokumen  perjanjian  kerja  sama  pendidikan  yang  formal  (nota  kesepakatan).  Kerja  sama  pendidikan  ini  didasarkan  pada  komitmen  dan  kepercayaan  secara  politis  antardaerah  yang  terkait.  Hal  tersebut  yang  dimaksudkan adalah Nota kesepakatan yang telah disepakati Kementerian kedua  negara dalam bidang pendidikan. Selain itu, secara politik kedua pihak memiliki  historis kerja sama dalam berbagai bidang yang dimuat dalam perjanjian khusus 

(special arrangements) RI dan PNG.

Berdirinya SMK N 1 sota pada tahun 2004 menjadi salah satu pembicaraan  kerja  sama  RI  dan  PNG  dalam  bidang  pendidikan  di  tingkat  pemerintah  daerah  dalam  forum  BLM.  Forum  ini  memberi  keputusan  untuk  SMK  Negeri  1  Sota  mengambil  langkah  dalam  mendorong  kerja  sama  pendidikan  dengan  Distrik  Mohed.  Pertimbangan  kerja  sama  ini  dilihat  dari  adanya  keingina  kedua  belah  pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi masyarakatnya masing­masing  negara di wilayah perbatasan. 

Kerja  sama  pendidikan  antara  Distrik  Sota  dan  Mohed  dimulai  dari  tahun  2006,  yang  diawalai  dengan  perekrutan  oleh  delegasi  Pemerintah  Kabupaten  Merauke  khususnya  Distrik  Sota  yang  dipimpin  oleh  Kalvin  Saya.  Kerja  sama  pendidikan  tersebut  terlihat  sedikit  berbeda  yang  biasanya  terjadi  pertukaran  pelajar antara negara yang menyepakati  nota kesepakatan  tetapi dalam konteks  kerja sama ini terlihat berpusat di Distrik Sota. Adanya kerja sama tersebut dapat  dilihat dari beberapa faktor yakni geografis, kebudayaan dan ekonomi.

Dalam  berbicara  perbatasan  negara,  tidak  akan  lepas  dari  persoalan­ persoalan pengelolaan perbatasan oleh kebijakan negara masing­masing. Dalam  ilmu  pengetahuan  kita  kenal  dengan  istilah  geografi.  Perbatasan  yang  menyangkut  dengan  wilayah  kebijakan  suatu  negara  merupakan  masalah  yang  tidak akan pernah berhenti, demikian masalah yang dialami kedua negara yang  sama­sama  memiliki  cara  pandang  dan  aturan  yang  berbeda  untuk  mempertahankan  kebijakan  negara,  yang  dapat  mempengaruhi  kedaulatan  negara RI dan PNG.

Pertama­tama adalah  konsep geografi­spasial menjadi konsep sosial ketika  kita  berbicara  tentang  masyarakat  yang  menghuni  atau  melintas  perbatasan,  sebagai konsep geografis masalah telah diselesaikan ketika negara RI dan PNG  yang  memiliki  perbatasan  telah  menyepakati  batas­batas  wilayah,  namun  permasalah  akan  muncul  ketika  perbatasan  dilihat  sebagai  persepktif  sosial  karena  pada  saat  itulah  perbatasan  yang  sifatnya  konvensial,  perbatasan  memperoleh  makna  yang  baru  sebagai  konstruksi  sosial  dan  kultur  yang  tidak  lagi terkait pada pengertian yang bersifat teritorial.77

Batas geografis RI dan PNG memiliki pengaruh pada aktivitas lintas batas  masyarakat yang  lebih condong dengan pengaruh kedekatan pos lintas  masing­ masing  negara.  Pembangunan  pos  lintas  batas  karena  dengan  pertimbangan  wilayah­wilayah  yang  tinggi  dengan  aktivitas  lintas  batas.  Pos­pos  tersebut  terlihat dalam tabel di bawa ini:

Tabel 3.  Pos Lintas Batas RI dan PNG

77 Perbatasan Sebaiknya di Kelola Dengan Pendekatan Non Tradisonal, diakses melalui:  www.http.//bintang papua.com, pada 29 Juni 2009 pukul 16.00 WIT 

Republik Indonesia Papua New Gunea Skouw Wembi Waris Senggi Yuruf Batom Okyop Iwur Waropko Mindiptana Bupul Bupul Erambu Sota Sota Kondo Wutung Bewani Imonda Amanab Green river Idam Yepsiel Tabubil Ningerum Kiunga Lake Murray Alambak Nakakau Morehead Weam Balamuk Sumber: Badan Pengelola Perbatasan dan Kerja sama  Luar Negeri Provinsi Papua Tahun 2014

Sesuai  dengan  standar  internasional  bahwa,  pos  pemeriksaan  lintas  batas  (PPLB)  adalah  tempat  pemerinksaan  Bea  Cukai,  Keimigrasian,  Karantina,  dan  Keamanan  (TNI/POLRI).  Adanya  pos  lintas  sangat  diperlukan  dalam  menjaga  kedaulatan kedua negara masing­masing di wilayah perbatasan tersebut. Hal itu, 

karena tingginya aktivitas lintas batas yang akan memicuh konflik kedua negara di  perbatasan. Wilayah perbatasan sebagai daerah rawan apabila tidak diawasi oleh  negara  sebagai  pembuat  kebijakan  dan  aktor  utama  di  wilayah  perbatasan.  Memahami pengertian kawasan perbatasan sebagaimana tercantum pada pasal 1  angka 6 Undangan­Undang Nomor 43 Tahun 2008 yang menyatakan:

Kawasan  perbatasan  adalah  bagian  dari  wilayah  negara  yang  terletak  pada  sisi  dalam  sepanjang  batas  wilayah  Indonesia  dengan  negara  lain,  dalam  hal  batas  wilayah  negara  di  darat,  kawasan  perbatasan  berada  di  kecamatan.  Khusus  bagi 

Provinsi Papua adalah Distrik.78

Perjanjian  batas  wilayah  antara  Belanda  dan  Inggris  dalam  dua  klarifikasi  yaitu batas yang terjadi karena buatan manusia maupun batas yang sudah secara  alam.  Perjanjian­perjanjian  yang  dilakukan  oleh  kedua  negara  mengenai  perbatasan adalah produk dari sejarah koloni konsep arificial boundaries biasanya  di  tandai  dengan  adanya  tanda  seperti  tembok,  tugu,  mercu  suar  dan  pagar,  sedangkan  konsep natural  bounderies  seperti  sungai,  gunung  dan  batas­batas  kultural yang bersifat abstrak namun mempunyai makna yang nyata.79 Perbedaan 

pemahaman  terhadap  konsep  garis  batas  tersebut  membuat  membuat  persoalan  masyarakat  Sota  beranggapan  sungai  Torasi  masuk  dalam  wilayah  tanah  adat  orang  sota, namun menurut garis batas negara sungai Torasi masuk negara PNG,  karena perbatasan yang telah disepakati tidak bisa merubah perbatasan tradisional  oleh penduduk yang berada di kawasan RI dan PNG. Dalam mengatasi persoalan   tanah adat, pemerintah menyediakan solusi bagi pelintas batas tradisional yakni: 

78 Undangan­Undang Nomor 43 Tahun 2008 ,Tentang Wilayah Negara, Diakses melalui:  http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2008_43.pdf

79 Erniaty J., Herry Yogaswara, Hubungan  Sosial Budaya Penduduk Perbatasan RI dan  PNG: Kekerabatan, Ekonomi dan Mobilitas, (Bandung: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,  1997),  hlm. 306.

kedua  negara  tetap  mengakui  dan  mengijinkan  pergerakan  dilakukan  oleh  penduduk  tradisional  dan  warga  perbatasan  yang  merupakan  warga  negara  masing­masing  negara  Terutama  karena  kelahiran  atau  perkawinan  tinggal  di  kawasan  perbatasan  untuk  melintas  perbatasan  yang  terkait  dengan  kegiatan­ kegiatan  tradisional  di  dalam  kawasan  perbatasan  seperti  hubungan  sosial  dan  upacara­upacara  termasuk  perkawinan,  berkebun,  berburu,  pengumpulan  dan  penggunaan  perdagangan  tradisional  di  perbatasan,  olah  raga  dan  aktivitas­ aktivitas  kebudayaan.  Hal­hal  tersebut  merupakan  hak­hak  tradisional  untuk  menggunakan tanah dan air namun bukan merupakan hak kepemilikan atas benda­ benda tersebut. Pelintas batas tradisional untuk melakukan perjalanan lintas batas  dengan disepakati menggunakan Kartu Lintas Batas berlaku di seluruh perbatasan  RI dan PNG. Dalam kenyataan di lapangan di wilayah perbatasan Distrik Sota, terdapat  pos lintas batas darat, petugasnya adalah TNI­AD, Brimob, Karantina, Bea Cukai,  Polri  dan  Kopassus.  Terlihat  penempatan  pos­pos  tersebut  tidak  sesuai  dengan  standar  internsional.  Pos  lintas  batas  sebagai  pihak  yang    memfasilitas  pelintas  batas  dari  Weam  dan  Mohed  dalam  melakukan  aktivitas  ekonomi,  kunjungan  kekeluargaan,  kunjungan  kebudayaan,  aktivitas  olahraga  dan  pendidikan.  Sesuai  kesepakatan RI dan PNG dalam sebuah perjanjian khusus terkait masalah lintas  orang,  barang  dan  jasa  di  wilayah  perbatasa  Provinsi  Papua  yaitu  (Special  Arrangement  for  Traditional  and  Customary  Border  Crossings  Between  The  Government  of  The  Republic  of  Indonesia  and  The  Government  of  Papua  New  Guinea).

  Sebuah  kemajuan  di  kawasan  perbatasan  Distrik  Sota  pada  tahun  2006,  karena  terbukanya  sekolah  Menengah  Kejuruan  Negeri  1  Sota  sebagai  bagian  terbukanyan akses bagi penduduk kawasan perbatasan untuk mendapatkan bagian  dari dunia globalisai, pos perbatasan yang ramai setiap tahun menjadikan sekolah  ini  dalam  mendidik  dua  bangsa  dan  menjadi  pusat  pendidikan  di  kawasan  perbatasan Distrik Sota dan Mohed. Dalam proses administrasi di pos lintas batas  tersebut berdasarkan pada Perjanjian Khusus (Basic Arrangement), pelintas batas  dalam  menggunakan  Kartu  Lintas  Batas  (KLB)  sebagai  pengganti pasport dan  visa. Pada prinsipnya kegiatan pendidikan tersebut sesuai kesepakatan merupakan  sebagai  kepentingan  tradisional  dan  kebiasaan  bagi  penduduk  tradisional  dan  warga  perbatasan.

Suatu  kemudahan  yang  dirasakan  oleh  masyarakat  lokal  dari  Weam  dan  Mohed  karena melihat kondisi geografis yang susah dijangkau ke ibu kota negara  Port  Moresby  untuk  mendapatkan  akses  pendidikan.  Hal  lain  yang  dapat  berpengaruh  terhadap  kemudahan,  adalah  terkait  dengan  lintas  batas  kendaraan  antara  Sota  dengan  beberapa  daerah  di  PNG.  Untuk  sementara  ini,  terbukanya  transportasi darat kedua negara dapat berpengaruh terhadap arus lintas barang dari  Sota ke wilayah  PNG. 

Banyaknya  pelajar  setiap  tahun  di  wilayah  Distrik  Sota,  secara  tidak  langsung RI melihat kawasan tersebut sebagai kawasan politik yang merupakan  wajah  RI  yang  bertetangga  dengan  PNG  yang  sebagai top  leader  bagi  negara  kawasan pasifik lainnya. Point penting bagi Indonesia dapat membuat citra baik  Indonesia  di  dunia  internasional.  Secara  tidak  langsung  SMK  Sota  membuka 

isolasi terhadap negara PNG, dalam arti Indonesia membuka diri bagi PNG atas  kondisi  dan  situasi  yang  telah  dialami  pelajar  asal  PNG  selama  mengikuti  pendidikan. Selain faktor geografis yang memudahkan pelajar PNG tersebut, ada  hubungan  kekeluargaan  dengan  masyarakat  di  Sota,  sehingga  ketika  bersekolah  sebagian pelajar menetap dengan kerabat mereka di Sota.

b. Kebudayaan

Masyarakat sota dan Weam secara spesifik merupakan suku kanume yang  masuk  dalam  rumpun  Ras  Melanesia  sehingga  penduduk  memiliki  kesamaan  dapat  dilihat  dari  berbagai  sudut  pandang  dari  fisik  yakni  rambut  keriting  pada  umumnya,  bola  mata  hitam,  kulit  coklat  dan  sawo  matang,  umumnya  berbadan  tinggi dan besar, face muka yang hampir sama yakni memiliki rahang yang lebar  dan  umumnya  penduduk  yang  tinggal  semakin  jauh  dari  tepi  pantai  akan  membentuk tubuh semakin pendek sama halnya penduduk yang berada di PNG.

Perbatasan  RI  dan  PNG  yang  awalnya  tidak  penting  namun  sekarang  menjadi perhatian pemerintah karena kawasan perbatasan merupakan suku bangsa  di  sota  terutama  menjadi  halaman  depan  NKRI  di  Provinsi  Papua.  Distrik  Sota  yang memiliki perbatasan darat secara umum terdapat dua suku yang mendiami  sepanjang  garis  di  wilayah  perbatasan  Distrik  Sota  bagian  selatan  Kanume  dan  Yeinan.

Kawasan perbatasan Merauke lebih dikenal karena keberadaan Distrik Sota  yang  langsung  berbatasan  dengan  Weam  dan  Mohed  memiliki  wilayah­wilayah  adat di Weam yang memiliki perbatasan darat dengan Distrik Sota. Dapat dilihat  keluarga Ndimar  dari sota mempunyai tanah adat/ulayat bernama kumber, yakur, 

kepreyawar,  ngatimbar,  yarwasu,  wah  dan  wapok  di  Weam.  Secara  struktur  masyarakat dari kampun Sota, Yanggandur dan Rawa (RI) dan kampung Weam­ Mohed  (PNG)  yang  mengikuti  garis  keturunan  ayah  (Patrilineal).  Menurut  sktruktur  adat  pimpinan  kampung­kampung,  memiliki  satu  ondoafi  untuk  suku  kanume  antara  beberapa  kampung  Distrik  Sota  dan  Weam.  Marga  utama  yang  berada  di  wilayah  Distrik  Sota  Ndimar,  Ndiken,  Mbanggu,  Sanggra,  Mayawa,  Yapau  dan  bikanes.  Marga  tersebut  sebaliknya  ada  di  wilayah  Weam.  Ondoafi  memiliki  peran  dalam  mengawasi,  mengatur  dan  memutuskan  segala  hal  yang  berkaitan dengan kepentingan masyarakat kedua kampung.

Secara  umum  orang  Papua  adalah  kelompok  masyarakat  yang  sangat  menghargai  adat­istiadat  dan  kebudayaan,  menjadi  aturan  atau  norma­norma  dalam  kehidupan  masyarakat  sosial  yang  terlihat  jelas  keturunan  Papua  pada  umumnya memiliki identias dengan sebutan Klen atau Marga dalam antropologi.  Sehingga dapat dikatakan Klen dan Marga adalah identitas diri bagi orang Papua  maupun PNG di daerah perbatasan RI dan PNG terutama masyarakat yang satu  suku  dan  adat  istiadat.  Masyarakat  Kanume  di  wilayah  Sota  dan  masyarakat  di  wilayah  Weam  dan  Mohed  memiliki  hubungan  kekerabatan  yang  selalu  terjalin  baik.

Bahasa menjadi faktor penting karena satu suku bangsa dibedakan dengan  bahasa yang digunakan oleh suku bangsa tertentu sehingga bahasa juga menjadi  faktor  penting  dalam  memahami  dan  membedakan  sesuatu  suku  bangsa.  Selain  bahasa, hak ulayat tanah juga yang sering muncul di kawasan darat. Kepemilikan  tanah  secara  tradisional  ada  aturannya  yang  sudah  ditetapkan  oleh  masyarakat 

secara  tradisional  dan  sudah  turun­temurun  dari  nenek  moyang  dengan  batas  tradisional.  Namun  seiring  dengan  perubahasan  zaman  politik  kepentingan  manusia  tidak  pernah  puas  maka  seringkali  hak  ulayat  tanah  menjadi  faktor  antarsuku bangsa, antarklen, antarmarga bahkan satu keluarga kandung.

Kepemilikan  hal  ulayat  tanah  ini  memberikan  alasan  bagi  pelintas  batas  tradisional dengan mudah akses wilayah perbatasan untuk kepentingan pendidikan  anak­anaknya.  Sistem  kekerabatan  dan  persamaan  ras,  suku,  dan  bahasa,  walaupun  sudah  ada  pemisah  batas­batas  hukum  dan  administrasi  negara,  akan  tetapi  kegiatan  saling  berkunjung  anggota  kerabat  di  PNG  masih  dilakukan  sebagai  jaringan  sosial  antarwarga  RI  dan  PNG.  Dengan  memiliki  hubungan  kekeluargaan dan memiliki hak ulayat tanah di perbatasan Sota memberi alasan  bagi pelajar asal PNG dengan mudah mengakses ke Sota, karena memiliki kerabat  yang menetap di Distrik Sota.

c. Ekonomi 

Dalam  bidang  ekonomi,  era  globalisasi  dan  keterbukaan  komunikasi  akan  sangat  berpengaruh  terhadap  hubungan  ekonomi  antarnegara.  Pemenuhan  kebutuhan  pokok,  pemasaran  produk  daerah  maupun  jasa  dan  lain­lain  akan  menjadi  isu­isu  yang  akan  mewarnai  kondisi  perbatasan.  Meningkatnya  kualitas  masyarakat di kawasan perbatasan sebagai dampak pembangunan kedua wilayah,  berpengaruh  terhadap  adanya  pergeseran­pergeseran  kebutuhan.  Semakin  bervariasinya  kebutuhan  masyarakat  di  kawasan  perbatasan  berdampak  pada  pergerseran­pergeseran  kondisi  perdagangan  lintas  batas,  barang­barang  yang 

diperjual­belikan tidak lagi terbatas pada barang­barang perdagangan tradisional  dan  kebiasaan  sesuai  dengan  pengaturan  Persetujuan  Dasar,  namun  sudah  bervariasi mulai dari barang­barang kemasan maupun elektronika. 

Demikian juga dengan pelaku ekonomi, seperti  yang ada di kawasan Pos  Lintas  Batas  Sota,  bukan  lagi  hanya  pedagang  tradisonal  dan  kebiasaan,  namun  penduduk  dari  luar  daerah  perbatasan.  Demikian  perdagangan  di  kawasan  perbatasan Sota bukan lagi terbatas pada perdagangan tradisional dan kebiasaan,  tetapi sudah mengarah pada perdagangan umum.

Berkembangnya  wilayah  perbatasan  Sota,  berpengaruh  terhadap  aktivitas  perekonomian  di  kawasan  perbatasan  kedua  negara,  akibat  fasilitas  yang  lebih  baik,  harga  yang  murah,  regulasi  yang  lebih  mudah  mengakibatkan  tingginya  pergerakan  orang  dari  wilayah  Weam  dan  Mohed.  Perkembangan  dalam  perdagangan  di  Kawasan  Pos  Lintas  Batas  (PLB)  Sota,  berpengaruh  terhadap  stablitas  ekonomi  Weam  dan  Mohed.  Dengan  berkembangnya,  arus  barang  dari  wilayah  perbatasan  Sota  akan  relatif  tinggi.  Hal  tersebut  terutama  disebabkan  harga yang relatif rendah dibandingkan dengan Weam dan Mohed.

Pada  umumnya  alat  tukar  yang  dipergunakan  dalam  perdagangan  di  kawasan  perbatasan  Sota  adalah  uang  Kina,  namun  sebaliknya  untuk  wilayah  perbatasan  Weam  dan  Mohed  yang  digunakan  adalah  Rupiah.  Telihat  uniknya  berbelanja  di  wilayah  Distrik  tersebut,  bisa  menggunakan  dua  jenis  mata  uang,  yaitu  Rupiah  dan  Kina.  Mata  uang  Rupiah  maupun  Kina  bisa  digunakan  untuk  membeli semua kebutuhan di wilayah perbatasan Sota. Wilayah perbatasan Sota 

dan  Mohed  ini  adalah  tidak  terdapat  tempat  penukaran  uang  yang  resmi  dan  bertanggung jawab, ketika para pembisnis hendak melakukan perjalanan ke Kota  Merauke  harus  menukar  mata  uang  Kina  dengan  Rupiah,  maka  akan  ditukar  kepada  para  pedagang  yang  berjualan  di  lokasi  perbatasan  Sota  yang  umumnya  dari  suku  Jawa,  NTT  dan  Bugis  serta  Papua  yang  bukan  masyarakat  lokal  tersebut. Satu Kina dapat ditukar menjadi Rp 5.000,00. Tingginya mata uang Kina  buat Rupiah dapat memberi keuntungan bagi pedagang di wilayah perbatasan Sota  terutama  para  pedagang  RI  dapat  melayani  tranksaksi  pembelian  menggunakan  Kina  dan  Rupiah.  Tentunya  daapat  memudahkan  pelajar  asal  PNG  dalam  memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam dokumen KERJASAMA INDONESIA DAN PAPUA NUGINI DAL (1) (Halaman 93-105)