DIPLOMASI SOFT POWER DI DISTRIK SOTA
B. Latar belakang dan wujud kerja sama RI dan PNG dalam bidang pendidikan di Distrik Sota
1. Kerja sama RI dan PNG dalam bidang pendidikan
Kerja sama kedua negara dalam bidang pendidikan dapat dilihat sebagai dimensi bilateral yaitu hubungan kerja sama antara negara yang berbatasan dalam mencegah dan menangani permasalahan permasalahan yang terjadi perbatasan
sehingga terjadi hubungan antar negara berbatasan negara saling menghormati kedaulatan wilayah. Hubungan bilateral antara kedua negara pada dasarnya memiliki prinsip saling menguntungkan dan saling menghormati integritas teritorial. Sesuai kesepakatan bersama telah melembagakan forum bilateral yang teknis yang diwadai oleh Joint Working Group on Cooperation in Education and Culture. Lembaga ini untuk menunjang kinerja lembaga JBC yaitu sebuah kerja sama komisi setingkat menteri dan BLM kerja sama teknis setingkat Provinsi dan Kabupaten/kota yang secara teknis dilakukan oleh pejabat perbatasan kedua negara. Bagi Indonesia lembaga yang melakukan kerja sama RI dan PNG dalam bidang pendidikan yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadi
Focal point dalam Joint Working Group tersebut. Forum ini diketuai oleh Menteri dalam negeri yang bertanggung jawab kepada Presiden. Melalui forum ini akan memberi keputusankeputusan atas berbagai kegiatan pendidikan antara kedua negara, mulai dari upaya mendorong kerja sama pendidikan, proses dan implementasinya. Setiap kerja sama ekonomi, sosial budaya termasuk kerja sama pendidikan yang dilakukan oleh daerah dengan pihak asing termasuk kerja sama perbatasan oleh Pemerintah Daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah asing (border crossing, border trade and transportation) dilakukan tetap dalam arahan JBC dan tidak sesuai panduan Kementerian Luar Negeri.71 Hal itu
disebabkan karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berjalan dalam koridor “one door policy” dalam hubungan dan kerja sama luar negeri Indonesia dan untuk mencegah timbul permasalahan yang dilakukan oleh Pemerintah
71Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah, (Jakarta, 2006), hlm. 19.
dengan pihak asing. Kebijakan tersebut tercermin dalam peraturan Republik Indonesia, dalam rangka memenuhi amanat UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian dituangkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 tahun 2007 tentang kerja sama dengan pihak luar negeri harus didasarkan pada prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan; memperhatikan baik hukum nasional maupun hukum internasional; dan tidak mengganggu kebijakan pembangunan bangsa dan negara, pertahanan, dan keamanan nasional. Kerja sama dapat meliputi pengelolaan perguruan tinggi, pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat.72
Kelompok Kerja Bersama (Joint Working Group) mempunyai agenda untuk mengadakan pertemuan paling sedikit satu kali dalam setahun yang diselenggarakan secara reciprocal and balance. Bagi pihak RI dibentuk berdasarkan Keppres RI Nomor 2 tahun 1983, yang kemudian dirubah lagi menjadi Keppres RI Nomor 10 tahun 1985 dan terakhir menjadi Keppres RI Nomor 57 tahun 1985. Sampai pada tahun 2006, komisi ini sudah mengadakan pertemuan 10 kali dalam membicarakan isuisu kerja sama pendidikan yang secara umum menindaklanjuti hasil kerja sama pendidikan yang telah disepakati tahun 1997.
Kerja sama pendidikan RI dan PNG pertama kali ditandatani pada tahun 1997. Kedua negara menyepakati sebuah nota kesepakatan yang disebut
Memorandum of Understanding between Republic Indonesia and Papua New 72 Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Hiba Kerjasama Internasional, Diakses melalui: http://dikti.go.id/pengelolapt/hibahinstitus/hibahkerjasamainternasional/, pada tanggal 20 Juli 2015 | pukul 12: 45 WIB.
Guinea on Education and Culture Cooperation. Kerja sama ini didasari oleh saling menghormati, persahabatan, dan kedua negara yang awalnya ditandatangani pada 27 Oktober 1988. Kerja sama bilateral dalam bidang pendidikan karena memperhatikan lokasi geografis serta latar belakang dan warisan budaya Melanesia yang dimiliki oleh kedua negara.
Dalam Nota Kesepakatan Kerja sama di bidang pendidikan, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Papua Nugini selanjutnya secara invidual disebut Pihak dan secara olektif disebut “para Pihak”. Kedua negara berkeinginan untuk memperluas kerja sama di bidang pendidikan, secara khususnya pengembangan dan peningkatan pendidikan antara kedua negara.
Tujuan kesepakatan ini adalah untuk mengembangkan kerja sama pendidikan atas dasar kualitas, timbal balik dan saling menguntungkan, dan untuk mempromosikan hubungan dan saling pengertian antara para pihak. Sesuai dengan undangundang dan peraturan yang berlaku di negara masingmasing serta prosedur dan kebijakan tentang kerja sama pendidikan dan kebudayaan. Parah pihak menyetujui MoU sebagai berikut:
Pasal 1. Parah Pihak wajib mendorong dan memfasilitasi pengembangan kontak dan kerja sama antara lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi dan entitas lain dari Indonesia dan Papua Nugini; Para Pihak wajib mendorong hubungan individual antara sekolah, pendidikan kejuruan, pelatihan lembaga perguruan tinggi pendidikan, organisasi budaya, termasuk pengaturan
sister school; Masingmasing pihak wajib mendorong pertukaran ahli, staf lembaga dan nonpemerintah yang relevan serta dosen dan mahasiswa atas dasar
timbal balik. Masingmasing pihak wajib mendorong pendidikan formal dan non formal di semua tingkat. Pertukaran materi pengajaran dan kurikulum serta informasi peluang pendidikan dan pelatihan. Kerja sama dalam pengembangan kurikulum, pengembangan program bersama, dan publikasi. Pertukaran informasi dan publikasi ilmiah di masingmasing negara; Masingmasing pihak wajib mendorong kerja sama budaya kerja sama budaya, pembekalam informasi semua aspek budaya dari setiap negara untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Memfasilitasi pertukaran budaya bertujuan untuk memperkaya dan memperkuat identitas budaya dan nilai kedua negara.
Pasal 2, Beberapa bidang kegiatan yang telah diidentifikasi kedua negara, yang menjadi prioritas utama yang meliputi:
1. Pendidikan kejuruan dan pelatihan
2. Pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi 3. Pendidikan khusus
4. Pendidikan jarak jauh
5. Pertukaran guru, siswa dan pendidikan personal, termasuk pemuda dan olahraga
6. Pelatihan bahasa Indonesia dan Tokpisin
7. Pertukaran kajian budaya dan kegiatan budaya dan 8. Bidang lain yang disepakati bersama oleh Para Pihak.
Pasal 3, Masingmasing pihak wajib kepada pihak yang lainnya, menugaskan staf dan personil yang memenuhi kualifikasi sehubungan dengan pelaksanaan program dan proyek di bawah nota kesepakatanini; Para Pihak wajib,
sesuai dengan hukum dan peraturan perundangundangan yang berlaku, saling memberikan bantuan administratif yang diperlukan kepada personil, termasuk untuk izin masuk, izin tinggal, dan izin keluar serta penyediaan bahanbahan yang akan digunakan, sehubungan dengan pelaksanaan program dan proyek di bawah nota kesepakatan ini. Pasal 4, Pelaksanaan kegiatan program dan proyek di bawah nota kesepakatan ini disesuaikan dengan ketersediaan dana dan personil; Untuk memfasilitasi, memantau dan mengkaji pelaksanaan nota kesepakatan ini, Para Pihak sepakat untuk membentuk kelompok kerja bersama yang akan diketuai oleh:
1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan keikutsertaan instansi terkait lainnya.
2. Kementerian Pendidikan Papua Nugini dengan keikutsertaan instansi terkait lainnya.
Pasal 5, Dalam rangka memfasilitasi pelaksanaan nota kesepakatan ini, Parah pihak dapat menyusun pengaturan untuk kerja sama lebih spesifikasi yang meliputi kesepakatan pendanaan program dan proyek dalam nota kesepakatan ini.
Pasal 6, Setiap perbedaan yang timbul timbul tentang penafsiran dan/atau pelaksanaan nota kesepakatan ini wajib diselesaikan secara bersahabat melalui negosiasi dan/atau konsultasi antara Parah Pihak; Pasal 7, Nota kesepakatan ini dapat diubah jika dipandang perlu oleh perjanjian tertulis antara pihakpihak. Pasal 8, nota kesepakatan ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganan ini dan tetap berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang secara otomatis untuk periode berikutnya dari 2 (dua) tahun. Nota kesepakatan ini dapat
diakhiri oleh salah satu pihak dengan memberikan enam bulan pemberitahuan tertulis kepada pihak lainnya; Pengaakhiran nota kesepakatan ini tidak mempengaruhi keabsahan dan masa berlaku pengaturan, program, kegiatan atau proyek samapai selesainya pengaturan, program, kegiatan atau proyek tersebut kecuali parah pihak menentukan lain. Dibuat dalam rangkap dua di Jakarta pada hari ke2 bulan Mei tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tujuh dalam bahasa inggris. Kerja sama pendidikan ditandatangani oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan Prof. Dr. Jhon Waiko, MP, Menteri Pendidikan PNG.
Dalam rangka untuk menindaklanjuti dan merevitalisasi kerja sama kedua negara dalam bidang pendidikan yang disepakati pada 1997, Presiden RI dan PNG pada tanggal 34 Agustus 2010 menyelenggarakan pertemuan ke2 Joint Ministerial Commission (JMC) di Jakarta. Sebelumnya JMC ke1 dilaksanakan pada Juni 2003 di Port Moresby.
Kerja sama pendidikan kedua negara diperbaharui pada tahun 2013, dalam pertemuan bilateral Kemitraan komprenship antara Indonesia dan Papua Nugini
(Comprehensive Partnership between Republik of Indonesia and Papua New Gunea). Kerja sama kedua negara ditandatangani oleh Mohmmad Nuh sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Robink Pato, OBE, LBB, MP sebagai Menteri Luar Negeri dan Keimigrasian PNG. Dalam konteks kemitraan yang komprensehensif ini, pemerintah pusat menempatkan Provinsi Papua, sebagai ujung tombak di dalam kerja sama di seluruh bidang pembangunan. Salah satu bidang yang dikembangkan adalah pendidikan seperti menyediakan beasiswa
dan pertukaran pelajar, mendorong anakanak perbatasan PNG untuk bersekolah di sekolahsekolah perbatasan (boda school) di Papua. Selain itu, pengembangan pembentukan sister Province/city, antara kedua negara terutama Provinsi Papua dan Provinsi,dan Kota di PNG, exchange program antara RIPNG, yang melibatkan pemuda, mahasiwa, pelajar, dan kelompok perempuan, kerja sama dalam bidang olahraga, pemuda, budaya, dan pendidikan seperti mengundang delagasidelegasi PNG untuk menghadiri berbagai festival budaya di Indoensia,maupun sebaliknya.
Kerja sama pendidikan RI dan PNG terus ditingkatkan pada pertemuan bilateral pada 27 Februari 2015 di Port Moresby. Dalam rangka peringatan 40 tahun hubungan diplomatik kedua negara lebih dekat dan intensif lagi. Dalam bidang sosial budaya, kedua pemimpin sepakat untuk terus mengintensifkan hubungan antarmasyarakat. Kerja sama konkret di bidang pendidikan dengan pemberian beasiswa oleh kedua negara akan diintensifkan, seperti pertukaran pelajar dan tenaga pengajar serta kerja sama di bidang olah raga. Kedua negara menyepakati untuk “bahasa indonesia” akan sebagai mata pelajaran di sekolah sekolah Papua Nugini terutama di beberapa sekolah dasar dan menengah yang berada di perbatasan Papua. Kesepakatan ini, sebagai rencana pengajaran bahasa Indonesia sebagai pilot project.73 Selain itu, kedua negara sepakat untuk
mengintensifkan hubungan antarmasyarakat. Kerja sama yang dimaksudkan yakni
73Bahasa Indonesia Akan Diajarkan di Sekolah Papua Nugini. Diakses melalui: http://nasional. tempo.co/ read/ news/2015/08/06/079689707/bahasaindonesiaakandiajarkandi sekolahpapuanugini, pada tanggal 06 Agustus 2015 | 15:08 WIB
dalam bidang pendidikan dengan pemberian beasiswa kedua negara akan diintensifkan.74